Mohon tunggu...
Muhammad Rifan
Muhammad Rifan Mohon Tunggu... -

https://biodatalantureg.blogspot.com/2019/04/biodata.html?m=1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembuhkan Diri Anda dari Dalil Penyakit Kegagalan

23 April 2019   09:18 Diperbarui: 23 April 2019   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang ini menggunakan kekuatan otaknya yang hebat untuk membuktikan mengapa segalanya tidak akan berhasil, bukannya mengarahkan kekuatan mentalnya dalam mencari cara-cara untuk berhasil. Karena cara berpikir negatif yang memandu otaknya yang hebat, orang ini sedikit sekali memberikan sumbangan dan tidak menghasilkan apa pun. Dengan sikap yang berubah, ia sebenarnya dapat mengerjakan hal-hal besar. 

Ia mempunyai otak yang cerdas yang dapat menjadi dasar bagi keberhasilan yang luar biasa, tetapi sayangnya, ia tidak mempunyai kekuatan pikiran. Seorang lain lagi yang saya kenal terkena wajib militer segera sesudah mendapatkan gelar Ph.D.nya. Bagaimana ia menjalani tahun-tahunnya di Angkatan Darat? Bukan sebagai seorang perwira. Bukan sebagai staf ahli. Alih-alih, ia mengemudi truk.

 Mengapa? Karena dirinya dipenuhi sikap negatif terhadap sesama serdadu ("Saya lebih unggul daripada ( mereka"), terhadap metode angkatan darat dan prosedur ("Mereka bodoh"), terhadap disiplin ("Itu untuk orang lain, bukan untuk saya"), terhadap segalanya, termasuk dirinya sendiri ("Saya bodoh karena tidak memikirkan cara untuk melepaskan diri dari hukuman ini"). Ia tidak mendapatkan respek dari siapa pun. Semua pengetahuannya yang besar terkubur. 

Sikapnya yang negatif mengubahnya menjadi pelayan. Ingat, cara berpikir yang memandu inteligensi Anda jauh lebih penting dari berapa banyak inteligensi yang Anda miliki. Bahkan gelar Ph.D. tidak dapat mengalahkan prinsip sukses dasar ini! Phil, seorang teman saya, adalah salah seorang dari pejabat senior di sebuah biro iklan besar. 

Sebagai direktur penelitian pemasaran untuk biro tersebut, ia melakukan pekerjaan kelas satu. Namun, Phil bukan orang yang "cerdas." Sama sekali bukan. Ia hampir tidak tahu apa-apa mengenai teknik penelitian. Ia bukan lulusan perguruan tinggi (walaupun orang-orang yang bekerja untuknya semua memiliki gelar). 

Dan Phil tidak berpura-pura mengetahui semua sisi teknis dari penelitian. Lalu apa yang memungkinkannya memperoleh 30.000 setahun sementara tak seorang pun dari bawahannya memperoleh 9.000? Jawabannya adalah, Phil adalah insinyur "manusia." Phil 100 persen bersikap positif. Ia dapat mengilhami orang lain ketika mereka kurang bersemangat. 


Ia antusias. Ia membangkitkan antusiasme; ia mengerti manusia, dan karena ia dapat benar-benar melihat apa yang membuat mereka bergerak, ia menyukai mereka. Bukan otak Phil, melainkan bagaimana ia memanajemeni otak-otak itu, yang membuatnya tiga kali lebih berharga bagi perusahaannya dibandingkan orang yang IQ-nya lebih tinggi. Dari setiap 100 pelajar yang mendaftar di perguruan tinggi, kurang dari 50 akan lulus. Saya ingin tahu soal ini, maka saya meminta penjelasan kepada Direktur Penerimaan di sebuah universitas besar.

 "Bukan kurangnya inteligensi," katanya. "Kami tidak menerima mereka jika mereka tidak mempunyai kemampuan yang memadai. Dan itu bukan uang. Siapa saja yang ingin membiayai dirinya sendiri di perguruan tinggi sekarang ini dapat melakukannya. Alasan yang sebenarnya adalah sikap. 

Anda akan heran." katanya, "berapa banyak orang keluar karena mereka tidak menyukai dosen mereka, mata kuliah yang harus mereka ambil, dan rekan mereka sesama mahasiswa." Alasan yang sama, berpikir negatif, menjelaskan mengapa pintu menuju posisi eksekutif puncak tertutup bagi banyak eksekutif junior yang masih muda. 

Sikap murung, negatif, pesimistis, mencela inilah, bukan inteligensi yang kurang memadai, yang menahan ribuan eksekutif muda. Seperti yang dikemuka-kan oleh seorang eksekutif kepada saya, "Jarang sekali kami melewatkan promosi untuk eksekutif muda karena orang bersangkutan kurang cerdas. Hampir selalu sikapnyalah yang membuatnya gagal." 

Saya pernah ditugaskan oleh sebuah perusahaan asuransi untuk mempelajari mengapa 25 persen agen tingkat atas menjual lebih dari 75 persen asuransi sementara 25 persen agen kelas bawah hanya menjual 5 persen dari volume total. Ribuan arsip personalia dicek secara cermat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun