Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bu Sarah yang Bercangkang

12 Maret 2020   15:59 Diperbarui: 12 Maret 2020   16:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ismail menyibak tirai bambu depan rumah. Namun ia menghentikan maksudnya begitu melihat Bu Sarah lewat. Ia mengintip Bu Sarah dari celah tirai. Diam, tidak membuat suara. Bu Sarah sebenarnya orang normal, tetapi tingkahnya konyol. Sore itu Bu Sarah mengendarai sepeda balita, warna kuning kecoklatan, di dekat ban diselipkan botol plastik pipih sehingga mengeluarkan suara bising. Terhitung sejak minggu lalu, sepeda Bu Sarah dibuat menjadi semakin aneh. Bentuk ban-nya dibuat tidak bulat sehingga ketika berjalan Bu Sarah bergoyang-goyang seperti sedang naik kuda. 

"Ngapain, Mail?" seru Bu Sarah. Ismail tercengang. Bagaimana bisa Bu Sarah tahu? Padahal Ismail bersembunyi dengan sempurna. "Maiiil!"

Akhirnya Ismail dengan terpaksa menampakkan diri. Untung saja sudah cukuran jadi penampakannya tidak seperti sabut kelapa. 

"Bu Sarah ih bisa-bisanya!" gerutu Ismail.

Bu Sarah tertawa. "Kau masih meragukan kesaktianku, Mail?"

Ismail hendak tertawa namun berusaha untuk menahannya. Tangannya segera mencomot gorengan tempe, dikunyah dengan mantap agar tidak tertawa. Sementara itu Bu Sarah bersepeda mengelilingi lapangan kompleks yang letaknya di depan rumah Ismail. Tingkah Bu Sarah semakin menjadi ketika tahu dirinya diperhatikan orang lain. Pak Murus menonton Bu Sarah dari balkon rumahnya. 

"Rah, Johan dan Diana kulepas ya," kata Pak Murus. 

"Jangan, Rus!" Bu Sarah bersungut-sungut.

"Halah! Biar nanti kamu makin bersemangat sepedaannya." Pak Murus terkekeh. Dua angsanya di pekarangan rumah terdengar bersuara. Bising! "Kau dengar itu, Sarah. Mereka terlalu penat di dalam pagar."

"Jika kamu lepas maka aku tidak segan mencekiknya," seloroh Bu Sarah. 

Sudah setahun ini angsa Pak Murus dikurung setelah mendapat petisi satu kompleks yang kesal dengan angsanya yang suka mengejar orang lewat. Mengejarnya pun tidak main-main. Mereka bahkan terbang secara tiba-tiba. Kemunculan mereka lebih ditakuti daripada hantu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun