Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Calvin, Jose, Alea] Lihatlah Lebih Dekat

22 Juli 2019   06:00 Diperbarui: 22 Juli 2019   06:49 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jose tahu siapa yang bikin tulip di rumah ini subur?"

"Nggak. Siapa memangnya?"

"Ayahmu, Nak. Ayah Calvin mengajari Paman Revan cara menanam tulip di daerah tropis."

"Ok. Terus apa hubungannya sama pertanyaanku?"

Paman Revan tertawa kecil. "Ah, kamu tidak sabaran. Ayah Calvin memberi apa yang Paman Revan butuhkan. Ayah Calvin tahu cara menanam tulip, ilmunya dia berikan. Tapi, kalau Paman Revan minta yayasan dan sekolah itu, jelas Ayah Calvin tidak akan memberikannya. Jose, orang yang mencintaimu tidak akan memenuhi semua permintaanmu. Dia akan memenuhi kebutuhanmu. Bedakan antara butuh dan ingin, ok?"

Nah, bagaimana dengan gereja itu? Jose menahan desakan untuk bertanya. Bukankah Steven dan umat Katolik lainnya butuh tempat ibadah? Salahkah bila Jose menginginkan Ayahnya ikut membantu?

"Orang yang mencintaimu bukanlah orang yang menuruti semua keinginanmu. Tak selamanya orang yang mencintaimu membuatmu bahagia. Orang yang mencintaimu tidak akan bisa 24 jam sehari dan 365 hari dalam setahun mendampingimu. Tapi dia akan selalu jadi penopang saat kau butuh sandaran, dia orang pertama yang menghapus air matamu, dia akan berdiri paling depan untuk membelamu, dan dia melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya untukmu."

Kata-kata Paman Revan meresap lembut ke hati Jose. Tangan kokoh Paman Revan menepuk puncak kepalanya. Dimintanya Jose mengingat-ingat semua yang telah dilakukan Ayah Calvin.

Tentu saja Jose ingat semuanya. Sebagian besar waktu Ayah Calvin dihabiskan untuknya. Malam-malamnya jadi lebih indah karena Ayah Calvin selalu menemani. Ayah Calvinlah yang membacakannya buku, membantunya menulis, menyelimutinya, berdiri di sampingnya selama terapi, mengompresnya ketika ia demam, memasakkan makanan Oriental, membuatkannya susu hangat kala ia kedinginan, memeluknya erat dalam deraan kesedihan, dan mencium keningnya penuh kasih. Apakah semua itu masih kurang?

"Ayah Calvin bukannya nggak sayang sama kamu. Dia belum sanggup memenuhi permintaanmu..." ucap Paman Revan meyakinkan.

Kepala Jose tertunduk. Terus dicobanya melihat Ayah Calvin lebih dekat. Melihat Ayah Calvin dari sisi lainnya yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun