Selain melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, aku memiliki rencana kedua untuk berjaga-jaga jikalau aku tidak lulus tahun ini, yaitu Ma'had Al-Imarat Bandung, selain ada beberapa kakak kelasku yang melanjutkan studi disana, Ma'had tersebut menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dan mayoritas pengajar alumni Timur Tengah dan Lipia.
Setelah menunggu sekian lama, tibalah pengumuman seleksi tes Kemenag, kudapati dalam status whatsapp, dua orang temanku dinyatakan lulus, segera kucari namaku dalam dokumen yang berisikan nama-nama yang dinyatakan lulus, tapi namaku tak kunjung ada, tanganku membeku, dadaku seperti dikoyak habis, kuberanikan untuk menyampaikan kepada kedua orangtuaku, tanpa bisa kutahan, air mataku tumpah dipelukan Umi, walaupun aku sadar dengan kemampuanku yang masih belum memumpuni, tapi rasa sedih tetaplah ada, setelah tangis mereda, aku membaca sebuah blog yang dapat membuatku tersenyum kembali.
Meskipun perasaan sedih belum juga menghilang, tetap kuutarakan apa yang selama ini aku inginkan, kuberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Mi, ingin handphone baru" memang kekanakan, ditengah kesedihan, malah handphone baru yang aku bicarakan, tapi pikiran ini terus menggangguku, dan aku berpikir mungkin ini adalah saat yang tepat.
Umi masih belum bisa sepakat, lain halnya dengan Abi yang dengan mudahnya menyepakati. Keesokan harinya aku membeli handphone baru ditemani dengan Abi.
Meski dengan berat hati menerima kenyataan, satu yang kuyakini : dibalik kegagalan pasti ada hikmah. Dan aku harus terus bergerak, kumulai hari-hariku di Ma'had Al-Imarat, bersama dua orang teman almamater di sebuah kosan yang tidak jauh dari Ma'had.
Di Ma'had Al-Imarat, selain kudapatkan ilmu yang membuat diri berdecak kagum, aku bertemu dengan orang-orang yang menakjubkan, teman-teman yang mengisi hari-hariku dengan menyenangkan dan memberikan pembelajaran tentang kehidupan, wanita lanjut usia dengan semangat belajar yang melebihi para remaja, seseorang yang bukan berlatar belakang pesantren akan tetapi memiliki semangat belajar dan kemampuan Bahasa Arab yang luar biasa, seseorang yang memiliki kesibukan organisasi dan pekerjaan tapi tetap memprioritaskan ilmu, dan tak lupa para guru yang kemampuan Bahasa Arab nya tak perlu diragukan lagi, dan semangat membagikan ilmu kepada murid-muridnya.
Disela kesibukan kuliah, kuputuskan untuk terjun ke dunia organisasi; Himi Persis, disana aku bertemu dengan orang-orang hebat, berteman dengan orang-orang yang membuatku merasakan manisnya iman dan ukhuwah, selain itu, aku juga mendapatkan pelajaran dan pengalaman, tentang iman, ukhuwah, dakwah, pengorbanan, dan keikhlasan. Kurasa di Ma'had Al-Imarat dan di Himi Persis lah aku menemukan hikmah dibalik kegagalan.
Beberapa bulan sebelum dilaksanakannya Seleksi Tes Kemenag, kerap kali timbul perasaan untuk berpindah haluan ke Universitas dalam Negeri, tapi perasaan tersebut kuurungkan.
Saat itu aku merasa masih kurang menguasai Bahasa Arab, dan belum mulai belajar untuk persiapan tes. Kuhampiri temanku untuk meminta pendapatnya.
"Mbak, kalau aku ikut tes, bakal lulus enggak ya?" tanyaku