Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di KLHK

Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gudeg Balap Mercon Jogja

24 Juni 2022   21:25 Diperbarui: 24 Juni 2022   21:27 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Sabtu berturut-turut Rohman dan kedua teman SMA nya sudah ngonthel ke dua tempat yang cukup jauh dari rumahnya, yaitu di Kulon Progo dan Bantul. Rencana hari Sabtu ke-3 memilih tempat yang agak dekat, yaitu Kota Jogja. Tepatnya di Warung Gudeg Mercon, punyanya Yos teman SMA nya juga.

Namun keluhan rasa nyeri di kaki sebelah kanan Rohman dirasakan pada hari Senin pagi setelah bangun tidur. "Ngopo Pah, kok dengklang?" Tanya istrinya.

"Embuh ki, kok nyeri banget nek enggo mlaku."

"Kesleo palingo Pah? Wis tak kandani, Sampean ki wis meh setengah abad umure. Olah raga ki apik-apik wae, ning yo kudu sesuai takaran. Tenis kok seminggu ping telu ditambah ngonthel tekan adoh-adoh."

Rohman diam dan berusaha berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi untuk buang air dan wudhu untuk sholat subuh.

Dari dalam kamar mandi, Ia mengiyakan apa yang dikatakan istrinya. Setelah keluar kamar mandi, istrinya masih di tempat tidur, "ndang dipriksake dokter po diurut sakdurunge soyo parah."

"Yoh," jawab Rohman singkat.

Setelah salam, Rohman mengingat-ingat apa yang menyebabkan rasa sakit di kaki kanannya itu. Salah satu hobinya adalah berolah-raga. Setelah sebulan berpuasa dan dibarengi "lockdown" akibat pandemi covid19 tidak tenis dan bersepeda, ketika sudah dibolehkan beraktivitas di luar, Ia pun kembali melakukan hobinya dengan melebihi daya tahan tubuhnya yang sudah tidak muda lagi.

Rohman teringat waktu balik dari gowes ke Bantul yang menempuh jarak sekitar 50 km pulang-balik sampai di kampus UGM. waktu itu sekitar pukul 12 siang dengan terik Matahari yang menyengat dan kondisi kelelahan. Untuk menghindari terik Matahari, Ia tidak memilih jalan ke perempatan Mirota, namun masuk gerbang Bulaksumur karena di jalur lambat penuh dengan pohon yang rindang.

Setelah sampai di depan Gedung UC, Ia belok kiri untuk keluar kampus lewat Jakal. Namun celah di trotoar yang memungkinkan sepeda bisa keluar ditutup rapat.

"Waduh piye ki, mosok kudu mbalik maneh?" Tanyanya dalam hati.

Karena sudah capek dan panas, akhirnya Ia memutuskan untuk meloncati pagar dengan membopong sepeda terlebih dahulu dan berhasil karena sepedanya agak ringan.

Namun karena badanya agak gemuk dan capek, Ia kesusahan menaiki tembok gerbang yang tingginya sekitar 1,5 m. Setelah berhasil di atas tembok, Ia berhenti sejenak mengatur nafas dan tenaga agar dapat berkonsentrasi untuk turun menyebrangi pagar.

"Satu..... Dua.... Tiga," Ia melompat dan "Jleg," suara kedua kakinya bersamaan menginjak lantai. Saat itu juga Ia menyeringai dan memejamkan mata merasakan sedikit nyeri di lutut kaki kiri dan di bawah ento-ento kaki kanannya.

Ia duduk agak lama merasakan nyeri yang dirasakan agar cepat berlalu. Setelah terkumpul tenagannya, Ia melanjutkan perjalanan  ke rumahnya yang tinggal 2 km lagi dengan berlahan-lahan.

Satu hari sebelumnya, Ia tenis di kantor tiap Jumat dan sorenya main lagi di Kantor Dishut. Minggunya tenis lagi dengan para seniornya walaupun sudah kecapeaan.

Walau sudah dipijit uratnya pada hari Rabu, rasa nyeri di kaki kanannya tidak kunjung reda jika untuk berjalan. Padahal hari Sabtu sudah janjian dengan teman-temannya ngonthel ke warungnya Yos untuk menikmati Bubur Gudek Mercon yang direkomendasikan Dewi.

H-1, Rohman menunggu konfirmasi dari teman-temanya, apakah jadi ngonthel yang mulai rutin tiap Sabtu. Setelah isyak malam sabtu, Mbah Slamet menayakan acara besok jadi atau tidak? Slamet barusan membeli sepeda dari temannya dan tidak sabar untuk mencobanya.

Rohman posting foto kakinya yang bengkak dan dibalut untuk mengabarkan bahwa Ia tengah cedera.

"Ngopo Man sikilmu?" Tanya Nanok penasaran.

"Suk wae tak critani Nok. Dowo ki critane. Aku suk gak iso ngonthel, paling mobilan."

Hendro menawarkan diri untuk menjemput pake motor. Tadinya Rohman menerima tawaran itu, tapi akhirnya mumutuskan tetap mengendarai mobil saja agar tidak kesiangan sampai di warung Yos yang letaknya dekat Kraton Jogja.

Slamet yang di kampungnya dijuluki Kyai Gepeng ngabari sudah siap-siap OTW tidak lama setelah sholat subuh. Mbah Kyai ini rumahnya paling jauh, di Jl. Imogiri Timur Km. 11. Dan tidak lama Nanok menjawabnya, "mruput mbah? Saya jam 6 dari rumah yo mbah."

Rohman lewat Ringroad utara menuju Jl. Magelang, ke selatan melewati Samsat trus ke Jogteng Kulon dekat sekolah anaknya dulu di Madrasah Mualimat. Dari Jogteng Kulon ke selatan ketemu bangjo, ambil kiri dan Ia mulai berlahan-lahan melihat di mana Warung Yos berada.

Ia teringat masa SMA dulu yang kos di Patangpuluhan, dekat Madrasah Mualimin. Ia sering taraweh di Ndalem kepunyaan Probosutejo yang selalu menghidangkan makanan setelahnya. Baginya yang anak kos, merupakan ajang penambahan gizi dengan gratis.

Nampak sosok tinggi berkepala plontos sedang menunggu teman-temannya yang akan berkunjung ke warungnya. Rohman menyapa dari dalam mobilnya, "Bro.... Rung ono sing teko po?"

"Rung... Parkir kono ae Dab." Sambil menunjuk ke arah selatan yang longgar untuk parkir mobil.

Rohman mengambil tongkatnya dan keluar mobilnya dengan langkah tertatih.

"Wo.. Cedera tenan to ki? Wis persis koyo simbah-simbah. Hahaha."

Yos mendekati temannya yang nampak kepayahan dan mengawalnya untuk menyebrang menuju warungnya. Tiba-tiba dari arah timur ada pengendara motor dengan memakai helm cakil yang tertutup kacanya mau menabrak Yos dan Rohman. Dengan reflek Yos mengepalkan tangannya dan hanpir saja meninjunya. Untung Si pengendara motor cepat membuka kaca helm.

"Woo... Koe to Dro. Nek gak cepet mbuka koco helmmu, ajur koe Dro!"

Tidak lama setelah Rohman dan Hendro duduk di kursi, dua goweser, Nanok dan Kyai Gepeng pun njedul.

"Assalamu'alaikum..... Piye critane Man?" Tanya Slamet sambil melihat kaki Rohman.

"Yo wis ngene iki," kata Rohman sambil menunjuk kakinya yang dibalut.

"Tak suwuk po?"

Yos pun meminta mbaknya untuk menyiapkan bubur atau nasi gudeg untuk teman-temannya. Rohman, Hendra dan Danang yang barusan datang memesan bubur, sedangkan Slamet dan Nanok nasi gudeg.

Sambil menikmati gudeg mercon bersama dan minuman herbal berupa jahe dan serai, Rohmanpun bercerita kronologis kejadian dan sebab musababnya, kenapa kakinya terkilir dan aboh.

Kemudian Yos menjelaskan bisnis kuliner yang terletak Jl. Kadipaten Kidul No.32, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta ini. Termasuk penamaan yang ada kata "balap" nya. Teman-temanya memang tahu bahwa Yos ini memang pembalap yang pernah tampil di Sirkuit Sentul pada masa mudanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun