Mohon tunggu...
lieztya09
lieztya09 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyummu

1 Agustus 2016   12:26 Diperbarui: 13 September 2016   08:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku rindu senyummu...

Senyummu....

Akan mengobati lelahku

------------------------------------------------

Ramadhan perlahan akan meninggalkanku, Syawal akan segera datang.

Sore ini kami 7 sahabat berencana berbuka puasa bersama di waroeng combi, tempat makan favorit kami.

“Hasna, nanti sore jangan lupa datang ya. Sudah dipesankan tempatnya. Aku datang bersama Ridho putraku.”ku telpon Hasna.

Hasna temanku yang mempunyai toko jilbab. Selain Hasna, sahabatku yang lain Karisa pembuat kue, Rida pemilik kos daerah kampus, Uswah usaha laudry, Wulan sibuk dengan usaha acesoris dan pernak pernikya, Cici mempunyai toko ATK dan fotocopy.

Kenapa banyak yang sebagai ibu rumah tangga dan bisa menjadi sahabatku? Kami dipertemukan sebagai karyawati di sebuah perusahaan. Karisa dan aku sudah terlebih dahulu menikah, Hasna, Rida, Uswah, Wulan, Cici berikutnya menyusul menikah satu persatu. Dengan berbagai alasan dan latar belakang, kami satu persatu mengundurkan dari perusahaan untuk membuka usaha yang berdekatan dengan keluarga. Meskipun kami terpisah jarak tidak menjadi karyawati, silaturahim tetap terjaga.

Perkenalkan namaku Hasibah, ibu rumah tangga mempunyai 1 putra bernama Ridho. Aku mempunyai online shop pakaian.

“Sibah, nanti aku datang sendiri ya.” Karisa meneleponku.

“Jam 5 sore sudah siap di tempat ya?”jawabku.

Senja meniti langkahnya. Kami berangkat menuju lokasi Waroeng Kombi, tempat favorit kuliner.

“Mana nih menunya?” Cici datang langsung nanya menu.

“Cici, lama tidak ketemu langsung nanya makanan nih?hehehe...”aku tertawa melihat Cici masih tetap seperti dahulu.

“Iya Cici nih, datang itu ucapkan salam Assalamu’alaikum.”Hasna menyahut.

Rida, Uswah, Wulan, Karisa sudah duduk manis, menanti adzan magrib dan hidangan berbuka puasa.

“Bagaimana perkembangan usaha kalian?”semua lancar kan?tanyaku pada sahabatku.

“Alhamdulillah lancar semua, ramadhan mendatangkan berkah. Alhamdulillah penjualan di bulan ramadhan meningkat.”Hasna tersenyum.

“Teman-temanku, sahabatku memang sudah ahli berbisnis. Semangat sahabat?Semangat..” Karisa menyemangati kami.

“Kalian mau lihat koleksi kaos, lihat gambarnya dahulu ya. Banyak warnanya, nanti dapat diskon deh khusus kalian.hehehehe...”kutawarkan dagangan kaosku.

“Emmm...dimanapun nih Sibah bawa dagangan.hahahha...” Rida tertawa melihaku.

“Bagus nih warnanya, ayo kembaran aja modelnya. Boleh beda warnanya. Aku pilih warna biru ya.” Biru memang warna favorit Hasna.

“Boleh tuh, kalau ada acara bersama bisa dipakai. Aku pilih warna hijau deh.” Hijau warna favorit Wulan.

“Sippp...aku pilih warna pink ya. Biar kelihatan tambah cerah nih.hehehe...”Uswah memilih warna pink.

“Rida, Cici, Karisa. Mau warna apa?aku pilih warna putih kelihatan bersih.heheh...”aku pilih kaos warna putih.

“Wahhh beneran jadi beli semua ya. Oke pilih warna coklat saja, kalau di kulit kelihatan bersih.” Alasan Rida pilih warna coklat.

“Aku warna apa ya?seperti blewah nih bagus sepertinya. Aku ini aja deh.”blewah alias pich pilihan Karisa.

“Nah tinggal Cici, lama banget pilih warna. Nungguin kamu sampai kapan nih?hehehehe...” Wulan menyindir Cici.

“Sabarlah sobat, namanya juga pembeli jadi harus teliti nih.hahaha.... emmm aku pilih warna merah deh. Biar kelihatan menyala alias jrenggg.”akhirnya Cici pilih warna.

“Alhamdulillah daganganku laku. Barangnya aku kirim kerumah kalian setelah lebaran ya. Sekalian silaturahim.”senang semua membeli kaos.

“Kalau boleh usul nih. Bagaimana kalau tidak perlu diantar kerumah kami. Kan mbak Sibah paling tua, ehh maksudnya paling dewasa diantara kita.hehehe.... Bagaimana kalau setelah mudik dengan keluarga masing-masing, kita semua kerumah mbak Sibah. Tahun depan gantian kerumah yang lain.”usul Hasna.

“Wahhh setuju banget, jadi kita bisa berkumpul satu tempat.”Karisa setuju.

“Setuju...setuju...”Rida, Wulan, Cici juga setuju.

“Lhohhh kerumahku?rumahku kecil rumah kontrakan, yakin kalian mau kerumahku?”malu sebenarnya kalau pada kerumahku.

“Hahahaha....kan yang datang kita. Bukan satu kelurahan yang datang.”Wulan ketawa.

“Iya..iya..oke kutunggu dirumahku ya. Jangan lupa bawa makanan khas hasil mudik.”senang melihat sahabatku nih.

“Permisi bu, makanan pesanan meja nomor 9 sudah siap.”Penyaji makanan Waroeng Kombi datang menyiapkan makanan dimeja. 

Di meja sudah tersedia menu favorit kami yaitu Sego Kobong, Sego Mbledos, Sego Waroeng Kombi, Mie Tresno, Es Segere Rek, Es Merem Melek, Es Blukutuk, Es Langit Biru, Sego Jinggo Pitik/Cumi, Sego Buntel Pitik.

“Ibu.. masih lama ya makannya?”Ridho sudah mulai lapar.

“Sabar sayang, sebentar lagi ya.”senyum melihat anakku sayang.

Ridho masih kelas 1 SD, belajar puasa Ramadhan.

Adzan Magrib berkumandang, kami berbuka bersama. Kebersamaan yang sudah sangat jarang ditemukan.

“Kalau mudik jangan lupa bawa oleh-oleh ya?” coba mengingatkan sahabatku.

“Siap bu komandan.”jawab sahabatku serempak

“Yang paling penting jangan lupakan aku ya?” kutersenyum melihat mereka.

Selesai acara berbuka bersama, sholat magrib berjamaah di masjid Al Fattah. Kami saling berpamitan pulang dan berpelukan.

---------------

Mentari mulai beranjak tinggi.

“Dinda, abang berangkat kerja dahulu ya.”pamit bang Eka suamiku.

“Hati-hati ya bang, jangan lupa kabari kalau sudah sampai tempat.”kucium tangannya.

“Ayah, hati-hati ya. Ridho sayang ayah dan  bunda.” Ridho mencium tangan ayahnya.

“Nanti jam 8, kami mau ke Rumah Cokelat ambil pesanan.”pamitku pada bang Eka.

“Hati-hati ya, jaga Ridho.”bang Eka perlahan meninggalkan rumah ketempat kerja.

“Ibu, nanti Ridho boleh makan cokelatnya juga kan.”Ridho ingin incip cokelat juga.

“Pasti boleh nak, boleh dimakan setelah berbuka puasa.”senyum melihat Ridho.

Hari ini aku dan Ridho berangkat ke Rumah Cokelat mengambil pesanan. Menjelang Idul Fitri, tempat pengiriman sudah penuh. Jadi harus mengambil langsung ketempat. It’s oke jalan-jalan sebelum mudik.

Berangkat naik bis, Ridho menikmati perjalanan. Banyak nanya apa ini apa itu, sampai bingung jawabnya.hehehe...

Cokelat ini pesanan teman lamaku, teman waktu sejak SMP. Temanku namanya Ani, setiap tahun dia selalu pesan cokelat. Beberapa juga pesanan dari tetanggaku.

“Ibu, cokelatnya lucu-lucu bentuknya. Ridho tidak tega makannya.hehehhe..” anakku memandangi cokelat pesanan.

“Sudah jangan dilihat terus cokelatnya, disimpan dahulu di lemari es biar tidak leleh. Nanti dimakan setelah berbuka puasa.” Senyum melihat tingkah Ridho.

Sore jam 5, semua pesanan diambil. Ridho juga ikut sibuk menemaniku.

-----------------------

Adzan Magrib berkumandang

Alhamdulillah hari ini bisa melewati ramadhan. Aku, bang Eka dan Ridho berbuka puasa. Nikmat rasanya berbuka puasa bersama.

“Ayah, bunda. Kurang berapa hari puasanya?Ridho kangen kakek nenek di Bandung.”tanya Ridho.

“Anak ayah nih, sabar ya kurang 5 hari lagi kita mudik ke Bandung naik kereta api. Nanti Ridho bisa sepuasnya bermain disana bisa ketemu kakek nenek.”bang Eka hibur Ridho.

Kami sekeluarga akan mudik ke Bandung dengan menggunakan kereta api.

-------------

Malam semakin larut.. gerimis mengiringi malam ini.

Setiap hujan ada kekhawatiran sendiri. Hujan lagi..banjir lagi. Itu yang selalu kami khawatirkan. Rumah kontrakkan kami sederhana yang masih sering terkena banjir.

“Bersyukurlah hidup akan bahagia.” itu selalu yang diucapkan suamiku.

“Semoga tak banjir malam ini bang?”harapanku.

“Iya semoga dinda, sudah tidur sana. Ridho naik kelas 2 ya, kita ajak liburan kemana ya?senang ya kalau kita ajak jalan-jalan sebagai hadiah naik kelas.” Bang Eka merencanakan liburan untuk Ridho.

“Hujan bang..bagaimana ini?”tanyaku lagi.

“Sudah tidur saja, kan ada abang disini yang selalu menjaga kalian. Tuh kan hanya gerimis, alhamdulillah malam ini   tak bersih-bersih lagi.”senyumnya.

-----------------

Dan malam ini....

“Bang..bang..kenapa kamu wajah kamu? kenapa? kenapa? bang Eka bangun..bangun..aku masih disini jangan tinggalkan aku.” Aku menangis melihat bang Eka tiba-tiba pingsan.

Panik kupanggil ambulance rumah sakit. Ya tengah malam disaat orang tidur aku mengantar suamiku. Menangis terus yang bisa aku lakukan. Kenapa ya Allah apa yang sebenarnya terjadi pada suamiku?

Tiba di UGD rumah sakit aku masih menangis tidak tahu apa yang terjadi.

---------------

“Sahabat, kaos pesanan kalian diambil ke rumah sakit ya?Maapkan aku tidak bisa menerima kalian dirumahku.” Kukirim pesan kepada 6 sahabatku.

Aku masih dirumah sakit menunggu bang Eka pulih dari sakitnya. Bang Eka belum sadarkan diri, diagnosa dokter bang Eka sakit stroke. Kaget aku mendengar kabar itu, kenapa bang Eka bisa terkena stroke??Lebaran, mudik rasanya hilang dari pikiranku. Aku ingin melihat senyumnya kembali, aku ingin bang Eka seperti sebelumnya.

Ridho anakku sementara kutitipkan adik iparku. Sedih rasanya tidak bisa mewujudkan keinginan Ridho untuk mudik. Alhamdulillah anakku memang baik hati dan pengetian, dia mengerti kalau ayahnya sakit. Dia ingin ayahnya lekas sembuh dan bisa berkumpul bersama lagi.

“Sibah, ini pada mudik. Aku belum bisa mengambilnya. Sabar ya, semoga bang Eka lekas sembuh.”Rida, Wulan,Cici, Karisa, Uswah sudah mudik dengan keluarganya.

“Terima kasih, hati-hati diperjalanan ya.” kusampaikan pesan untuk mereka.

“Diambil diruang apa mbak Sibah, aku yang mengambilnya. Biar mbak bisa konsentrasi nungguin bang Eka.” Pesan singkat dari Hasna yang belum mudik.

“Kutunggu diruang ICU ya, maap jadi merepotkan.”pesan singkat yang kukirim ke Hasna.

Lelah sudah pasti, tetapi aku akan menunggumu sampai sembuh. Senyummu akan mengobati lelahku.

“Bagaimana keadaan bang Eka?”Hasna datang di ruang tunggu ICU.

“Alhamdulillah lebih baik, tetapi belum sadar. Do’akan ya semoga lekas sembuh.” Kuberitahu keadaan bang Eka.

-----------

1 Syawal 1437 H datang besok, Ramadhan berlalu.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. LaailahaillahuAllahu Akbar.. Allahu Akbarwalillahi hilham.. gema takbir berkumandang.

Ingin menangis rasanya 1 Syawal tahun ini tidak bisa seperti yang lain penuh suka cita menyambut idul fitri. Aku dirumah sakit menungguin bang Eka. Bang Eka sudah dipindah diruang inap tidak lagi di ICU. Keadaannya sudah semakin membaik daripada 3 hari yang lalu. Sudah sadar, bisa menggerakkan anggota tubuhnya. Dia meneteskan air mata mendengar gema takbir, tetapi belum bisa berkata-kata. Aku tahu bang Eka juga sedih tidak bisa merayakan lebaran seperti tahun sebelumnya.

“Aku ada disampingmu bang. Tetap semangat ya!” kuusap air matanya.

Bang Eka mengedipkan matanya. Iya bahasa isyarat dari matanya yang bisa dilakukan sementara ini.

“Abang makan dahulu ya.”kusuap bubur untuk makan malamnya.

“Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin. Semangat Hasibah. Semoga lekas sembuh bang Eka.“pesan singkat dari Karisa.

Semua sahabatku mengirim pesan yang isinya hampir sama. Sabahat yang baik saling mengingatkan dan mendukung, semoga aku juga seperti itu.

“Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin juga. Terima kasih do’anya.”pesan singkat yang kukirimkan kepada sahabatku.

Malam semakin larut, gema takbir berkumandang.

Bang Eka sudah tidur, kupandangi wajahnya yang masih terlihat pucat. Rasanya ingin kupejamkan mata ini, tetapi aku ingin mendengarkan gema takbir yang berkumandang. Sembah sujudku padaMu Ya Allah. Terimalah taubatku, ampunilah dosaku, keluargaku. Maafkan hamba yang selalu meminta dan meminta, sembuhkanlah suamiku dari penyakitnya.

---------------------------

Fajar tersenyum lebar menyambut mentari. Aku pun menanti senyumnya kembali.

“Dinda, aku ingin pulang kerumah.”suara lirih yang tidak asing.

Kutengok bang Eka.

“Alhamdulillah..Terima kasih Ya Allah.” air mataku menetes mendengar bang Eka berbicara.

“Aku ingin pulang, bawa aku pulang.”pintanya.

“Sabar sayang, tunggu dokter ijinkan pulang. Nanti Ridho datang pasti abang senang.”kuhibur diriya.

“Assalamu’alaikum bunda, ayah. Ridho datang.”Ridho datang bersama adik iparku.

“Waalaikumsalam, ayo sini nak. Ayah kangen bermain bersama Ridho.”bang Eka meneteskan air mata melihat Ridho.

“Ayah jangan menangis. Ridho ingin ayah segera sembuh dan bisa bermain lagi. Semangat ayah, I Love You Dad.”Ridho memeluk ayahnya.

Kedatangan Ridho setidaknya menambah semangat bang Eka untuk pulih dari keadaannya. Dua jam bersama Ridho membuat ruangan ini seperti di rumah sendiri, canda tawa Ridho yang memeriahkan suasana.

“Kak aku pulang bersama Ridho, jaga kesehatan kakak juga. Cepat sembuh ya.”pamit adik iparku dan Ridho.

Ketika sakit itu ujian dari Allah, sebagai hambanya berikhtiar  dan berdo’a yang kulakukan. Allah tidak akan sekali-kali menguji hambaNya diluar kemampuan hambaNya.

-------------------

Seminggu diruang ini, tembok bercat putih. Perkembangan bang Eka semakin membaik, tangannya sudah bisa digerakkan sedikit. Syukurku padaMu Ya Allah, bersyukurlah yang membuat bahagia. Bahagia?bahagia itu sederhana melihat perkembangan bang Eka semakin membaik dan senyumnya mulai mengembang.

“Makan dahulu ya bang. Semoga besok dokter mengijinkan pulang.”kusuap bubu menu makan pagi.

“Assalamu’alaikum.”Hasna dan suaminya datang.

“Waalaikumsalam, silahkan masuk. Terima kasih sudah datang.”kupersilahkan mereka masuk.

“Bagaimana keadaan bang Eka?”Ramdan suami Hasna bertanya.

“Alhamdulillah baik, mas Ramdan.”bang Eka jawab pelan.

“Mohon maaf ya, jadi bertamu dirumah sakit.” Senyum melihat kedatangan mereka.

“Mohon maaf lahir batin, maafkan kami jika ada salah yang disengaja maupun tidak.”ucap Hasna.

Kami bercerita suasana idul fitri di rumah sakit, mudik Hasna dan keluarga. Kedatangan mereka setidaknya memeriahkan ruangan ini.

“Assalamua’alaikum.”ucap salam dari luar ruangan.

“Waalaikumsalam.”ucapku dan membuka ruangan.

“Kalian kenapa bisa sampai sini, jauh-jauh kesini.”sahabatku Karisa,Wulan, Uswah, Cici,Rida datang bersama keluarganya.

“Maafkan kami, baru jenguk bang Eka hari ini.”Karisa meminta maaf.

Ruangan bertembok putih ini ramai dengan kehadiran sahabatku dan keluarganya. Satu jam mereka menemani kami, memberi semangat dan dorongan untuk kesembuhan bang Eka.

“Kami pamit pulang dahulu, semoga bang Eka lekas sembuh.”Hasna dan semua sahabatku berpamitan.

Sahabatku memelukku erat. “Sabar ya mbak Sibah, Allah selalu ada untukkmu. We love you because Allah.”

Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit, pulang menuju rumah masing-masing.

-------------------

Mentari memancarkan sinarnya begitu terang benderang.

Senyumnya, semangatnya membuatku lebih tegar. Air mata ini yang dahulu sering jatuh, sekarang diganti tetesan air mata bahagia. Bang  Eka berangsung pulih meskipun tidak bisa seperti sediakala.

Dua minggu dirumah sakit, dokter mengijinkan pulang. Kontrol ke rumah sakit rutin dilakukan sesuai anjuran dokter.

“Aku rindu senyummu dinda. Maafkanlah aku menyusahkanmu.”ucap bang Eka padaku.

“Jangan bicara seperti itu bang, aku akan setia mendampingimu.”senyum padanya.

“Kau dan Ridho adalah anugerah terindah yang Allah kirimkan untukku.”syukur bang Eka.

“Ayah...Ridho kangen ayah. Nanti Ridho yang ajak jalan-jalan ayah ke taman kalau sore.”Ridho kangen ayahnya.

Syukur kami padaMu Ya Allah, masih Engkau anugerahkan nafas untuk kami. Ketika sakit syukurnya harus ditambah untuk mengingat saat sehat, karena memang benar sehat itu mahal harganya.

----------------------

#semangat memperbaiki diri

#semangat menjadi pribadi yang indah

#tersenyum dan tetap semangat

#picture by google.com

#thanks to : narasumber dan pembaca

#goresan pena ini kupesembahkan untuk temanku, sahabatku dimanapun berada semoga silaturahim tetap terjaga dan jaga kesehatan.^-^

--lieztya09--

26 Syawal 1437 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun