Selang beberapa purnama, Umi memberikan izin dan dukungan, ungkapnya :
"Umi titipkan ke Allah"
Rupanya Umi bercerita kepada temannya yang anaknya sedang kuliah di Jordan, itulah salah satu sebab beliau memberikan izin.
Waktu semakin dekat dengan pelaksanaan tes Kemenag, tapi aku belum mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin, alih-alih belajar, aku malah sibuk mencari informasi mengenai Mesir dan Al-Azhar, karena ada kabar bahwa tahun ini tidak akan ada tes untuk ke Mesir karena alasan keamanan, hal tersebut memudarkan semangatku.
Selang beberapa minggu sebelum pelaksanaan tes Kemenag, beberapa temanku memilih mundur karena satu dan lain hal, tapi aku tetap membulatkan tekad untuk mengikuti tes dan mulai belajar dengan seadanya.
Waktu pelaksanaan tes pun tiba, dari sekian banyak teman seangkatan yang memiliki niat untuk melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, hanya tiga orang teman, dan dua orang kakak kelas yang mengikuti tes Kemenag bersamaan denganku.
Dengan hafalan Alquran yang belum di Muraja'ah, kemampuan Bahasa Arab yang seadanya, dan berdo'a biasa saja, kuberanikan mengikuti tes.
Karena kemampuan Bahasa Arab seadanya dan belum banyak melakukan latihan soal, aku merasa sedikit kesulitan dalam menjawab soal tes tulis.
Selang istirahat sebelum tes lisan, ketika aku melihat seseorang, setan berbisik dan membuat diriku memiliki pikiran buruk mengenai orang tersebut, beberapa waktu kemudian, aku dipanggil bersama tiga orang laki-laki untuk melakukan tes lisan.
Di dalam ruang tes, tanganku membeku, detak jantung berdetak begitu cepat. Penguji menggunakan Bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, aku yang belum terbiasa dengan Bahasa Arab tentu kewalahan dan tidak dapat menangkap apa yang beliau utarakan dengan baik. Tiba giliranku untuk melanjutkan ayat, awal surat Al-Baqarah, seharusnya aku bisa menjawab, tapi jawaban tak kunjung datang, aku beristighfar, penguji melanjutkan ayat yang semestinya kubaca dan melanjutkan ke peserta lain. Dalam lamunku, mungkin ini karena aku tidak muraja'ah hafalanku, dan tidak menutup kemungkinan, akibat dari pikiran buruk mengenai seseorang.
Dalam perjalanan pulang, hanya rasa sesal yang menghantui, aku menyesal tidak belajar dengan maksimal, berdo'a biasa saja, dan yang lebih parah lagi, aku malah berbuat dosa dalam pikiranku sendiri. Yang kuharapkan saat itu hanyalah keajaiban, karena aku sendiri tidak yakin dengan hasilnya.