Gambar 1. Hasil Kuesioner Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Gambar 7. Hasil Kuesioner Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan data yang telah diperoleh, 78,4% mahasiswa menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan atau terbebani dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh. Hampir seluruh kesulitan atau keluhan yang disebutkan sebagai alasan mengapa Pembelajaran Jarak Jauh terasa lebih sulit adalah materi yang di berikan oleh dosen terkadang sulit untuk dipahami yang karena beragam faktor seperti gangguan sinyal internet baik dari dosen maupun para mahasiswa, pembelajaran menggunakan presentasi Power Point juga dirasa kurang efektif karena hanya berisi sebuah rangkuman dari dosen, selain itu mahasiswa kesulitan dalam mencari referensi tugas dari buku yang ada di perpustakaan sehingga mahasiswa hanya dapat memanfaatkan informasi dari internet saja. Mahasiswa juga merasa kesulitan untuk bertanya atau berdiskusi secara langsung dengan mahasiswa lainnya.
Dalam beberapa program studi dengan mata kuliah praktikum, mereka merasa kesulitan dengan materi atau contoh yang diberikan dosen secara daring sehingga kesulitan dalam memahami materi sangat sering dirasakan oleh para mahasiswa tersebut. Sedangkan 21,6% lainnya tidak merasakan kesulitan dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh seperti saat ini.
8. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Jarak Jauh dan Tatap Muka Secara Langsung
Gambar 8. Hasil Kuesioner Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan data di atas 96,1% mahasiswa menyatakan bahwa Pembelajaran Jarak Jauh tidak lebih efektif jika dibandingkan dengan perkuliahan tatap muka secara langsung karena berbagai kesulitan yang mereka alami terutama dalam pemahaman materi dan juga gangguan internet yang seringkali dirasakan para mahasiswa. Hanya sebagian kecil saja yaitu sekitar 3,9% yang merasa Pembelajaran Jarak Jauh lebih efektif di banding pembelajaran tatap muka secara langsung.
9. Sarana dan Prasarana Pendukung dari Universitas
Gambar 9. Hasil Kuesioner Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan data, sebanyak 70,6% mahasiswa menyatakan bahwa mereka mendapatkan dukungan sarana dan prasarana berupa penyaluran kuota internet gratis untuk kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh yang bersumber dari pemerintah sehingga mahasiswa merasa sangat terbantu karena kuota internet yang digunakan untuk pertemuan daring melalui video conference sangat banyak dan cukup mahal apabila tidak mendapatkan bantuan dari pihak universitas. Sedangkan 29,6% mahasiswa menyatakan jika mereka sama sekali tidak memperoleh dukungan sarana prasarana bahkan seperti kuota internet gratis sekalipun.
10. Koordinasi dalam Pembelajaran Jarak Jauh
Gambar 10. Hasil Kuesioner Sumber: Dokumen Pribadi, 2020
Berdasarkan persentase data yang didapatkan, mahasiswa merasa bahwa seluruh kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh sudah terlaksana dengan baik yaitu cukup terstruktur, terjadwal, dan terkoordinasi karena pihak universitas telah memberikan jadwal yang diatur sedemikian rupa dan dosen juga tidak pernah lupa untuk memberikan informasi mengenai link atau kode untuk kegiatan perkuliahan yang dilaksanakan melalui aplikasi pendukung video conference. Namun menurut peneliti jawaban yang didapatkan juga masih variatif, hal ini terjadi karena perbedaan pengelolaan dari universitas yang berbeda seperti pergantian jadwal secara tiba-tiba atau dosen yang tidak memberi materi perkuliahan sama sekali. Hal ini dapat dibuktikan dengan 9,8% mahasiswa yang memilih bahwa kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh masih kurang terlaksana dengan baik.
