Tujuh Semeja
Tujuan terakhir adalah tempat ngopi yang paling populer di Takengon yaitu Tujuh Semeja. Square building berwarna putih dengan logo Tujuh Semeja ini menjadi keunikannya.
Di weekend begini, tentu ramai pengunjung memenuhi bangku-bangku yang tersebar acak. Beberapa kumpulan remaja, sebagian keluarga-keluarga kecil yang hendak menikmati senja.Â
Saya sendiri, duduk bersama para barista, berkenalan, dan bahas sana bahas sini seputar kopi, Takengon, dan seluk beluk Tujuh Semeja itu sendiri. Rupanya tujuh Semeja dimiliki oleh tujuh sekawan yang merupakan putra daerah. Membanggakan ya. Kini Tujuh Semeja juga sudah hadir di Banda Aceh. Semoga segera ekspansi ke tujuh daerah lainnya.Â
Menyenangkan sekali, menikmati sore bersama orang-orang baik, apalagi diberi kopi Tujuh Semeja Apel secara cuma-cuma.Â
Hari hampir gelap. Saatnya kembali ke Terminal Paya Ilang Takengon, Bus Putra Pelangi sudah menunggu untuk membawa saya kembali ke Medan.Â
Dua hari di Takengon memberikan pengalaman yang mengesankan. Kota kecil yang aman untuk solo traveler perempuan seperti saya. Selain wisata alamnya yang mempesona, masyarakat Takengon yang saya temui juga ramah-ramah dan senang membantu.Â
Buat Sobat yang mungkin punya rencana ke Takengon, ada hal-hal menarik yang saya temukan di Takengon:
1. Mayoritas masyarakat Takengon adalah muslim dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, maka dari itu tidak heran jika di mana-mana bertebaran masjid dengan desain arsitektur yang indah. Bahkan di setiap cafe yang saya kunjungi, pasti menyediakan mushola untuk para pengunjungnya.