Mohon tunggu...
Muhammad Rifan
Muhammad Rifan Mohon Tunggu... -

https://biodatalantureg.blogspot.com/2019/04/biodata.html?m=1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sembuhkan Diri Anda dari Dalil Penyakit Kegagalan

23 April 2019   09:18 Diperbarui: 23 April 2019   09:28 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 saya bertekad untuk hidup sampai saya mati. "Saya terus menjelaskan kepada orang yang menderita ini beberapa nasihat yang saya terima bertahun-tahun lalu dari seorang teman saya, seorang pengacara, yang mengidap penyakit TBC. Pengacara ini tahu bahwa ia harus menjalani hidup yang terbatas oleh banyak aturan, tetapi hal ini tidak pernah menghentikannya menjalankan praktek hukum, menghidupi keluarga yang baik, dan benar-benar menikmati hidup. Teman saya, yang kini berusia 78 tahun, inengekspresikan filosofinya dengan kata-kata ini: "Saya akan hidup hingga saya mati, dan saya tidak akan mencampur aduk hidup dan mati. Sementara saya masih ada di muka bumi ini saya akan terus hidup. Mengapa harus hanya setengah hidup? Setiap menit yang dihabiskan orang untuk khawatir soal kematian sama saja orang itu sudah mati selama satu menit itu." Pada saat itu saya harus pergi untuk mengejar pesawat. Di dalam pesawat terbang pengalaman kedua yang jauh lebih menyenangkan terjadi. Sesudah ke-bisingan selama lepas landas, saya mendengar bunyi berdetik. Dengan heran, saya melirik pria yang duduk di sebelah saya, karena bunyi itu tampaknya berasal darinya. Ia tersenyum lebar, dan berkata. "Oh, ini bukan bom. Ini cuma jantung saya." Saya jelas tampak bingung, maka ia pun melanjutkan mengatakan kepada saya apa yang sudah terjadi. Tiga minggu lalu ia menjalani operasi di mana dokter memasang katup plastik ke dalam jantungnya. Bunyi berdetik tersebut, ia menjelaskan, akan berlanjut selama beberapa bulan hingga jaringan baru tumbuh menutupi katup buatan tersebut. Saya bertanya apakah yang akan ia lakukan. "Oh," katanya, "saya punya beberapa rencana besar. Saya akan belajar hukum sekembalinya saya ke Minnesota. Suatu hari nanti saya berharap dapat bekerja di pemerintahan. Dokter mengatakan saya harus bersantai selama beberapa bulan, tetapi sesudah itu saya akan menjadi seperti baru lagi." Nah, Anda mempunyai dua cara untuk menghadapi masalah kesehatan. Orang yang pertama, yang bahkan tidak yakin bahwa ada yang tidak beres dengan fisiknya, merasa khawatir, depresi, dalam perjalanan menuju kekalahan, menginginkan seseorang untuk menyokong bahwa ia tidak dapat bergerak maju. Orang kedua, sesudah menjalani operasi yang sangat sulit, tetap optimistis, berhasrat mengerjakan sesuatu. Perbedaannya terletak pada bagaimana mereka berpikir tentang kesehatan! Saya pernah mempunyai pengalaman yang sangat langsung dengan dalih kesehatan. Saya menderita diabetes. Sesudah mengetahui saya mengidap penyakit ini, saya diperingatkan, "Diabetes adalah penyakif fisik; tetapi kerusakan terbesar ditimbulkan karena sikap negatif terhadap penyakit ini. Khawatirlah tentang penyakit ini maka Anda akan benar-benar mengalami kesulitan." Dengan sendirinya, sejak tahu tentang penyakit diabetes yang saya idap, saya harus mengenal banyak penderita diabetes lain. Saya akan ceritakan kepada Anda tentang dua ekstrem. Seorang teman yang mengidap penyakit yang ringan termasuk ke dalam kelompok yang hidup merana. Terobsesi oleh ketakutan akan cuaca, ia biasanya secara menggelikan mengenakan pakaian tebal. Ia takut bekerja terlalu keras sehingga ia hampir tidak melakukan apa pun. Ia menghabiskan sebagian besar energi mentalnya untuk khawatir tentang apa yang mungkin terjadi. Ia membosankan orang lain dengan menceritakan kepada mereka "betapa mengerikan" penyakitnya. Penyakitnya yang sebenarnya bukanlah diabetes. Ia adalah korban dari dalih kesehatan. Ia mengasihani diri hingga menjadi invalid. Ekstrem yang lain adalah seorang manajer divisi di sebuah perusahaan penerbitan besar. Ia mengidap penyakit yang serius: ia menggunakan insulin kira-kira 30 kali lebih banyak daripada orang yang pertama tadi. Tetapi, ia tidak hidup untuk menjadi sakit. Ia hidup untuk menikmati pekerjaannya dan bersenang-senang. Suatu hari ia berkata kepada saya, "Memang sulit, tetapi begitu juga bercukur, bukan? Itulah sebabnya saya tidak akan berpikir untuk tiduran saja di ranjang. Ketika saya disuntik, saya memuji orang yang menemukan insulin." Seorang teman baik saya, profesor perguruan tinggi yang terkenal, pulang dari Eropa pada tahun 1945, kehilangan satu lengannya. Walaupun cacat, John selalu tersenyum dan membantu orang lain yang kurang beruntung. Ia sama optimisnya dengan siapa saja yang saya kenal. Suatu hari saya dan dia berbicara panjang lebar tentang cacat yang dialaminya. "Itu cuma satu lengan," katanya. "Tentu saja dua lebih baik dari satu. Tetapi mereka cuma memotong satu lengan saya. Semangat saya seratus persen utuh. Saya bersyukur untuk itu." Seorang teman saya yang juga berlengan satu adalah seorang pemain golf yang ulung. Suatu hari saya bertanya kepadanya bagaimana ia mampu mengembangkan suatu gaya yang nyaris sempurna dengan hanya satu tangan. Saya katakan kepadanya bahwa banyak pegolf dengan dua lengan tidak dapat melakukan sebaik dirinya. Jawabannya adalah, "Menurut pengalaman saya, satu lengan dan sikap yang tepat akan selalu mengalahkan dua lengan dengan sikap

yang salah." Ia benar. Sikap yang tepat dan satu lengan akan selalu mengalahkan sikap yang salah dan dua lengan. Pikirkan tentang pernyataan itu sejenak. Hal ini berlaku tidak hanya di lapangan golf, tetapi juga di dalam setiap segi kehidupan.

# Empat Hal yang Dapat Anda Lakukan untuk Menaklukkan Dalih Kesehatan

 Vaksin terbaik untuk mencegah dalih kesehatan terdiri atas empat dosis:

1. Jangan berbicara tentang kesehatan Anda. Semakin Anda berbicara mengenai suatu penyakit, bahkan cuma pilek, semakin buruk tampaknya penyakit itu. Berbicara tentang cuaca buruk sama seperti menaburkan pupuk di atas rumput. Selain itu, berbicara tentang kesehatan Anda adalah kebiasaan yang buruk. Kebiasaan ini membosankan orang lain. Kebiasaan ini membuat Anda tampak egosentris dan nyinyir. Orang yang berpikiran sukses mengalahkan kecenderungan alami untuk berbicara tentang kesehatan mereka yang "buruk." Orang mungkin (saya tekankan mungkin) mendapatkan sedikit simpati, tetapi ia tidak mendapatkan respek dan loyalitas dengan menjadi pengeluh kronis.

2. Jangan khawatir tentang kesehatan Anda. Dr. Walter Alvarez, pensiunan konsultan untuk Mayo Clinic yang terkenal di dunia, belum lama ini menulis: "Saya selalu meminta kepada orang-orang yang suka cemas untuk melatih kendali diri. Sebagai contoh, ketika saya melihat laki-laki ini, (orang yang yakin bahwa dirinya mengidap penyakit kandung empedu walaupun delapan pemeriksaan sinar-X yang terpisah memperlihatkan bahwa organ tersebut sepenuhnya normal) saya memintanya berhenti meminta agar kandung empedunya diperiksa dengan sinar-X. Saya meminta ratusan orang yang khawatir mengenai  jantung mereka untuk berhenti menjalani elektrokardiogram." Bersyukurlah secara tulus bahwa kesehatan Anda baik sebagaimana adanya. Ada sebuah pepatah kuno yang pantas diulang: "Saya merasa kasihan kepada diri sendiri karena saya mempunyai sepatu butut hingga saya bertemu dengan orang yang tidak mempunyai kaki." Daripada mengeluh tentang "perasaan tidak enak badan," jauh lebih baik bersyukur bahwa Anda sehat sebagaimana adanya sekarang. Hanya dengan bersyukur akan kesehatan yang Anda miliki merupakan vaksinasi yang manjur terhadap berkembangnya penyakit baru dan penyakit yang sesungguhnya. Sering-sering ingatkan diri Anda: "Jauh lebih baik letih karena bekerja daripada letih karena menganggur." Hidup adalah untuk dinikmati. Jangan disia-siakan. Jangan melewatkan hidup dengan berpikir diri Anda akan berbaring di ranjang rumah sakit.

(II) Tetapi Anda Harus Mempunyai Otak yang Cerdas untuk Berbasil

. Dalih inteligensi atau "Saya kurang cerdas" adalah lazim. Sebenarnya, dalih ini begitu lazim sehingga barangkali hingga 95 persen dari orang di sekeliling kita mengidapnya dalam pelbagai tingkat. Berbeda dengan kebanyakan jenis dalih lain, orang yang menderita jenis penyakit khusus ini menderita dalam diam. 

Tidak banyak orang mau mengakui secara terbuka bahwa mereka merasa kurang cerdas. Mereka lebih suka merasakannya sendiri jauh di dalam. Kebanyakan dari kita membuat dua kesalahan dasar sehubungan dengan inteligensi: 1. Kita meremehkan kekuatan otak kita, dan 2. Kita terlalu menganggap hebat kekuatan otak, orang lain. 

Karena kedua kesalahan ini, banyak orang sering merendahkan nilai diri mereka sendiri. Mereka gagal menghadapi situasi yang menantang karena merasa bahwa untuk itu "diperlukan otak yang cerdas." Akan tetapi, kemudian datanglah orang yang tidak peduli mengenai inteligensi, dan ia mendapatkan pekerjaan itu. 

Yang penting sebenarnya bukanlah berapa banyak inteligensi yang Anda miliki, tetapi bagaimana Anda menggunakan apa yang benar-benar Anda punyai. Pikiran yang memandu inteligensi Anda jauh lebih penting daripada kuantitas kekuatan otak Anda. Biarlah saya ulangi sekali lagi, karena ini sangat penting -- pikiran yang memandu inteligensi Anda jauh lebih penting daripada berapa banyak inteligensi yang mungkin Anda punyai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun