Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | [Langit Seputih Mutiara] Afeksi Eksperimental

7 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 7 Januari 2019   06:00 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti tokoh Hannah Montana yang mengubah dirinya saat menjadi Mailie, Calvin mampu menyesuaikan diri. Saat ia masih aktif di dunia modeling, sebutlah ia anak mall. Berbanding terbalik dengan keadaannya sejak divonis kanker darah: anak rumahan. Siang ini, Calvin jadi anak mall lagi.

Tapi, bukan semata demi kesenangan pribadi. Demi memenuhi jadwal menemani Abi Assegaf. Hari ini Abi Assegaf ada janji bertemu klien bisnisnya. Entah dapat bisikan dari mana, si klien meminta bertemu di mall.

Semula, Abi Assegaf ingin pergi sendiri. Namun Calvin berkeras menemani. Ia tahu titik lembut di hati ayah keduanya: sulit mengatakan kata 'tidak'. Alhasil, kini mereka ada di sini. Duduk mengitari meja bundar di gerai PHD.

"Pak Assegaf, lama sekali tak bertemu. Ah, ini pasti anak Anda." kata si klien ramah. Ia pria gemuk botak dengan setelan jas dark brown. Disalaminya Abi Assegaf dan Calvin.

Susah payah Calvin menahan senyum. Dirinya sama sekali tak mirip Abi Assegaf. Mengapa ada yang berasumsi begitu? Jalan pikiran orang kadang absurd.

Satu jam mereka habiskan untuk berbincang hangat. Bukan, bukan pertemuan formal. Hanya membahas peluang bisnis dan kesempatan ekspansi. Perusahaan si klien hendak bekerjasama dengan Assegaf Group. Mendengarkan obrolan itu, Calvin berdoa dalam hati. Mendoakan kesuksesan kerjasama itu.

Mungkin saja mereka masih akan bertahan lama di sana. Andai saja tak ada deringan ponsel menyela. Si klien bisnis menepuk dahinya yang berminyak, terburu-buru bangkit dari kursi. Suara derak kursi begitu gaduh saat ditinggalkan pemiliknya.

"Maaf, Pak Assegaf. Saya ditunggu istri di Holy Noodle. Kita bisa lanjutkan lain waktu. Nanti saya e-mailkan proposalnya." Klien bisnis itu bicara cepat sekali.

"Ok, tidak masalah. Salam untuk Susan."

Sesaat Calvin dan Abi Assegaf menatapi punggung si klien sampai hilang di balik pintu. Wajah Abi Assegaf berubah sedih. Calvin menangkap perubahan itu.

"Kenapa, Abi?" tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun