Mohon tunggu...
Muhammad Rifan
Muhammad Rifan Mohon Tunggu... -

https://biodatalantureg.blogspot.com/2019/04/biodata.html?m=1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembuhkan Diri Anda dari Dalil Penyakit Kegagalan

23 April 2019   09:18 Diperbarui: 23 April 2019   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam menjawab pertanyaan, "Haruskah anak anda menjadi seorang ilmuwan?" Dr. Edward Teller, salah seorang ahli ilmu fisika terkemuka, berkata, "Anak tidak merlukan otak yang dapat berpikir cepat agar menjadi ilmuwan, ia juga tidak memerlukan ingatan yang menakjubkan, dan juga tidak perlu bahwa ia harus mendapatkan nilai yang sangat tinggi di sekolah. 

Satu-satunya hal yang penting adalah si anak mempunyai tingkat minat yang tinggi akan ilmu pengetahuan." Minat, antusiasme -- itulah faktor yang sangat penting bahkan di dalam ilmu pengetahuan! 

Dengan sikap yang positif, optimistis dan kooperatif seseorang dengan IQ 100 akan berpenghasilan lebih besar, mendapatkan respek lebih besar dan mencapai keberhasilan lebih besar dibandingkan orang yang negatif, pesimistis, dan tidak kooperatif dengan IQ 120.

Jika Anda mempunyai cukup ketekunan untuk bertahan pada sesuatu -- tugas atau proyek -- hing-ga-selesai, maka Anda jauh lebih baik daripada orang dengan inteligensi yang menganggur, walaupun inteligensi itu mungkin mendekati genius.

Ketekunan adalah 95 persen dari kemampuan. Pada suatu acara reuni tahun lalu, saya bertemu seorang teman kuliah yang sudah sepuluh tahun tidak berjumpa. Chuck adalah mahasiswa yang sangat cerdas dan lulus dengan mendapat kehormatan. 

Tujuannya ketika saya terakhir kali bertemu dengannya adalah memiliki perusahaan sendiri. Saya bertanya kepada Chuck perusahaan apa yang akhirnya ia dirikan. 


"Ah," ia mengakui, "saya tidak jadi mendirikan perusahaan sendiri. Saya tidak akan mengakui hal ini kepada siapa pun lima tahun yang lalu, atau bahkan satu tahun yang lalu, tetapi sekarang saya siap membicarakannya. "Mengingat kembali pendidikan saya di perguruan tinggi, saya melihat bahwa saya menjadi ahli dalam mengetahui mengapa perusahaan yang akan saya dirikan tidak akan berhasil. 

Saya pelajari semua perangkap yang dapat dimengerti, setiap alasan mengapa suatu perusahaan kecil akan gagal. 'Anda harus mempunyai modal besar.' 'Pastikan bahwa daur bisnisnya benar.' 'Apakah ada permintaan besar untuk apa yang akan Anda tawarkan?' 'Apakah industri lokal stabil?' -- seribu satu macam hal harus diperiksa. 

"Yang paling menyakitkan adalah bahwa ebera-pa dari teman sekolah saya yang lama yang tampaknya tidak terlalu pandai, dan bahkan tidak kuliah di perguruan tinggi, sekarang sudah sangat mapan di dalam perusahaan yang mereka dirikan sendiri. Tetapi saya, saya hanya berjalan terseret-seret, mengaudit pengiriman barang. Seandainya saya dilatih lebih baik dalam hal mengapa perusahaan kecil dapat berhasil, saya pasti akan menjadi jauh lebih baik sekarang ini, dalam segala hal." 

Pikiran yang memandu inteligensi Chuck jauh lebih penting daripada besarnya inteligensi Chuck. Mengapa beberapa orang yang brilian gagal? Saya sudah lama kenal dekat dengan seorang pria yang memenuhi syarat sebagai seorang genius, yang mempunyai inteligensi abstrak yang tinggi. Walaupun inteligensinya sangat tinggi, ia adalah salah satu dari orang paling tidak berhasil yang saya kenal. 

Ia mempunyai pekerjaan tingkat menengah (ia takut akan tanggung jawab). Ia tidak pernah menikah (ia dibuat takut oleh angka perceraian yang tinggi). Ia hanya mempunyai sedikit teman (orang bosan dengannya). Ia tidak pernah menaruh investasi dalam bidang properti jenis apa pun (ia takut kehilangan uangnya). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun