Mohon tunggu...
Arif Mahrus
Arif Mahrus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup hanya sekali Lakukan yang Terbaik

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Cermin di Jalan

1 Maret 2015   04:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cermin dapat memantulkan bayangan orang yang berdiri di depannya. Tak lupa supaya penampilan terlihat rapi, bagus, dan enak dipandang terkadang orang menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menata penampilan di depan cermin. Adanya cermin memudahkan orang untuk melihat diri sendiri dan mengetahui apa saja yang masih  kurang dari penampilannya.

Cermin memang memudahkan orang untuk mengetahui kekurangan dalam berpenampilan, sehingga cermin menjadi pelengkap dan terkadang selalu dibawa oleh orang agar mudah untuk kembali menata penampilan.

Ternyata di jalan juga terdapat cermin yang bisa memantulkan sifat seseorang. Cermin itu berupa sikap yang dilakukan saat berkendara di jalan raya. Ketika seseorang yang sering melakukan perjalanan di jalan raya mau sejenak saja merenung dan mengamati bagaimana kondisi di jalan raya. Maka dengan mudah akan terlihat jelas sekali bagaimana perilaku beberapa orang dalam berkendara di jalan raya.

Terkadang bisa dijumpai pengguna kendaraan bermotor maupun pengguna mobil yang tidak mau mengalah saat berada di jalan raya. Entah sadar atau tidak tentang perilakunya, saya sering melihat pengendara motor maupun mobil di saat ada orang yang berdiri di tepi jalan dan berusaha untuk menyeberang jalan. Saat melihat dari kejauhan ada yang bersiap untuk menyeberang yang dilakukan bukannya mengurangi kecepatan kendaraan yang dinaikinya dan menekan rem supaya orang bisa menyeberang, akan tetapi yang dilakukan malah sebaliknya yakni segera memberikan lampu dim lalu menekan klakson berulang ulang lalu segera memacu kendaraannya dengan kecepatan maksimal.

Hari kamis kemarin, saya kembali merasakan sungguh benar bahwa kegiatan berkendara di jalan raya itu memang waktunya ujian kesabaran diuji lagi dan lagi. Pagi itu kondisi jalan raya yang saya lewati menuju ke sekolah penuh dengan genangan air di mana-mana. Demi menjaga supaya sepatu yang saya kenakan tidak terkena cipratan air dan pakaian saya tetap bersih maka saya pun memacu kendaraan saya dengan pelan dan berjalan di posisi sebelah kiri jalan.

Awalnya kulihat truk yang berjalan dari arah yang berlawanan dengan saya tiba-tiba melambatkan kecepatannya sehingga air tidak ada yang terciprat ke sekitar. “wah sopirnya pengertian juga ya” benak saya dalam hati. Maka saya pun tetap memacu kendaraan dengan pelan di arah kiri jalan. Saya pun kembali menikmati sejuknya nuansa pagi sambil melihat padi di sebelah kanan dan kiri jalan padi yang telah menguning dan siap untuk dipanen, semilir angin pagi yang sejuk pun terasa menerpa saya.

Tak saya sangka tiba-tiba saja dari arah belakang ada pengendara bermotor yang melaju dengan kecepatan tinggi dan mendahului saya, air yang ada di jalan pun terlindas roda kendaraannya dan terciprat ke arah saya, “wah, sudah berhati-hati malah akhirnya basah juga” batinku. Kali ini bukan hanya sepatu saya terkena cipratan air, namun baju dan celana yang saya kenakan pun terkena cipratan air hingga basah.

Saya pun berusaha bersabar dan terus melajukan kendaraan dengan kecepatan yang lambat dan konstan. Selang beberapa menit saya lihat pengendara tadi berhenti di tepi jalan dan sepertinya dia mau berbalik arah. Saya pun memperhatikan dengan seksama. Ternyata yang mengendarai sudah dewasa dan bukan anak-anak ataupun remaja. “Sungguh mengherankan ternyata orang dewasa pun bersikap seperti itu saat berkendara di jalan raya” batinku.

Mungkin banyak orang yang belum sadar bahwa sikap saat berada di jalan raya itu mencerminkan bagaimana sifat dan perilaku seseorang. Sehingga dalam berkendara di jalan raya sikap santun dan menghargai pengguna jalan lain merupakan hal yang mesti dilatih dan dibiasakan pada diri setiap orang agar ciri khas orang Indonesia yang terkenal rendah hati, ramah, santun tidak akan lekang dimakan zaman dan bisa diwariskan dari generasi ke generasi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun