Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Jardin Majorelle" Lima Menit Bertemu, Aku Jatuh Cinta Padamu

28 September 2021   15:00 Diperbarui: 28 September 2021   15:05 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna Biru Kobalt Yang Berani, Jernih, Intens Dan Segar Menjadi Karakter Utama "Jardin Majorelle" (Dok Icon-icon)

Point of Journey to Marocco - Spain : 2

"Warna Biru Kobalt yang berani, jernih, intens dan segar  menjadi karakter utama warna bangunan Villa Kubisme, Museum  Berber dan Yves Saint-Laurent, serta bangunan lain  di Taman Majorelle (Jardin Majorelle).  Puluhan jenis Kaktus, Bambu, Palm,  dan koleksi tanaman lain yang jumlahnya ratusan; air mancur serta kolam, teratai dan koi  yang dirancang khusus oleh seniman yang handal menjadikan taman botani seluas dua setengah hektar tampil elok menawan. Maka tak heran...ooh Jardin Majorelle..., lima menit bertemu, aku jatuh cinta padamu"

 Antrian wisatawan dari Prancis dan Jerman bergerombol di depan sebuah loket kecil, antri membeli karcis. Demikian group kami, tapi hanya diwakili local guide. Antri membeli karcis untuk masuk sebuah taman botani yang terletak di "Rue Yves Saint-Laurent ,Marrakech 40090, Marocco"

Ada dua pintu tak terlalu besar untuk keluar masuk. Selebihnya ke arah kanan, tembok panjang membentang.  Awalnya tak ada yang menarik. Tapi kenapa makin banyak turis yang datang, lalu mengantri di belakang kami.  Maka, kami memasuki pintu taman dengan rasa penasaran yang ada di hati.

Yang pertama kami lihat adalah hutan bambu.  Jalan di lantainya seakan terbelah menjadi tiga arah.  Bila kita ambil arah jam 3 maka kita akan memutari taman berlawanan arah jarum jam. Bila arah jam 12 yang kita tempuh maka kita akan memutari taman searah jarum jam. Arah jam 8 adalah arah pintu keluar. Tak ada aturan resmi, jalur mana yang harus ditempuh untuk menikmati taman ini.

Hutan Bambu Sebagai Pembuka Taman Majorelle (Dok.Pribadi)
Hutan Bambu Sebagai Pembuka Taman Majorelle (Dok.Pribadi)

Sebagian besar kami mengambil arah jam 3 untuk memulai eksplorasi taman. Baru beberapa langkah dan  lima menit berlalu, perubahan suasana mulai berubah. 

Diawali seakan masuk sebuah hutan bambu lalu suasana menjadi merah dan biru.  Lantai semen yang dicat merah mulai dihiasi pot-pot bunga warna warni, merah, kuning gading dan biru yang paling banyak mendominasi. 

Sebuah pagar bambu yang dirangkai semacam pagar; membatasi taman dengan jalan yang lebarnya tak lebih dari 5 meter berada di sebelah kiri. 

Beberapa pohon bogenville berbunga merah tampil merona diantara hijaunya batang kaktus tinggi. Diselingi beberapa kaktus bulat besar yang mulai menonjolkan bunganya yang baru mekar. Penataan lanskap tanaman yang menawan. Walau ini hanya baru awalan. Semakin kami melangkah, semakin indah suasananya.

Sudah sepantasnya..., lanskap taman seluas dua setengah hektar ini di design oleh Jacques Majorelle, seniman Orientalis asal Prancis selama hampir empat puluh tahun.  

Dimulai pada 1923.  Ia menempati bangunan villa bersama istrinya, Andre Longueville, yang merupakan bagian dari taman ini. Sayangnya mereka bercerai pada tahun 1950-an.

Villa Kubisme dirancang sahabatnya, Paul Sinoir, seorang arsitek Prancis, yang kini bersandingan dengan banguan lain yang diperuntukkan bagi Museum Berber dan Museum Yves Saint-Laurent.

Cantik, Sejuk Dan Asri Dengan Pilihan Warna Yang Berani (Dok.Wikipedia)
Cantik, Sejuk Dan Asri Dengan Pilihan Warna Yang Berani (Dok.Wikipedia)

Jardin Majorelle didominasi warna Biru Kobalt yang berani, jernih, intens dan segar yang disukai Jacques Majorelle yang pemilik taman. Konsep warnanya terinspirasi dari warna keramik dan tungku pembakaran orang Berber serta ornament di sekitar jendela Kasbah (sebuah komplek yang dikelilingi tembok tinggi yang zaman dahulu berfungsi sebagai benteng).

Petualangannya di Marocco dimulai pada 1917; yang pada saat itu Maracco merupakan Protektorat Prancis berdasarkan Traktat Fez pada 1912. Jacques Majorelle yang lahir pada 7 Maret 1886 dan meninggal pada 14 Oktober 1962 dikirim orang tuanya Louis Mojarelle seorang perancang furniture terkenal "Art Nouveau" di kota Nancy (sebuah kota di Timur Raya Prancis) untuk memulihkan diri dari kondisi medis yang cukup serius.  

Sebagai orang yang berjiwa muda ia berpetualang di beberapa kota, seperti Casablanca, Marrakech,Fez dan berkeliling di Afria Utara dan Mediterania. Ia kembali dan menetap di Marrakech karena cinta pada pandangan pertama pada kota ini.

Jacques Majorelle dikenal sebagai pelukis orientalis yang terkenal.  Yang dalam kesehariannya sangat akrab dengan aneka warna yang digunakan untuk melukis. 

Namun ia "cinta mati" dengan warna Biru Kobalt yang menginspirasinya. Sehingga diaplikasikan secara luas pada bangunan dan taman yang dibuatnya yang kemudian disebutnya "Blue Majorelle -- Majorelle Blu"

 Taman yang terlihat "kecil" dari luar ini ternyata "sangat luas" di dalamnya. Warna Biru  Kobalt memang terasa mewarnai semua sudut taman. Sebuah kolam beton berbentuk segi empat memanjang hingga belasan meter; yang dimulai dari sebuah gajebo diantara rimbunnya bamboo;  seakan menjadi titik pandang ke Villa Kubisme berwana biru Kobat di hadapannya. 

Warna tembok kolamnya...tentu Biru Kobalt yang jenih dan berani. Ini tempat favorit untuk mengambil foto cantik, karenanya kita harus sabar menanti.

Kolam Panjang Biru Di Rimbunnya Bambu, Tempat Favorit Untuk Foto (Dok.Wikipedia)
Kolam Panjang Biru Di Rimbunnya Bambu, Tempat Favorit Untuk Foto (Dok.Wikipedia)

Rimbun dengan pohon palm yang menjulang tinggi dan batang-batang besar bamboo di sana--sini serta Batang-batang kaktus besar yang berduri ditambah aneka ragam pohon lainnya taman ini  terlihat nyaman dan asri, karena ditangani sang maestro sendiri, Jacques Majorelle.

 Yang keberadaannya dibeli empat tahun setelah pernikahannya dengan Andree Longueville pada 1923. Tanah seluas empat hektar yang berbatasan dengan kebun Palm ini kemudian dibangun rumah bergaya Mooroccan.  Paul Sinoir, seorang arsitek Prancis diminta merancang sebuah Villa Kubisme oleh Jaques Majorelle pada 1931 untuk rumahnya tersebut.

Pohon Kaktus Menjadi Koleksi Favoritnya (Dok.Pribadi)
Pohon Kaktus Menjadi Koleksi Favoritnya (Dok.Pribadi)
Ia kemudian menambah kepemilikian tanahnya hingga mencapai 10 hektar yang dibelinya secara bertahap. Di pekaranannya yang luas inilah ia mulai menanam dan mengkoleksi tanaman-tanaman mewah yang eksotis saat itu. 

Tanam yang kemudian dikenal sebagai Jardin Majorelle (Taman Majorelle). Kecintaannya pada seni yang diaplikasikan pada Lanskap taman menjadikan ini sebagai pekerjaan sepanjang hidupnya yang dikembangkan selama hamper empat puluh tahun.

Merawat taman besar dengan jumlah pohon yang banyak bukanlah hal yang mudah dan murah. Dibutuhkan banyak tenaga dan biaya untuk merawatnya. Lihatlah semua taman-taman indah di dunia, mereka mengenakan biaya masuk untuk menikmati taman yang ada di dalamnya.

Sama halnya dengan Jacques Majorelle yang harus memikirkan biaya untuk merawat tanaman koleksinya, maka pada 1947 ia mulai mengenakan biaya masuk bagi mereka yang ingin melihat Jardin Majorelle. 

Kondisi dan minat orang saat itu tentunya tidak seperti saat ini. Uang yang didapat dari biaya masuk tak mencukupi sehingga ia harus menjual tanah milikinya agar dapat tetap membiayai taman miliknya.

Perceraian dengan Andree Longueville pada 1950-an membuat semuanya berubah. Jacques Majorelle terpaksa menjual rumah dan tanahnya. Setelahnya sudah dapat dipastikan taman menjadi terbengkalai dan rusak tanpa perawatan. 

Tahun 1962 Jacques Majorelle mengalami kecelakaan mobil, ia dikirim ke Prancis. Karena konplikasi dari luka-lukanya, ia pun meninggal. Dimakamkan di Nancy, tempat kelahirannya, berdekatan dengan sang ayah.

Tahun 1980-an perancang busana, Yves Saint-Laurant dan Pierre Berge' yang juga merupakan pasangan kolektor seni; yang sebagian karya seninya diperoleh dari  Jacques Majorelle;  menemukan dan membeli Jardin Majorelle dan mulai memulihkan taman yang indah ini. Pasangan ini memiliki villa tersebut hingga 2008. Saat Yves Saint-Laurant meninggal pada 2008 abu jenazahnya kemudian disebar di taman Majorelle ini.

Abu Jenazah Yves Saint-Laurant Disebar Dalam Taman Majorelle (Dok.Pribadi)
Abu Jenazah Yves Saint-Laurant Disebar Dalam Taman Majorelle (Dok.Pribadi)
Taman ini kemudian dimiliki oleh Yayasan Pierre Berge' - Yves Saint-Laurant, sejak 2010, sebuah organisasi nirlaba Prancis. Dan Sejak 2011 hingga saat ini dikelola oleh Yayasaa Jardin Majorelle, sebuah lembaga non profit yang diakui di Marrakech. Pierre Berge' menjadi Direktur Garden's Foundation hingga kematiannya pada September 2017.

Bila dulu kita masuk ke Villa Kubisme dimana di dalamnya terdapat studio Majorelle  yang mengkoleksi seni Islam Marrakech, koleksi tekstil Afrika Utara, koleksi pribadi Yves Sain-Laurent, keramik dan aneka perhiasan, maka sejak 2011 tempat ini dijadikan Museum Berber (Musee Pierre Berge' des Arts Berberes) yang memamerkan benda-benda budaya Amazigh (Berber) dan koleksi lukisan Majorelle.

Pada tahun 2017 dibuka untuk umum ruang Museum  Yves Saint-Laurant sebagai penghargaan atas warisan designer terkemuka dunia ini dan hubungannya dengan Marrakech.

Lanskap Jardin Majorelle Yang Cantik Dan Indah (Dok.Wikipedia)
Lanskap Jardin Majorelle Yang Cantik Dan Indah (Dok.Wikipedia)
Taman Majorelle merupakan taman yang luar biasa di Marrakech, yang kehadirannya bagaikan "surga" bagi 15 species burung endemic di Afrika Utara dan puluhan jenis burung lain yang hidup dan berkembang di sana. Kehadirannya juga memikat 700.000 pengunjung untuk menikmati taman indah pada setiap tahunnya.

Saat ingin meninggalkan Jardin Majorelle hati ini seakan gelisah tak menentu. Masih ada rindu untuk menikmati kesejukan dan keindahannnya.  Pikiranku melayang... teringat sebuah video lagu mengenang "Actris" tempo dulu yang cantik, blondi dan bermata sayu "Veronica Lake"  Dalam hati aku menyenandungkan lagu berjudul  "Love Is Blue" 

 Blue, blue, my world is blue 

Blue is my world since I'm without you 

Grey, grey, my life is grey 

Cold is my heart since you went away

....

 

Oh...my beautiful "Jardin Majorelle", lima menit bertemu, aku jatuh cinta padamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun