Kau bertahta di singgasana ego,
Angkuh menjulang, memandangku remeh.
Sombongmu bagai angin, kosong namun getar,
Merendahkan ku seolah aku debu di bawah kakimu.
Namun lihat, di balik topeng kecongkakanmu,
Sepele pun kau merangkak, mencariku.
Bantuan ku kau perlukan, tapi mulutmu kelu,
Lewat bayang orang lain, kau sembunyi, betapa rapuh.
Harga dirimu ternyata setipis kabut pagi,
Etikamu luntur di titik terendahmu sendiri.
Angkuhmu tetap bertahta, walau jiwa merintih,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!