Foto Santri dan Ustad/zah Regular
Selain iklan sirup aneka warna dan rasa yang muncul di televisi, kedatangan Ramadhan bisa saya deteksi dengan adanya sebuah undangan. Undangan Remaja Masjid yang mengabarkan untuk para remaja berkumpul membahas kegiatan bulan Ramadhan di Taman Pendidik Al-Quran (TPQ) At-Taqwa. TPQ At-Taqwa merupakan sebuah tempat untuk belajar mengaji yang yang diperuntukan untuk anak-anak di perumahan saya dan bahkan ada juga anak-anak di luar kompleks perumahan ini .
Ya, bermula dari swadaya warga , sampai saat ini Taman Pendidikan itu masih berdiri kokoh dan masih menampung keceriaan anak-anak yang belajar mengaji dan bermain bertukar tawa di sela-sela menunggu giliran.
Dari sanalan , Bulan puasa di Perumahan membawa suasana yang berbeda dan ngangenin. Di bulan yang penuh berkah, para remaja muslim disini diberikan kesempatan untuk ikut serta menemani anak-anak ngabuburit. Ya, kami yang terhimpun dalam organisasi RAMATAQ (Remaja Masjid At-Taqwa) akan turut serta mengajar bersama anak-anak jika Ramadhan tiba.
Saya dan teman-teman remaja sungguh merasa beruntung, karena dengan adanya kegiatan ini kami bisa memanfaatkan waktu menunggu berbuka dengan hal yang bermanfaat dan insha Allah mendapatkan pahala. Meski ilmu agama yang kami miliki masih belum seberapa sih, namun tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat bukan?. bukankah ada yang mengatakan “sampaikanlah walau satu ayat?”
Dulu Kamipun Santri
Beberapa tahun yang lalu, kami yang remaja pun pernah merasakan menjadi anak-anak yang turut mengaji disana, menjadi santrinya. Apa yang kami (baca: remaja) lakukan sekarang ini merupakan hasil dari kebiasaan yang sudah ada turun temurun semenjak bangunan Taman Pendidikan ini ada. Sistemnya dari tahun ke tahun hampir serupa, yang berbeda adalah orang yang menjadi santri dan pengajarnya.
Setiap tahun, selalu saja ada yang berubah. Contohnya Ramadhan lalu masih jadi santri , sekarang sudah jadi yang ikut mengajari , dan begitupun seterusnya. Sampai tiba giliran saya dan teman-teman sepermainan, kami beranjak menjadi remaja juga. Menanggalkan status santri dan berubah menjadi remaja pengajarnya.
Kegiatan yang Kami Lakukan di TPQ
Dulu, ketika saya masih berstatus santri, kegiatan TPQ Ramadhan dipegang sepenuhnya oleh para remaja. Mulai dari jam setengah tiga sampai setelah maghrib. Kegiatan yang dilakukan pun bermacam-macam.Dimulai dengan sholat Ashar berjamaah , kemudian kami akan dibagi menjadi beberapa kelas (ada TK A, TB A, TPA 1 , dan TPA 2) dengan kegiatan khusus didalamnya , berbuka bersama dan diakhiri dengan sholat Maghrib berjamaah.
Kegiatan khusus yang saya maksud disini antara lain belajar mengaji baik iqro maupun Al-Quran, menghafal surat dan doa sehari-hari ,belajar sholat dan wudhu, menulis huruf arab, bercerita tentang Nabi atau tokoh islam dan kegiatan yang bermuatan agama lainnya. Ada juga agenda jalan-jalan atau berpetualang di akhir pekan, berbagai lomba dan latihan pentas seni agar pembelajaran tidak membosankan.

Belajar Menjadi Guru
Bukan hanya santri yang belajar dari kami, karena kami pun banyak mendapatkan pembelajaran dari mereka. Mungkin karena kebiasan santri di kegiatan mengaji regular (di luar bulan puasa), kami para remaja sering di panggil dengan sebutan “Ustadz/zah” oleh mereka, bahkan sering juga dipanggil “Bu...”. Duh, bagi saya sendiri, panggilan itu (ustadzah) masih terlalu berat mengingat ilmu saya yang masih belum seberapa. Pernah beberapa kali saya mengingatkan mereka untuk memanggil dengan “Mbak” saja, dan memang berhasil pada hari itu. Tapi kemudian di hari berikutnya mereka kembali memanggil, Ustadzaaahhh!
Semenjak kelas 3 SMP, saya selalu mendapatkan kelas yang berisi anak kecil ( TK A/B , sesekali TPA 1). Ya, bagi saya mengajari mereka sungguh sebuah tantangan tersendiri. Seru meski kadang menjengkelkan. Seru karena mereka masih lucu-lucunya, kegiatan yang dilakukan hanya seputar bermain dan hal-hal yang menyenangkan. (kadang) Menjengkelkan ketika sudah ada yang berantem gara-gara berebut pensil warna. Ya, namanya juga anak kecil. Mau marah pun saya tidak sanggup, wajahnya yang imut selalu menjadi perisai ampuh untuk memeluk mereka saja.

“Adek, kenapa semuanya basah gini?”
“Iya mbak, tadi rambutnya saya basahin kayak gini ” sambil mempraktikan adegan keramas.
Ya, gitulah anak-anak. Memang harus diawasi.
Berkah Ramadhan dan Indahnya Kebersamaan
Selepas sholat maghrib berjamaah, kami selalu memberikan takjil bagi para santri. Takjil ini merupakan swadana masyarakat yang dilakukan bergiliran. Ya, lagi-lagi saya sungguh beruntung bisa tinggal di perumahan senyaman ini, bukan hanya lingkungannya namun juga warganya. Tidak ada yang menolak ketika terdaftar menjadi pemberi takjil, warga dengan suka rela membuatkan takjil untuk kami (remaja dan santri).
Mungkin inilah berkah Ramadhan yang akan selalu kami rindukan, indahnya kebersamaan yang selalu menyertainya tidak hanya untuk anak-anak dan remaja, melainkan untuk warga pada umumnya.

Oya, setiap Ramadhan pun di TPQ selalu mengagendakan pentas seni yang biasanya diselenggarakan h-seminggu lebaran. Anak-anak TK biasanya gerak dan lagu , kemudian anak-anak TPA 1 dan TPA 2 bisa memainkan peran (drama) atau bermain rebana.Malam senin kemarin , pentas seni Ramadhan telah dilaksanakan. Untuk pertama kalinya, saya duduk di deretan para penonton dan melihat hasil latihan yang telah mereka lakukan selama di TPQ.
KANGEN !!!
Jadi (belajar menjadi) Ustad/zah , ter---imut.dulu.Entah siapa yang bikin nominasi.#kabur
Bagaimana cerita Ramadhan-mu, kompasianer?
Listhia H Rahman
yang pernah jadi santri dan juga guru (guruan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI