Akulah milikmu yang nyata saat ini, yang memelukmu dengan hangatku, yang menyentuhmu dengan lembutku, yang menciummu dengan gairahku, yang membuncahimu dengan rinduku, yang menyatukan jiwa ragamu dalam tarikan nafasku, yang meleburimu dengan totalitas cintaku.Â
Dan sebentar yang berubah nanti, aku telah habis dan harus pergi untuk dituang diatas bara api, diantara desah para petualang penghabis malam, diantara para sahabat setia pengais makna, aku merubah sepi, mengamati dengan menepikan diri dari segala kegalauan yang tak jarang lalu-lalang terus menghampiri.
Kadang aku pun sangat gemulai menarikan kritikan, melantai mengikuti irama gemerlap malam di sudut-sudut ruang, sesaat hentak irama itu seakan melenakan, ternyata aku masih bisa bangun demi hilangnya lelah yang menghantam.
Dan aku mengadu diantara waktu yang benar-benar kuhayati, saat rinduku merasuki hati, sedangkan engkau tak mengerti, masih saja berlari terseret arus duniawi. Â
Namun percayalah, manis pahit rindu cintaku akan selalu bersinar selama mata hati menghadap arasy langit suci, Â yang hanya akan tertabiri bila tertutup atau ditutupi. Kuketuk pintu kekasih untuk menyatukan kembali segala apa yang telah diberkati.
Malang, 18 Juli 2019
@lilasingosari17