Mohon tunggu...
Kusworo
Kusworo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjelajah Bumi Allah Azza wa Jalla Yang Maha Luas Dan Indah

Pecinta Dan Penikmat Perjalanan Sambil Mentadaburi Alam Ciptaan Allah Swt

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"Jardin Majorelle" Lima Menit Bertemu, Aku Jatuh Cinta Padamu

28 September 2021   15:00 Diperbarui: 28 September 2021   15:05 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warna Biru Kobalt Yang Berani, Jernih, Intens Dan Segar Menjadi Karakter Utama "Jardin Majorelle" (Dok Icon-icon)

Kolam Panjang Biru Di Rimbunnya Bambu, Tempat Favorit Untuk Foto (Dok.Wikipedia)
Kolam Panjang Biru Di Rimbunnya Bambu, Tempat Favorit Untuk Foto (Dok.Wikipedia)

Rimbun dengan pohon palm yang menjulang tinggi dan batang-batang besar bamboo di sana--sini serta Batang-batang kaktus besar yang berduri ditambah aneka ragam pohon lainnya taman ini  terlihat nyaman dan asri, karena ditangani sang maestro sendiri, Jacques Majorelle.

 Yang keberadaannya dibeli empat tahun setelah pernikahannya dengan Andree Longueville pada 1923. Tanah seluas empat hektar yang berbatasan dengan kebun Palm ini kemudian dibangun rumah bergaya Mooroccan.  Paul Sinoir, seorang arsitek Prancis diminta merancang sebuah Villa Kubisme oleh Jaques Majorelle pada 1931 untuk rumahnya tersebut.

Pohon Kaktus Menjadi Koleksi Favoritnya (Dok.Pribadi)
Pohon Kaktus Menjadi Koleksi Favoritnya (Dok.Pribadi)
Ia kemudian menambah kepemilikian tanahnya hingga mencapai 10 hektar yang dibelinya secara bertahap. Di pekaranannya yang luas inilah ia mulai menanam dan mengkoleksi tanaman-tanaman mewah yang eksotis saat itu. 

Tanam yang kemudian dikenal sebagai Jardin Majorelle (Taman Majorelle). Kecintaannya pada seni yang diaplikasikan pada Lanskap taman menjadikan ini sebagai pekerjaan sepanjang hidupnya yang dikembangkan selama hamper empat puluh tahun.

Merawat taman besar dengan jumlah pohon yang banyak bukanlah hal yang mudah dan murah. Dibutuhkan banyak tenaga dan biaya untuk merawatnya. Lihatlah semua taman-taman indah di dunia, mereka mengenakan biaya masuk untuk menikmati taman yang ada di dalamnya.

Sama halnya dengan Jacques Majorelle yang harus memikirkan biaya untuk merawat tanaman koleksinya, maka pada 1947 ia mulai mengenakan biaya masuk bagi mereka yang ingin melihat Jardin Majorelle. 

Kondisi dan minat orang saat itu tentunya tidak seperti saat ini. Uang yang didapat dari biaya masuk tak mencukupi sehingga ia harus menjual tanah milikinya agar dapat tetap membiayai taman miliknya.

Perceraian dengan Andree Longueville pada 1950-an membuat semuanya berubah. Jacques Majorelle terpaksa menjual rumah dan tanahnya. Setelahnya sudah dapat dipastikan taman menjadi terbengkalai dan rusak tanpa perawatan. 

Tahun 1962 Jacques Majorelle mengalami kecelakaan mobil, ia dikirim ke Prancis. Karena konplikasi dari luka-lukanya, ia pun meninggal. Dimakamkan di Nancy, tempat kelahirannya, berdekatan dengan sang ayah.

Tahun 1980-an perancang busana, Yves Saint-Laurant dan Pierre Berge' yang juga merupakan pasangan kolektor seni; yang sebagian karya seninya diperoleh dari  Jacques Majorelle;  menemukan dan membeli Jardin Majorelle dan mulai memulihkan taman yang indah ini. Pasangan ini memiliki villa tersebut hingga 2008. Saat Yves Saint-Laurant meninggal pada 2008 abu jenazahnya kemudian disebar di taman Majorelle ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun