Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kau Pergi Membawa Hatiku

10 September 2017   06:11 Diperbarui: 12 September 2017   12:32 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**    

Wanita berpakaian putih itu mendesah pasrah. Menatapi pasien istimewanya. Istimewa? Bisa dikatakan begitu.

Calvin Wan bukanlah pasien biasa. Ia dapat dideskripsikan sebagai pria tampan. Postur tubuh semampai, kulit putih, dan wajah oriental yang menawan. Apa yang kurang? Kecerdasannya di atas rata-rata. Ketampanan dan kecerdasan membuatnya mudah meyakinkan orang lain serta mendapatkan jabatan tinggi di perusahaan. Ini tak luput dari peran hello effect, suatu stereotip fisik yang menganggap orang berwajah rupawan lebih segala-galanya.

Realitanya, Calvin tak hanya tampan. Ia nyaris memiliki segalanya kecuali satu: kesehatan. Kanker tulang stadium empat mengganas di tubuhnya. Beberapa bulan terakhir, Calvin menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kondisinya naik-turun dalam fluktuasi yang mengkhawatirkan. Satu minggu full ia bisa merasa sangat sehat. Minggu berikutnya belum tentu. Sel-sel kanker bermetastasis dengan cepat.

"Izinkan saya keluar dari rumah sakit." pinta Calvin. Ia sungguh-sungguh menginginkannya.

"Calvin...kesehatanmu tidak memungkinkan." Sang dokter menolak halus.

"Saya kuat. Saya akan baik-baik saja. Ini hari ulang tahun seseorang yang berarti dalam hidup saya. Mungkin saja, ini kesempatan terakhir saya untuk membahagiakannya."

Kesungguhan terpancar di mata itu. Siapa pun yang melihatnya akan luluh. Kelembutan dan kesabaran Calvin membuat semua orang yang mengenalnya terkesan. Akhirnya, permintaannya diluluskan.

Tanpa membuang waktu lagi, Calvin bergegas meninggalkan rumah sakit. Kenekatan mendorongnya mengemudikan mobilnya sendirian. Sebuah rencana telah disiapkan.

**     

Bel pintu berbunyi. Calisa beranjak ke ruang tamu. Di ambang pintu, seorang kurir berdiri tegap. Ia memegang kotak ukuran sedang berwarna putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun