"Nggak, kak," jawabnya.
"Kita belum kenalan 'kan? Namaku Kinan," ucap Kinan, ia mengulurkan tangannya untuk bisa berjabat tangan dengan gadis itu.
"Nama aku Gina, kak." balas Gina, Kinan dan Gina sudah saling kenal dan berjabat tangan sebagai tanda perkenalan. Setelah berkenalan dan berjabat tangan, keduanya saling diam, hanya kebisingan jalanan yang mengisi hening antara keduanya. Kinan menyodorkan satu roti kukus kepada Gina, "Aku punya dua roti kukus, satunya untuk kamu,"
"Terima kasih ya kak,"Â
Kinan terdiam selama beberapa detik setelah mendengar ucapan terima kasih dari Gina untuk roti kukus pemberiannya, "Baru kali ini aku merasa ucapan terima kasih itu bukan hanya sekedar ucapan, ia benar-benar menunjukkan bahwa ia berterima kasih untuk satu roti kukus,"Â
"Kamu jualan setelah pulang sekolah ya, Na?" tanya Kinan membuka topik obrolan baru.
"Nggak, Kak. Aku nggak sekolah dulu Kak, ibuku bilang, aku belum bisa sekolah dulu karena uang ibu nggak cukup kak. Jadi yang bersekolah, dua orang kakakku dan adikku, Kak." jawab Gina.
"Lho? adik kamu bisa sekolah?" Kinan heran, mengapa adiknya bisa bersekolah sedangkan Gina tidak diberi kesempatan untuk bersekolah.
"Adik sekolah di TK supaya bisa membaca, kata ibu begitu kak. Tapi, beberapa hari lalu, ibu mendaftarkan adikku untuk bersekolah di tingkat sekolah dasar Kak." jawab Gina.
 "Kamu nanti pulang sendiri 'kan Na? Bareng aja yuk jalannya," ajak Kinan.
"Boleh kak, tapi cuma sampai warung di perempatan jalan itu aja, nggakpapa kak?"