"Ibu, Kinan mau jalan-jalan sebentar ya,"
"Berhati-hatilah di jalan, nak,"
Sering kali ia pergi jalan-jalan keluar untuk menikmati hiruk-pikuk mereka yang pulang bekerja, semuanya ingin cepat sampai di rumah, seperti perlombaan "Siapa yang sampai di rumah duluan, dia yang menang," padahal tak ada perlombaan apalagi kemenangan. Semuanya diburu rasa lelah untuk segera merebahkan tubuh dalam dekapan hangat rumah walau tak semuanya hangat dan mampu memberi dekapan, tapi mereka semua selalu ingin sampai lebih dulu, seolah berhasil memenangkan perlombaan jika sampai lebih dulu. Perjalanan sore untuk menikmati suasana perjalanan pulang mereka, hampir setiap hari dilakukan Kinan, tak pernah bosan untuk memperhatikan raut wajah orang yang berbeda ketika mereka sedang di perjalanan pulang yang selalu peluk kemacetan, suara klakson mobil, motor sepertinya menjadi musik favorit karena tak pernah berhenti dibunyikan atau mungkin seperti orang yang sedang sahut menyahut ketika saling menyapa.
"Hari ini terasa lebih ramai dari biasanya," Kinan berbicara dengan dirinya sendiri ditengah ramainya mereka yang sedang diperjalanan dan klakson yang selalu sahut menyahut.
"Eh nak Kinan, tumben terlalu sore jalan-jalannya?" tanya Bu Ida, penjual roti kukus yang sudah menjadi langganan Kinan.
"Iya Bu, sesekali mau menikmati sinar matahari terbenam," jawab Kinan sembari tersenyum, membalas senyum penuh kasih milik Bu Ida. "Bu, Kinan beli yang rasa coklatnya satu ya," sambung Kinan.
"Oke nak Kinan, ibu kukus dulu ya,"Â
"Iya Bu,"
Kinan memilih duduk di kursi yang mengarah pada taman yang tepat berada di belakang gerobak roti kukus milik Bu Ida.
"Kenapa cuma duduk aja ya dia?"