Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Parenting: Anak Perlu Tahu Tragedi Kemanusiaan

6 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 7 Juni 2020   01:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi | www.shutterstock.com

Seolah belum cukup drama kesehatan Covid-19. Musibah ekonomi dan tingginya angka pengangguran. Kini muncul katastrofe rasis.

George Floyd menjadi dua kata yang identik dengan tragedi lenyapnya rasa kemanusiaan. Rasisme. Menerima suatu ras dan menolak ras lainnya.

Apakah anak-anak perlu tahu hal ini? Jelas mereka harus belajar tentang empati. Agar emosi mereka menjadi cerdas. 

Kelak mereka akan berhadapan dengan berbagai macam orang dengan latar belakang berbeda. Pembekalan empati, mempersiapkan anak agar dapat mengasihi sesamanya tanpa membedakan-bedakan SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan).

"Children are thinking about race already by the end of their first year of life,"

Andrew Baron - Profesor Psikologi di University of British Columbia

1 -- Berikan pengertian tentang SARA

Di belahan bumi manapun, isu Suku Agama Ras Antargolongan (SARA) sangat sensitif. SARA itu bagai kelas sosial yang abstrak. Suatu kebanggaan yang lahir dari ego.

Masalah SARA erat dengan kegiatan berelasi sehari-hari. Di lingkungan tempat tinggal, di kantor, di sekolah, di kampus, di ruang publik, hingga di bilik hati.

Memilih teman, harus! Menolak berteman, boleh! Menilai orang lain dari kacamata sendiri, wajar! Tetapi yang paling penting, seperti apa kriterianya?

Pertimbangkanlah buah-buah roh. Kasih, sukacita, kedamaian, kesabaran, murah hati, kebaikan, lemah lembut, kesetiaan, dan pengendalian diri.

SARA bukanlah alasan yang cukup kuat menolak pertalian. Tetapi ada tidaknya pengenalan akan Allah akan mempengaruhi seluruh tingkah laku dan pola pikir seseorang.

2 -- Terangkan bahwa Allah Adalah Kasih

Allah adalah kasih. Individu yang praktek mengasihi sesamanya adalah individu yang mengenal Allah. Orang yang tidak tahu mengasihi sesamanya, tidak mengenal Allah.

Ketika seorang individu mengimplementasi kasih, maka kasih Allah pun otomatis ada di dalam dirinya. Praktek mengasihi, akan membawa seseorang pada pengalaman akan kasih itu sendiri.

Orang yang mengasihi Allah, tidak mungkin membenci sesamanya. Jika seseorang tidak mampu mengasihi sosok yang tampak oleh mata jasmani, bagaimana dia dapat mengasihi Allah yang tidak terlihat?

Siapapun yang mengaku mengasihi Allah, pembuktiannya adalah dengan mengasihi sesamanya. Kasih itu aplikatif, bukan teori. Kasih itu tindakan nyata, bukan hanya niat belaka.

(Untuk umat Nasrani) Berikut adalah referensi ayat-ayat dari Alkitab:

Beloved, let us love one another, for love is from God, and whoever loves has been born of God and knows God.
Anyone who does not love does not know God, because God is love.

ESV, 1 John 4 : 7 - 8

Beloved, if God so loved us, we also ought to love one another.
No one has ever seen God; if we love one another, God abides in us and his love is perfected in us.

ESV, 1 John 4 : 11 - 12

God is love, and whoever abides in love abides in God, and God abides in him.
ESV, 1 John 4 : 16b

If anyone says, “I love God,” and hates his brother, he is a liar; for he who does not love his brother whom he has seen cannot love God whom he has not seen.
ESV, 1 John 4 : 20

And this is commendment we have from him: whoever loves God must also love his brother.
ESV, 1 John 4 : 21

3 -- Perlengkapi pengetahuan anak tentang perbedaan dan manfaat perbedaan

Allah pasti menghadirkan sesuatu yang saling berlawanan di bumi. Sebagaimana Dia ciptakan terang dan gelap atau siang dan malam.
Segala yang berbeda melengkapi hidup.

Begitu pula dengan SARA. Allah menciptakan berbagai jenis suku, agama, ras, dan golongan. Tujuannya agar manusia dapat saling menerima satu dengan yang lain. Mengembangkan sifat toleransi.

Pancasila dan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" merupakan sarana yang dapat dipakai untuk mengimpartasi tentang perbedaan. Sekaligus menanamkan ideologi nasionalisme.

4 -- Mengajar bukan berarti orang tua harus memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan anak

Banyak momen yang sering terlewat diajarkan pada anak. Sebab orang tua khawatir tidak dapat menjawab pertanyaan yang akan timbul. Alasan lain karena menganggap anak belum cukup matang.

Masalah SARA cukup krusial. Sedari kecil dan belia, anak perlu tahu. Selain tahu, anak juga perlu belajar menghargai. Melatih empatinya.

Agar percaya diri sebelum mengajar anak, persiapkan diri. Membaca berita atau referensi dari internet. Menonton televisi atau mendengarkan radio.

Tidak semua pertanyaan anak harus dijawab. Apalagi pertanyaan yang kurang tepat. Jawablah pertanyaan yang penting.

Kalaupun ada pertanyaan yang sulit, tetapi penting dijawab, gunakan Google atau search engine lainnya. Jangan malu karena tidak tahu. Orang tua adalah pendukung anak untuk belajar bukan mesin penjawab.

5 -- Sediakan bacaan atau mainan dengan sosok karakter yang berlainan

Ketika membeli buku atau mainan, usahakan barang itu memuat tokoh yang mengandung unsur persamaan dan perbedaan. Misalnya, buku cerita dengan tokoh berkulit putih dan tokoh yang berkulit coklat.

Anak-anak senang bermain-main dengan warna. Sehingga perbedaan warna kulit, warna rambut, ataupun warna bola mata, dapat menjadi alat yang efektif mengajarkan tentang ras.

Film-film animasi dengan sentuhan religius adalah media yang efisien untuk mengajarkan tentang perbedaan agama.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun