Mohon tunggu...
Maudi
Maudi Mohon Tunggu... Pemerhati Keluarga

Membaca Buku/ Sanguinis Melankolis/ Pemerhati Keluarga, Remaja dan Anak.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Keracunan mbg terjadi lagi, bukti program populis membahayakan keselamatan rakyat

16 September 2025   10:36 Diperbarui: 16 September 2025   10:36 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali terjadi Keracunan MBG terjadi di berbagai daerah. Dilansir dari kompas.com (27-08-2025), sebanyak 456 siswa di kabupaten Lembong, provinsi Bengkulu, mengalami keracunan usai menyantap menu Makanan Bergizi Gratis (MBG). Hal serupa juga terjadi di Lampung Timur, dikutip dari  kompas.com (26-08-2025), sebanyak 20 santri di pondok pesantren (ponpes) Al Islah, kabupaten Lampung Timur, dilarikan ke rumah sakit. Mereka diduga keracunan setelah manyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG).

Adapun kasus sebanyak 135 siswa di SMP 3 Berbah Sleman mengalami gejala keracunan setelah menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG). Sebelumnya juga terjadi di Sragen, dilansir dari rri.co.id (26-08-2025), hasil laboratorium yang disampaikan Pemkab Sragen bahwa sanitasi lingkungan tersebut menjadi permasalahan utama. Pihak pengelola SPPG harus melakukan perbaikan sistem sanitasi dan menjaga higienitas. Kepala BGN menyampaikan keprihatinan, dan menginstruksikan agar opersional satuan pemenuhan pelayanan gizi  (SPPG) dihentikan sementara.

Program MBG yang dilaksanakan merupakan bentuk realisasi janji kampanye Presiden. Program ini dilakukan dalam rangka mengatasi masalah malnutrisi dan stunting pada anak-anak dan ibu hamil, serta meningkatkan kualitas SDM dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Terjadinya keracunan berulang merupakan tanda adanya ketidakseriusan dan kelalaian dari negara, khususnya dalam menyiapkan SOP dan mengawasi SPPG. Jika terus seperti ini kesehatan bahkan nyawa siswa dan masyarakat yang menerima MBG terancam. Karena sejatinya

MBG bukanlah solusi untuk menyelesaikan persoalan gizi pada anak sekolah dan ibu hamil, apalagi mencegah stunting. Seharusnya negara melalui pemerintah meninjau ulang MBG ini apakah bisa mencegah dan menanggulangi persoalan gizi pada anak sekolah, ibu hamil dan malnutrisi/stunting. Dan negara juga memastikan bahwa setiap keluarga mampu membeli bahan pangan bergizi lengkap setiap harinya.

Sebetulnya Islam memiliki mekanisme untuk mencegah dan menanggulangin terjadinya malnutrisi dan memastikan bahwa setiap keluarga mampu memberikan pangan bergizi lengkap. Karena dalam Islam menetapkan negara wajib sebagai raain, bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu diantaranya dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sebagai tanggung jawab negara. Berbagai mekanismenya harus sesuai syariat, secara langsung maupun tak langsung.

Dengan jaminan kesejahteraan oleh negara yang menggunakan mekanisme Islam. Selain itu negara juga memberikan edukasi tentang Gizi dan .asyarakat dibuat mudah untuk pemenuhan kebutuhan gizimy misalh harga bahan pokok yang murah dapat dijangkau dr masyarakat kelas bawah hingga atas. Maka kasus stunting akan dapat dicegah demikian juga masalah gizi lainnya.  

Oleh karena itu jika negara mau menggunakan mekanisme Islam yakni sistem ekonomi Islam, dipastikan bahwa negara dapat menyelesaikan semua permasalahan, termasuk masalah stunting dan permasalahan gizi lainnya. Karena sistem ekonomi Islam merupakan sistem aturan yang dibuat oleh sang pencipta Allah swt. Yang insyaaAllah jika digunakan akan menyelesaikan permasalahan dan menenangkan jiwa-jiwa manusia.

Wallahua'lam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun