Slamet yang di kampungnya dijuluki Kyai Gepeng ngabari sudah siap-siap OTW tidak lama setelah sholat subuh. Mbah Kyai ini rumahnya paling jauh, di Jl. Imogiri Timur Km. 11. Dan tidak lama Nanok menjawabnya, "mruput mbah? Saya jam 6 dari rumah yo mbah."
Rohman lewat Ringroad utara menuju Jl. Magelang, ke selatan melewati Samsat trus ke Jogteng Kulon dekat sekolah anaknya dulu di Madrasah Mualimat. Dari Jogteng Kulon ke selatan ketemu bangjo, ambil kiri dan Ia mulai berlahan-lahan melihat di mana Warung Yos berada.
Ia teringat masa SMA dulu yang kos di Patangpuluhan, dekat Madrasah Mualimin. Ia sering taraweh di Ndalem kepunyaan Probosutejo yang selalu menghidangkan makanan setelahnya. Baginya yang anak kos, merupakan ajang penambahan gizi dengan gratis.
Nampak sosok tinggi berkepala plontos sedang menunggu teman-temannya yang akan berkunjung ke warungnya. Rohman menyapa dari dalam mobilnya, "Bro.... Rung ono sing teko po?"
"Rung... Parkir kono ae Dab." Sambil menunjuk ke arah selatan yang longgar untuk parkir mobil.
Rohman mengambil tongkatnya dan keluar mobilnya dengan langkah tertatih.
"Wo.. Cedera tenan to ki? Wis persis koyo simbah-simbah. Hahaha."
Yos mendekati temannya yang nampak kepayahan dan mengawalnya untuk menyebrang menuju warungnya. Tiba-tiba dari arah timur ada pengendara motor dengan memakai helm cakil yang tertutup kacanya mau menabrak Yos dan Rohman. Dengan reflek Yos mengepalkan tangannya dan hanpir saja meninjunya. Untung Si pengendara motor cepat membuka kaca helm.
"Woo... Koe to Dro. Nek gak cepet mbuka koco helmmu, ajur koe Dro!"
Tidak lama setelah Rohman dan Hendro duduk di kursi, dua goweser, Nanok dan Kyai Gepeng pun njedul.
"Assalamu'alaikum..... Piye critane Man?" Tanya Slamet sambil melihat kaki Rohman.