Sendika mulai berpikir keras, kenapa Citra menjadi begitu dominan dan ingin menguasai waktunya. Beda dengan Citra yang dia kenal beberapa bulan yang lalu, lembut, pengertian, dan selalu sabar jika Sendika sedang bersama Nastiti tunangannya. Citra juga sudah mengetahui hal tersebut, hari-hari selalu bahagia. Namun hari ini getaran emosi, rasa tidak aman, serta kecewa terasa begitu nyata.
"Dik, aku kan sudah nggak ke rumah Nastiti hampir 2 bulan, kalau aku terus-terusan bolos apel, nanti curiga" penjelasan Sendika berusaha menenangkan Citra
"Ah terserah mas aja, aku capek mas harus bersabar terus, sebenarnya mas itu gimana sih sama aku? kalau emang mas lebih milih dia, yaudah kita putus!!!" dengan emosi meledak Citra langsung menutup telpon tanpa mau mendengarkan kelanjutan pria itu.
Dengan perasaan kecewa dan kesal Sendika melajukan mobilnya, tak disangka reaksi Citra begitu. Ia tak bisa mengerti dengan kecemburuan wanita itu. Mulai terasa hati Sendika tidak nyaman, ia pun menelpon Bayu sahabatnya. Bayu adalah temannya sejak SMA, sampai kini mereka berdua tetap berhubungan baik. Sifat Bayu yang dewasa serta kepandaian Bayu dalam menjaga rahasia, bahkan rahasia fatal atau aib sekalipun, Bayulah orangnya yang mampu dia percaya, ditambah lagi Bayu adalah teman satu divisinya di kantor.
"Halo Bre, sorry ganggu lo lagi sibuk nggak?" salam pembuka dengan panggilan akrab menyapa orang di seberang telpon
"Hooooaaaammmm, apaan Seng gue masih ngantuk ini" jawab Bayu
"Bre, tolongin gue bentaran" ucap Sendika
"Tolongin apaan Seng" sahut Bayu dengan malas
"Lo tau Citra kan, cewek yang waktu itu kita ajak kenalan pas ada acara studi banding. Bisa nggak lo selidikin latar belakang dia" pinta Sendika
"Citra? bentar-bentar lo nggak lagi naksir kan sama dia?" nada bicara Bayu mendadak waspada
"Emang kenapa sih, gitu amat pertanyaannya" sergah Sendika
"Dia cewek gue lah, jelas gue nanya sama elo. Pake mau nyelidikin latar belakang segala" balas Bayu dengan sewot