Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf, Aku Tak Sempurna

19 Desember 2017   05:50 Diperbarui: 19 Desember 2017   06:20 2867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kata dokter?" bisik Calisa, melingkarkan lengannya di leher Calvin.

"Katanya, aku harus hati-hati. Dampak pengobatan ini mulai terasa." sahut Calvin apa adanya.

"I see. Ah, harusnya aku menemanimu. Kenapa kamu selalu melarangku menemanimu ke rumah sakit?" Calisa sedikit memprotes, lembut membimbing tangan suaminya masuk ke dalam rumah.

"Aku tidak ingin membuatmu sedih, Calisa."

"Aku berusaha untuk tidak sedih, Calvin. Ah sudahlah. Kita shalat Maghrib dulu bagaimana? Aku menunggumu agar bisa shalat bersamamu."

Beribadah bersama, satu rutinitas yang selalu dilakukan Calvin dan Calisa hampir setiap hari. Kecuali bila kondisi memaksa mereka untuk beribadah secara terpisah. Padatnya jadwal pekerjaan tak menghalangi mereka untuk konsisten menjalankan perintah agama.


Calvin dan Calisa shalat berjamaah. Bersama saling menguatkan dalam doa dan komunikasi transendental dengan Sang Khalik. Menguatkan pilar cinta mereka dengan keteguhan iman. Iman dapat menguatkan cinta. Cinta mampu menerima kelebihan dan kekurangan. Begitulah cinta yang sesungguh-sungguhnya.

"Well, aku harus kembali ke kantor." kata Calisa usai shalat.

"Ke kantor? Akhir-akhir ini kamu sering lembur ya? Ada project barukah?" tanya Calvin ingin tahu.

"Iya. Makanya kantorku sedang sibuk-sibuknya. Project besar dengan klien hebat. Is it ok?"

Tak ada yang bisa dilakukan Calvin selain memberikan izin. Mengalah, walau ada sebersit kecewa di dasar hati. Ia pikir, Calisa akan menemaninya. Dirinya saja sudah mengurangi kesibukan di kantor, tapi Calisa masih saja sibuk dengan pekerjaannya. Sebuah kekecewaan yang wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun