Tangan Calvin terulur. Lembut mengusap rambut panjang malaikat mungilnya.
"Buat apa, Sayang?"
"Buat semuanya. Buat rumah mewah ini, baju-baju, gaun mahal, kamar, mainan, buku-buku, dan...makasih karena Daddy sayang sama Angel."
Tergetar hati Calvin mendengarnya. Anak sekecil ini, sudah mengerti makna terima kasih. Ditatapnya sepasang mata sipit bening itu. Mata yang jernih tanpa kebohongan dan manipulasi. Mata kanak-kanak yang polos dan jujur.
"Sama-sama, Sayang." ujar Calvin, lalu menggendong Angel ke ranjang.
Angel berbaring di ranjang king size berseprai merah mudanya. Calvin duduk di pinggir tempat tidur, menyelimutinya dengan lembut. Buku bergambar tokoh Princess favorit Angel terbuka di pangkuannya.
"Daddy, kok belum mulai cerita?" tanya Angel polos.
"Angel lupa ya? Sebelum dengar cerita dan tidur, kan harus berdoa dulu." Calvin lembut mengingatkan. Sukses mengundang tawa kecil Angel.
Sejenak ia memejamkan mata. Kemudian mulai berdoa.
"Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat membersihkan aku."
Setelahnya, ia mengucapkan Doa Bapa Kami lima kali. Lima kali Doa Bapa Kami untuk merefleksikan luka-luka Yesus di kayu salib. Luka di kedua kaki, tangan, dan lambungNya. Angel berdoa seperti doa singkat yang dilakukan Paus Fransiskus sebelum tidur.