Melalui medium kaca, kisah Mahabharata dan Ramayana hidup kembali. Tokoh-tokoh seperti Rama, Arjuna, Sinta, Hanuman, dan punakawan tak hanya menjadi figur visual, tetapi simbol nilai-nilai moral: keberanian, kesetiaan, kebijaksanaan, dan perjuangan melawan kejahatan.
Gaya tegas dan ekspresi karakter dalam lukisan kaca Nagasepaha memperkuat karakter tokoh, sehingga penikmat seni merasa “terhubung” secara emosional dan spiritual.
Warisan, Identitas, dan Keberlanjutan
Seni lukis kaca Nagasepaha bukan semata produk estetika, melainkan warisan hidup yang mengikat komunitas dengan sejarah leluhur. Ia menjadi identitas desa, simbol kebanggaan, dan alat untuk mengenalkan budaya Bali ke tingkat global.
Setiap goresan kaca adalah dialog antara masa lalu dan masa depan: antara tradisi dan inovasi. Seniman melihat pentingnya menjaga teknik asli sekaligus membuka ruang kreativitas agar seni tetap relevan di era modern.
Tantangan dalam Pelestarian dan Upaya Revitalisasi
Penurunan Jumlah Perajin
Dari catatan, pernah ada sekitar 70 perajin lukis kaca di Nagasepaha. Seiring waktu, jumlah itu menyusut menjadi sekitar 50-an, dan kini tinggal tidak lebih dari 15 orang aktif.