Mohon tunggu...
Lilis Lisnawati
Lilis Lisnawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pengemis di Lingkungan Pasar Badak Pandeglang (Tinjauan Sosiologis)

23 November 2020   09:40 Diperbarui: 23 November 2020   12:33 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengemis di Lingkungan Pasar Badak Pandeglang (Sumber: Lilis Lisnawati)

Fenomena pengemis menjadi masalah sosial dalam kehidupan masyarakat. Pengemis disebut sebagai salah satu penyakit sosial atau penyakit masyarakat dan kerap kali dianggap sebagai sampah masyarakat, karena keberadaannya dalam kehidupan masyarakat dirasa sangatlah mengganggu dan meresahkan serta tidak sesuai dengan norma kehidupan. Pengemis adalah orang-orang yang meminta-minta dengan mengharapkan belas kasihan orang lain. Pengemis biasanya berlalu lalang di tempat-tempat keramaian seperti di perempatan jalan, terminal, pertokoan, stasiun, pasar dan tempat-tempat lainnya. Tak jarang kita temui sosok pengemis di tempat umum, atau bahkan dihampiri langsung oleh pengemis dan dimintai uang oleh mereka. 

Indonesia sampai saat ini masih tergolong sebagai negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi. Masalah pengemis ini menjadi salah satu  dampak dari kemiskinan. Menurut Soekanto (2015:319) kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kemiskinan dapat mengganggu kesejahteraan masyarakat, hal ini membuat banyaknya pengemis dan pengamen yang bertebaran dimana-mana dan menyebabkan semakin bertambahnya sampah masyarakat. 

Banyaknya jumlah pengemis yang semakin meningkat menandakan bahwa masih terdapat kemiskinan di berbagai daerah. Selain itu juga kebutuhan hidup manusia yang semakin kompleks yang telah membutakan manusia untuk mencari penghasilan dengan segala cara tanpa usaha yang keras, salah satunya dengan mengemis. 

Pengemis dan pengamen sangat mudah untuk dijumpai terutama di tempat-tempat umum yang ramai salah satunya di lingkungan Pasar Badak Pandeglang. Pasar Badak Pandeglang merupakan pasar tradisional yang terletak di Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Pengemis di Pasar Badak Pandeglang ini biasanya dilakukan oleh para pengemis dengan tingkat usia yang berbeda-beda mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

Berdasarkan observasi di lapangan tepatnya di Pasar Badak Pandeglang ditemukan setiap harinya para pengemis yang selalu beroperasi, para pengemis ini biasanya berkeliling pasar dan meminta-minta baik kepada pedagang maupun pengunjung pasar. Mereka berkeliling dari toko atau lapak ke lapak pedagang. Bahkan dalam sehari saja para pengemis ini dapat berkeliling pasar lebih dari sekali. Seperti halnya yang dikatakan oleh salah satu pedagang di Pasar Badak Pandeglang, Ibu Rohmah (45) mengatakan bahwa memang sangat sering Ia temukan pengemis yang beroperasi setiap harinya dan bahkan dalam sehari saja pengemis tersebut dapat berkeliling lebih dari sekali mendatangi lapak tempatnya berdagang. Dan baginya kondisi tersebut membuatnya merasa terganggu apalagi jika Ia tidak memberikannya uang biasanya pengemis tersebut akan terus berada disana dan hal itu mengganggu kepada pembeli lain. Tetapi jika Ia memberikannya uang biasanya pengemis tersebut akan merasa ketagihan dan terus mendatangi lapaknya berdagang.

"Saya sangat sering menemukan pengemis di pasar Pandeglang ini, dan bahkan dalam sehari saja pengemis ini mendatangi lapak saya lebih dari sekali. Tentu hal itu membuat saya merasa terganggu karena jika saya tidak memberikan uang kepada pengemis itu mereka akan terus diam di lapak saya dan itu mengganggu pembeli yang akan membeli dagangan saya apalagi jika sedang ramai pembeli, tetapi jika saya memberikannya uang biasanya mereka akan terus mendatangi lapak saya dan mungkin karena ketagihan walaupun saya memberi uangnya juga tidak dalam jumlah besar." Ujar Ibu Rohmah (45) di Pasar Badak Pandeglang, Minggu (15/11/20).

Selain itu yang lebih memprihatinkan, ditemukan pengemis yang cacat dan sudah tua biasanya pengemis ini beroperasi di jalan depan toko yang banyak dilalui oleh pengunjung pasar, membuat para pengunjung pasar merasa iba ketika melihat pengemis yang cacat ini. 

Berdasarkan observasi di lapangan, pengemis yang cacat ini biasanya ada ketika pasar sudah mulai ramai atau ketika toko-toko di pasar sudah dibuka dan sampai pasar sudah sepi atau tutup. Perasaan tidak tega juga dirasakan oleh Ibu Sri sebagai pemilik toko. Namun Ia mengatakan bahwa setiap harinya pengemis yang cacat ini justru lebih banyak yang memberikannya uang ketimbang pengemis yang masih terlihat segar bugar.

"Iya suka ngerasa tidak tega sama pengemis yang cacat ini tapi ya gimana ya mau ngasih juga suka banyak juga yang ngasih tiap harinya, tapi ketimbang ngasih pengemis yang terlihat segar bugar saya lebih memilih ngasih pengemis yang cacat." Kata Ibu Sri (47) di Pasar Badak Pandeglang, Minggu (15/11/20).

Masyarakat di Pasar Badak Pandeglang baik penjual atau pembeli dibuat resah terhadap keberadaan pengemis karena keberadaannya mengganggu ketenangan mereka ketika mereka berdagang atau berbelanja apalagi pengemis yang meminta-minta dengan cara memaksa. Pedagang pun merasa dirugikan karena konsumennya merasa terganggu dengan hal itu. Namun seiringnya waktu, masyarakat baik pedagang maupun pembeli di Pasar Badak Pandeglang sudah merasa terbiasa dan mulai menerima keberadaan pengemis disana. Bahkan merasa kasihan dengan kondisi pengemis yang setiap harinya meminta-minta dan memaklumi bahwa mereka seperti itu juga karena membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini pun dikatakan oleh Ibu Rohmah.

"Awalnya saya suka kesal sama pengemis disini karena ya gitu suka minta-minta terus yang buat jengkel kadang ada pengemis yang sambil maksa mintanya. Tapi sekarang udah terbiasa aja kadang merasa kasihan juga sama pengemis, saya tau mereka gitu juga karena butuh uang." Kata Ibu Rohmah (45) di Pasar Badak Pandeglang, Minggu (15/11/20).

Dapat disimpulkan mengenai persepsi masyarakat terhadap pengemis di lingkupan Pasar Badak Pandeglang. Pertama, masyarakat menolak atau tidak menyukai adanya kehadiran para pengemis yang berkeliaran di pasar karena mengganggu ketertiban dan juga ketenangan masyarakat yang ada di pasar Badak Pandeglang baik penjual maupun pembeli. Penjual yang merasa dirugikan karena telah membuat pelanggan mereka menjadi tidak nyaman akibat keberadaan pengemis tersebut. Kedua, masyarakat mulai menerima keberadaan pengemis bahkan merasa kasihan kepada para pengemis terutama pengemis yang memiliki keterbatasan fisik (cacat) dan melihat kondisi mereka yang sangat memprihatinkan. Hal itu membuat masyarakat sudah tidak memperdulikan lagi keberadaan pengemis dan sudah tidak menghiraukannya karena sudah terbiasa dengan keberadaan pengemis yang berkeliaran di lingkungan pasar Badak Pandeglang.

Masalah pengemis jika dianalisis menggunakan teori sosiologi yaitu teori Dramaturgi oleh Erving Goffman, yang merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai pertunjukkan drama dalam sebuah pentas dimana masing-masing orang mempunyai peran yang berbeda. Teori Dramaturgi merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa di dalam kegiatan interaksi satu sama lain sama halnya dengan pertunjukkan drama. Dalam hal ini, manusia merupakan aktor yang menampilkan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya. Identitas seorang aktor dalam berinteraksi dapat berubah, tergantung dengan siapa sang aktor berinteraksi.

Teori Dramaturgi memiliki dua pandangan terhadap pengemis. Pertama yaitu panggung depan (Front Stage) yang menunjukkan gaya, penampilan, dan perilaku pengemis yang maksimal ketiga berhadapan dengan orang lain. Hal ini juga terjadi dengan pengemis yang berkeliaran di pasar Badak Pandeglang, untuk tampil maksimal sebagai pengemis dihadapan orang lain mereka biasanya menggunakan baju yang lusuh dan menampilkan mimik wajah sedih agar mengharapkan iba dari orang lain. Panggung depan bagi seorang pengemis disini adalah ketika pengemis turun ke Pasar Badak Pandeglang dan medatangi ke sejumlah pedagang ataupun pembeli dan pengunjung pasar lainnya.

Kedua, panggung belakang (Back Stage), cenderung menunjukkan sifat asli pengemis dalam kehidupan sehari-hari. Di panggung belakang inilah seorang pengemis cenderung menunjukan sifat keasliannya, kontras dari sifat ketika Ia berada di panggung depan. Aktor atau pengemis disini adalah individu yang tak berbeda dengan individu lain sebagai warga di lingkungan tempat tinggalnya. Begitu pula seperti pengemis yang berkeliaran di lingkungan pasar Badak Pandeglang, mereka cendrung tidak memperlihatkan sisi asli mereka, dan berperan seperti drama.

Daftar Pustaka

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Posmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun