Tersesat dalam angan, bisu dalam keadaan
Permintaan hati, sulit diterima logika
Logika membela kenyataan, hati terabaikan
Hati tersesat pada setia angan yang dikunjunginya
Hati tersayat, sakit, menangis
Tak tahu ke mana perginya
Logika tersenyum menang, hati dikorbankan
Sebab masih saja belum temukan secercah terang
Emosi meluap di kala logika dan hati bentrok
Bukan masalah marah dan dendam
Namun semacam perasaan tak bernama
Pemilik tubuh frustrasi
Tulang dibungkus daging kenyal
Telah terpampang jelas di sana
Seolah menjadi ingin membuang logika dan hati
Pada tumpukan sampah
Pemilik tubuh telah pasrah
Pasrah pada penciptanya
Pencipta tersenyum, memungut pada
Sampah logika dan hati
Pemilik tubuh bingung
Tubuh mengikuti arus penciptanya
Terus berjalan, mengalir
Sampai suatu waktu, ia tersandung
Pada detik yang sedang mengitari bola waktu
Ia sadar, sadar sepenuhnya
Bukan masalah logika dan hati yang terbuang
Namun inilah suara dari penciptanya
Yang belum sempat dijawab
Dengan suara lantangnya
Telah dipilih, berbangga hati
Pada setiap logika dan hati
Yang sudah terbuang pada sampah
Penciptanya telah memungutnya,
Karena ia istimewa.
Kefamenanu, 25 Juni 2021
Adelia Elma Lawa Dasi