Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tuhan, Peluklah Ayah dengan Cahaya Cinta-Mu

27 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 27 Mei 2019   06:05 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinggal bagian yang sulit: berpamitan. Jose pasti takkan suka kalau ia bangun nanti. Pelan dan hati-hati, Ayah Calvin naik ke kaki ranjang. Ditatapnya anak tunggalnya penuh kasih sayang. Separuh tubuh Jose tersembunyi di balik selimut.

Sejak semalam Jose tidur di kamar Ayah Calvin. Jadinya, Ayah Calvin tak tidur sendirian lagi. Anak itu mengambil bantal sutra kesayangan Ayahnya. Tak apa, asalkan Jose senang.

"Sayang, Ayah pergi dulu ya. Ayah janji akan kembali secepatnya..." bisik Ayah Calvin.

Diciumnya kening Jose. Hampir berhasil, hampir saja. Jika Ayah Calvin tidak membuat suara berisik saat turun lagi, Jose takkan terbangun kaget.

"Ayah!"

Oh ini sulit, sangat sulit. Lihatlah, Jose terbangun. Anak itu menampilkan puppy eyes dan pillow face-nya.

"Ayaaaah, Jose mimpi buruk lagi!"

Demi mendengar itu, Ayah Calvin tak tega. Ia kembali naik, lalu mengelus-elus kepala Jose.

"Mimpi buruk apa, Sayang?"

Rupanya Jose memimpikan kejadian semalam. Saat dirinya kembali dari rumah ibadah. Sekelompok pria bersarung meneriakinya 'orang asing', 'mata sipit', dan 'piggy'. Jose tak tahu apa salahnya. Orang-orang bersarung itu memaki Jose karena mata sipit dan kulit pucatnya.

"Ayah, kenapa Jose dibilang piggy? Padahal Jose kan nggak pernah makan piggy..." Anak itu setengah memprotes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun