- Biografi K.H Ahmad Dahlan
 Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa khususnya pada masa kebangkitan nasional. Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah kebangkitan nasional Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah yang memainkan peran besar dalam reformasi pendidikan dan keagamaan di Indonesia pada awal abad ke-20. Lahir di tengah masa penjajahan Belanda, Muhammhad Darwis atau Ahmad Dahlan lahir ke dalam keluarga yang sangat religius. (Nugroho adi, 2020)
  Muhammad Darwis lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada 1 Agustus 1868. Dari pasangan Kyai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman dan Siti Aminah binti Kyai Haji IbrahimKeluarga Muhammad Darwis berasal dari ulama terkemuka yang membantu mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa, dan keturunannya sampai ke Maulana Ibrahim. Muhammad Darwis merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara yang terdiri dari dua anak laki-laki dan lima anak perempuan. Secara berurutan mereka adalah Nyai Chatib Arum, Nyai Muhsinah, Nyai Haji Sholeh, Muhammad Darwis, Nyai Abdurrahman, Nyai H. Muhammad Fekih, dan Muhammad Basir (Rahmi Fuadati & Fuadah Z., 2020)
   Ibunya, Siti Aminah, berasal dari keluarga yang terdidik dan ayahnya, K.H. Abu Bakar, adalah ulama terkenal di daerahnya. Keluarga Kyai Haji Abu Bakar sangat menyambut kelahiran Muhammad Darwis karena mereka memiliki 3 anak perempuan sebelumnya. Muhammad Darwis sangat disayangi oleh semua anggota keluarganya, terlihat dari cara mereka selalu memenuhi kebutuhannya dan pendidikan yang diberikan orangtuanya.
Sejak kecil, keluarganya memiliki ajaran agama yang kuat. Ini memberikan dasar yang kokoh baginya untuk mempelajari Islam. (Nafilah abdullah, 2015). Muhammad Darwis kecil sudah terlihat sebagai anak yang cerdas dan kreatif (Hariri, 2010: 13-14), ia mampu mempelajari dan memahami kitab yang diajarkan di pesantren secara mandiri. Muhammad Darwis mampu memberikan penjelasan rinci tentang materi yang dipelajarinya, sehingga orang yang mendengarnya mudah memahaminya. sedari kecil sudah terlihat sebagai anak yang cerdas dan mempunyai sikap kepemimpinan yang kuat, ia mampu memberi penjelaskan materi yang dipelajarinya dengan rinci, sehingga orang yang mendengar penjelasannya mudah untuk memahaminya. Pada usia delapan tahun, Muhammad Darwis sudah dapat membaca Al-Qur'an dan khatam 30 juz sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan belajar ilmu agama dari ulama lain.
 Sistem pendidikan yang dilakukan di bawah asuhan dan pengawasan orang tua yang dilandasi kasih sayang dan sikap tulus yang menjadikan dia sebagai orang yang mampu memahami pembeljaran dengan lebih cepat yaitu membaca dan menulis al-Qur'an.(Abdul Mu`thi. Abdul Munir Mulkhan, 2015). Sejak kecil, ia menunjukkan minat besar terhadap ilmu agama. Ia menempuh pendidikan dasar di lingkungan pesantren Kauman, kemudian melanjutkan studinya ke Mekah pada usia 15 tahun.  Di sana, ia belajar kepada para ulama besar, termasuk tentang tauhid, fikih, dan tasawuf, serta mulai mengenal pemikiran-pemikiran pembaruan Islam dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Jamaluddinal-Afghani.
Sekembalinya dari Mekah, Setelah ia memperdalam ilmu selama beberapa tahun, ia kembali ke Indonesia dan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan nama yang sekarang dikenang dalam sejarah nasional sebagai pelopor gerakan pembaruan Islam di Indonesia. (Suryana, 2009). K.H Ahmad Dahlan menyadari bahwa umat Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, masih terbelenggu oleh praktik keagamaan yang bercampur dengan tradisi lokal yang tidak berdasar pada ajaran Islam murni. Ia juga melihat keterbelakangan umat dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Hal ini mendorongnya untuk melakukan gerakan pembaruan (tajdid) yang tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan pendidikan. (Suryana, 2009)
      Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah di Yogyakarta. kemudian diresmikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1914. Organisasi ini bertujuan untuk mengembalikan ajaran Islam kepada Al-Qur'an dan Hadis yang bersih dari takhayul, bid'ah, dan khurafat, serta untuk memajukan kehidupan umat Islam melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Berbeda dengan pesantren tradisional, sekolah-sekolah Muhammadiyah  menggabungkan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan umum, menggunakan metode pengajaran modern, dan terbuka bagi laki-laki maupun perempuan.
 Dengan semangat tajdid, K.H. Ahmad Dahlan bukan hanya mereformasi praktik keagamaan, tetapi juga meletakkan dasar penting bagi pendidikan modern di kalangan umat Islam Indonesia. KH. Ahmad Dahlan adalah seorang ulama yang banyak beramal meskipun tidak banyak berbicara dia dikenal sebagai ulama yang banyak menulis karena dia lebih banyak menyampaikan ide-idenya melalui amal dan perbuatan. Pada tahun 1889, Ahmad Dahlan menikah dengan seorang perempuan bernama Siti Walidah atau dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. Ia lahir di Kauman pada tahun 1872, sama seperti suaminya siti walidah juga beraal dari ulama yang dihormati masyarakat dan selalu ingin belajar, terutama tentang agama islam.  Perangainya dikenal ramah, sederhana, tenang, tekun, dan sangat dermawan.
      Dalam pernikahannya dengan Ahmad Dahlan mereka dikarunia 6 orang anak
dan Pada tanggal 31 Mei 1946, Nyai Dahlan meninggal dunia dan dimakamkan di Kauman, Yogyakarta. Selain menikahi Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan juga pernah menikah dengan beberapa wanita lain. Wanita-wanita tersebut adalah Nyai H. Abdullah, Nyai Rum (adik KH. Munawir dari Krapyak), Nyai Aisyah (memiliki anak bernama Dandanah), dan Nyai Yasin dari Pakualaman.(Mukhtarom, 2015)
      Setelah pernikahan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan empat istrinya, dia memiliki delapan anak laki-laki dan perempuan yang hidup dengan rukun, saling menyayangi, dan saling menghormati. Semua anggota keluarga dilayani dengan adil oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Poligami Kyai Haji Ahmad Dahlan dilakukan sesuai dengan aturan agama. Dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai pasangan dan ayah. K.H. Ahmad Dahlan lahir dengan nama Muhammad Darwis, menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 23 Februari 1923. Setahun sebelum meninggal beliau menderita sakit paru-paru dan meninggal pada usia 54 tahun an di makamkan di Karangkajen Yogyakarta. Meskipun K.H. Ahmad Dahlan dikenal lebih banyak melalui perannya di bidang keagamaan dan pendidikan, ia juga merupakan bagian dari pergerakan nasional yang menentang penjajahan Belanda. Ia memahami bahwa penjajahan bukan hanya bentuk kekuasaan fisik, tetapi juga dominasi budaya dan pendidikan.
Oleh karena itu, perjuangan Ahmad Dahlan bersifat kultural dan struktural, dengan mengedepankan pemberdayaan umat melalui pendidikan dan amal sosial. Salah satu bentuk keterlibatannya dalam pergerakan nasional adalah saat ia menjadi anggota Budi utomo dan aktif dalam Sarekat Islam. Dalam organisasi ini, Ahmad Dahlan berperan sebagai penasihat spiritual dan pencerah ideologis, menanamkan nilai-nilai Islam yang membebaskan dan mencerdaskan. Pandangan politik Ahmad Dahlan menekankan perubahan melalui jalur pendidikan dan pelayanan sosial yang berkelanjutan.
Warisan terbesar yang ditinggalkan K.H. Ahmad Dahlan adalah organisasi Muhammadiyah, yang hingga kini menjadi salah satu organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. Dengan visi pembaruan Islam dan pendidikan modern, Muhammadiyah telah membangun ribuan sekolah, rumah sakit, universitas, serta lembaga sosial yang tersebar di seluruh nusantara. Jasa-Jasa Ahmad Dahlan Salah satunya adalah ia membantu masyarakat Indonesia menjadi lebih sadar tentang pembaharuan Islam dan pendidikan melalui gagasannya. Selain itu, pemerintah percaya bahwa Ahmad Dahlan telah melakukan banyak hal untuk kemajuan bangsa Indonesia.Â
      Beberapa manfaatnya ialah Ahmad Dahlan telah mendorong kebangkitan umat Islam di Indonesia untuk menyadari bahwa mereka adalah bangsa yang terjajah yang masih perlu banyak belajar. Banyak ajaran Islam murni telah diajarkan kepada orang Indonesia melalui pendirian Muhammadiyah. Selain itu, ajaran Ahmad Dahlan dapat memotivasi bangsa Indonesia dan masyarakatnya untuk berkembang, belajar, dan beramal, sambil mempertahankan dasar iman dan Islam.
Organisasi Muhammadiyah juga mempromosikan amal usaha sosial dan pendidikan, yang sangat penting untuk kebangkitan dan kemajuan bangsa dengan jiwa dan ajaran Islam. Organisasi Muhammadiyah bagi wanita, juga dikenal sebagai Aisyiyah, telah mendorong kebangkitan wanita Indonesia untuk memiliki akses ke pendidikan dan peran sosial setara dengan kaum pria. Atas jasa-jasanya yang besar, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1961.
Dengan Surat Keputusan Presiden RT. No. 657 tahun 1961, K.H. Ahmad Dahlan dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia. Konsep dasar dari keputusan ini adalah:
- KH Ahmad Dahlan mendorong kebangkitan umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa yang dijajah dan membuat keputusan.
- Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah banyak memberikan pemahaman ajaran Islam yang murni, mengajak kepada kemajuan, kecerdasan, dan amal bagi masyarakat dan umat dengan dasar iman dan Islam.
- Muhammadiyah juga mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan, yang sangat penting untuk kebangkitan dan kemajuan bangsa dengan jiwa ajaran Islam. Muhammadiyah juga mempelopori kebangkitan wanita Indonesia melalui bagian wanita (Aisyiyah) untuk mendapatkan hak yang setara dengan pria. (Hilalludin, 2024)
Â
B. Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan
Strategi politik KH Ahmad Dahlan berbeda dari banyak tokoh sejarah Indonesia lainnya. Dibandingkan dengan politik praktis, ia lebih berkonsentrasi pada pendidikan dan sosial. Dalam posisinya sebagai pendiri Muhammadiyah, ia menggunakan organisasi ini untuk membangun masyarakat yang lebih berpendidikan dan mandiri. Keamanan dan kebahagiannya di dunia dan akhirat adalah satu-satunya takdir manusia, menurut pedoman yang digariskannya. Untuk mencapai takdir itu, akal sehat, atau kemampuan intelektual, diperlukan. Kemampuan untuk memilih berdasarkan pemikiran dan pertimbangan serta keteguhan hati dalam membuat keputusan adalah tanda intelektual yang baik.
 Dalam upayanya untuk mempertahankan gerakan politiknya, K.H. Ahmad Dahlan pertama kali mencoba mendapatkan pengakuan badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda. Pada 22 Agustus 1914, Muhammadiyah akhirnya menerima pengakuan atas permohonannya, yang ditetapkan melalui Peraturan Besluit No.81. Muhammadiyah adalah organisasi keagamaan, tetapi ia lebih banyak terlibat dengan politik praktis. K.H Ahmad Dahlan secara tidak langsung terlibat dalam politik melalui berbagai inisiatifnya. Pada awal berdirinya Muhammadiyah, tujuan politik K.H. Ahmad Dahlan adalah untuk mencapai cita-cita sosialnya, karena umat muslim pada saat itu mengalami penurunan moral dan pendidikan agama.
 K.H. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan harus diratakan kembali dan didirikan institusi pendidikan Islami yang menyatukan sistem pendidikan menyatukan tradisional dan pesantren.  dengan sistem pendidikan kontemporer dan Belanda. Dengan melakukan tindakan ini, diharapkan siswa yang bersekolah di sekolah umum atau madrasah akan muncul sebagai orang-orang yang menunjukkan sifat-sifat seorang muslim yang konsisten.  Beberapa strategi yang digunakan oleh K.H Ahmad Dahlan :
- Perlawanan terhadap kebijakan kolonial
 K.H Ahmad Dahlan menentang kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang membatasi ruang gerak Islam, seperti ordonansi guru dan haji, Pada awal abad ke-20, pemerintah Hindia Belanda berpikir hanya hubungan politik dan elemen politik Islam yang berbahaya. Oleh karena itu, perlu dipantau dan ditangani dengan tegas. Saat itu, ada dua masalah. Pan Islamisme dan nasionalisme, dua politik ini penting dan berkaitan dengan haji dan orang yang naik haji. Pemerintah kolonial Hindia Belanda didorong untuk mengadopsi berbagai kebijakan politik untuk menghentikan peningkatan jumlah orang Islam Indonesia yang pergi haji dan menetap di Mekkah.
      Pemerintah Belanda juga tahu bahwa para haji mendorong banyak perlawanan rakyat terhadap pemerintah Belanda fanatisme yang dapat membahayakan operasi politik pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah Hindia Belanda percaya bahwa ibadah haji membuat rakyat menjadi fanatik dan menentang pemerintah Belanda, dan ini akan membahayakan kedudukannya di tanah air.  Akibatnya, pemerintah Belanda memberlakukan berbagai peraturan yang membatasi dan menyukarkan ibadah haji. Di antaranya adalah menetapkan ordonansi haji dan ordonansi guru agama. Walaupun peraturan tersebut ditetapkan K.H Ahmad Dahlan tidak berhenti sampai disitu saja, ia tetap menyuarakan dan menyebarkan pendidikan dan ajaran agama islam ditengah-tengah diberlakukannya berbagai peraturan yang ditetapkan pemerintah Belanda.
      Karena badan hukum pertama hanya berlaku di Yogyakarta. K.H. Ahmad Dahlan sekali lagi meminta izin kepada pemerintah Hindia Belanda untuk memperluas wilayah pengajaran hingga mencakup wilayah kekuasaan Hindia Belanda (Karimi Faizin Ahmad, 2012) pada 20 Mei 1920. Pemerintah Hindia Belanda menyetujui permohonan Muhammadiyah dalam waktu tiga bulan, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1920, melalui Besluit No. 40. Usaha K.H. Ahmad Dahlan untuk mendapatkan pengakuan badan hukum dari pemerintah Hindia Belanda terus berlanjut. Tanggal 7 Mei 1921, delapan bulan setelah Peraturan Nomor 40 tahun 1920 dikeluarkan, K.H. Ahmad Dahlan mengajukan kembali permohonan kepada Hoofdbestuur Muhammadiyah.
 Pada bulan September 1921, pemerintah Hindia Belanda menerima permohonan tersebut melalui Peraturan Nomor 36. Tetapi masalahnya bukan hanya disitu saja mengingat perkembangan pendidikan di luar wilayah residen Yogyakarta terhambat oleh undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1905.  Dalam situasi ini, K.H. Ahmad Dahlan memutuskan untuk menyelesaikan masalah ordonansi guru dengan membahas masalah tersebut dalam Kongres al-Islam di Cirebon tahun 1921. Muhammadiyah akhirnya meminta pemerintah Belanda untuk mencabut Ordonansi Guru tahun 1905.
Sebaliknya, pemerintah mengeluarkan peraturan baru dalam Staatsblad 925 Nomor 219 tahun 1925. yang berisi peraturan yang mengatur haji, meskipun sebenarnya isinya cenderung menguntungkan pemerintah Hindia Belanda. Penyelenggaraan haji pada masa pemerintahan Hindia Belanda lebih berfokus pada keuntungan ekonomi daripada tanggung jawab pemerintah sebagai pelayan masyarakat.
  Meskipun K.H Ahmad Dahlan tidak mengecam Belanda secara lisan, gerakannya yang berfokus pada kesejahteraan sosial dan pengembangan sumber daya manusia adalah bukti perjuangannya melawan penjajahan. Sangat jelas bahwa gerakan politik KH Ahmad Dahlan terkesan "menghormati" keberadaan pemerintah Hindia Belanda. (Karimi Faizin Ahmad, 2012). Secara politis, pemerintah tidak pernah menghalangi K.H. Ahmad Dahlan untuk bergerak. K.H. Ahmad Dahlan dengan bantuan pimpinan Budi Utomo, yang dekat dengan pemerintah Hindia Belanda, memperjuangkan pembentukan Muhammadiyah.
  Tiga tahap diambil untuk mempertahankan legalitas gerakan ini. Pada tahap pertama, ruang gerak dibuat seluas residensi Yogyakarta, pada tahap kedua, izin diberikan untuk ruang gerak di daerah kekuasaan Hindia Belanda, dan pada tahap ketiga, cabang Muhammadiyah didirikan diberbagai daerah kekuasaan Hindia Belanda. Kemudian dikeluarkan ordonansi guru yang bersifat politis untuk mengontrol lembaga pendidikan yang dianggap mengancam pemerintah. Dalam Kongres al-Islam di Cirebon tahun 1921, Fachroddin, utusan K.H. Ahmad Dahlan, membahas masalah pencabutan ordonansi guru, yang menghasilkan resolusi baru, ordonansi guru 1925.
- Pendidikan sebagai alat perubahan
Keprihatinan terhadap keterbelakangan umat Islam mendorong pembaharuan pendidikan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dia berpendapat bahwa institusi pendidikan Islam harus diperbarui dengan sistem dan pendekatan pendidikan yang lebih baik. Untuk membuat tujuan dan sasaran kegiatan pembelajaran lebih terarah dan terukur, model pembelajaran sorogan dan bandongan yang saat ini digunakan di pesantren harus diganti dengan model pembelajaran klasikal. K.H Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah yang menggabungkan pendidikan agama dan umum untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
 Beberapa faktor juga memengaruhi pemikiran KH.  Ahmad Dahlan tentang pendidikan. Salah satunya adalah elemen yang ada dalam agama Islam. Pendidikan Islam telah mengalami banyak situasi dan kondisi, seperti yang dialami pendidikan Islam di Indonesia. Dunia pesantren tetap terikat pada tradisi, tidak peka terhadap masalah zaman dan lingkungannya, dan para pimpinan dan kyai tidak menanggapi gagasan baru. Sebaliknya, pendidikan kolonial didasarkan pada nilai-nilai budaya Barat seperti materialisme, intelektualisme, individualisme, dan egoisme. Ini dilakukan untuk mempertahankan kolonilisme di Indonesia dan sebagai subjek nya ialah anak Bumi putera. Ia pernah bekerja sebagai guru agama di kampungnya selama hidupnya, sebagai bentuk perhatian khususnya dalam pendidikan.
Dia mengajar anak-anak yang menjadi murid ayahnya di Mushola setiap siang dan sore. Selain itu, ia juga mengajar di sekolah negeri untuk calon guru, seperti sekolah Kweekschool di Jetis Yogyakarta dan Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang.
Pada tanggal 1 Desember 1911, KH. Ahmad Dahlan mendirikan Sekolah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah sebagai bagian dari upayanya untuk memperbaiki pendidikan Islam. Berbeda dengan sistem yang dilakukan oleh kolonial yang hanyay fokus pada pengetahuan alam dan sosial dan sistem pendidikan di pesantren yang hanya belajar tentang ilmu agama saja.
Dengan menerima metode dan sarana belajar modern Muhammadiyah menjadi lembaga pendidikan dengan gaya Barat bagi komunitas mayoritas Islam kaum bumi butera di wilayah koloni Hindia Belanda. Melalui jaringan madrasah di sekitar Yogyakarta, yang melibatkan semua komponen masyarakat akhirnya menyebar ke seluruh pelosok wilayah koloni Hindia Belanda. Â Sektor pendidikan, termasuk penerbitan, panti asuhan, klinik, rumah sakit, dan lembaga kemanusiaan lainnya menjadi perhatian Muhammadiyah. Â Akhirnya pada sekitar 1915, sekolah-sekolah Muhammadiyah memperoleh subsidi dari pemerintah Hindia Belanda.
 Sekolah ini, yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan, menggabungkan kedua jenis pendidikan. (Pendidikan yang diberikan di pesantren dan di kolonial Belanda). Sekolah Muhammadiyah pertama kali didirikan dengan murid-murid yang berasal dari kerabat KH. Ahmad Dahlan, dan dia sendiri yang mengajar mereka saat pertama kali didirikan. Meskipun demikian tetap ada beberapa orang yang mencemooh KH. Ahmad Dahlan karena membangun sistem pendidikan Barat yang mereka anggap kafir. Namun, dia tetap teguh dan menganggap semua itu sebagai cobaan. Pendidikan mengalami perubahan besar karena pembaharuan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan. Sebelumnya, sistem pendidikan membedakan ilmu agama dan umum, tetapi KH. Ahmad Dahlan menggabungkannya menjadi satu ilmu.
Karya dan amal usaha KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah semakin berkembang setiap tahunnya. Â Perluasan dan kemajuan ini menunjukkan kecerdasan dan inovasi KH. Ahmad Dahlan dalam mengamati masalah sosial yang dihadapi bangsa dan umat Islam Indonesia pada masa itu. Ini juga menunjukkan bahwa dia berhasil menerjemahkan ajaran al-Qur'an ke dalam kearifan sosial. Â (Selamat, 2019)
 Salah satu tokoh pendidikan yang signifikan dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, karena kontribusi KH. Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan, termasuk transformasi sistem pendidikan Islam dari yang konvensional ke arah yang lebih modern, serta pembentukan institusi pendidikan yang didirikannya yang terus berkembang pesat hingga saat ini. K.H. Ahmad Dahlan adalah sosok pembaru yang berhasil mengubah wajah Islam Indonesia melalui pendekatan yang damai, rasional, dan berlandaskan pada semangat keilmuan. Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan meletakkan dasar bagi Islam yang inklusif, modern, dan kontributif terhadap pembangunan bangsa. Ia membuktikan bahwa perubahan tidak selalu harus dilakukan dengan kekerasan, tetapi bisa diraih melalui pencerahan, keteladanan, dan kerja nyata. Kyai Haji Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama.
Masyarakat yang mengalami keterbelakangan dan kemiskinan mulai menyadari pentingnya
perubahan untuk meningkatkan kualitas hidup dan martabatnya. Gagasan baru Kyai Haji Ahmad Dahlan mendorong proses kemajuan hidup yang lebih baik dan mengganti kebiasaan lama yang menghalangi kemajuan. Sikap dan perilaku Kyai Haji Ahmad Dahlan yang patut diteladani memungkinkannya melakukan pembaharuan dalam kehidupan masyarakat. Tidak ada alasan untuk menolak gagasan-gagasan Kyai Haji Ahmad Dahlan karena masyarakat menilai tindakan dan pernyataannya secara konsisten selaras.
 Gagasan Kyai Haji Ahmad Dahlan terus berkembang dan menyebar ke seluruh Nusantara berkat dukungan masyarakat luas ini. Untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang Islam, seperti apa itu kebahagiaan di Akhirat dan realitas ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari, para guru Muhammadiyah menggunakan beberapa karya yang hilang sebagai pedoman. Mereka menggunakan model peran, mengatasi peran yang ada, untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang Islam, yang kemudian disebarkannya kepada pengikutnya.
- Menjadi pendiri organisasi dan Aktif dalam Gerakan sosial IslamÂ
Ahmad Dahlan tidak terlibat langsung dalam Politik Praktis, seperti membentuk partai atau mencalonkan diri sebagai pejabat, Ahmad Dahlan penah ikut serta dalam organisasi politik, ia aktif sebagai anggota organisasi Sarekat Islam (SI). Organisasi ini dibentukan pada awal 1900an yang berfokus pada sosial ekonomi dan terus berkembang menjadi organisasi politik yang menentang Kolonialisme Belanda. Ia ikut serta dalam organisasi ini karena memiliki visi yang sama tentang pemberdayaan umat dan melawan penjajahan, Ia juga mendukung organisasi nasional lainnya, seperti Budi Utomo, meskipun dia lebih fokius pada pembaharuan islam melalui Muhammadiyah dan pendidikan. K.H. Ahmad Dahlan banyak belajar tentang organisasi dari perkumpulan Organisasi Budi Utomo.
Pada tahun 1909, Kyai Haji Ahmad Dahlan resmi menjadi anggota Budi utomo dan menyatakan bahwa dia mampu melakukan pekerjaan yang diberikan organisasi sesuai dengan kemampuan. Kyai Haji Ahmad Dahlan memperoleh pengetahuan tentang organisasi melalui keterlibatannya dalam aktivitas perkumpulan. Pengetahuan ini kemudian digunakannya saat mendirikan organisasi Muhammadiyah. Menurut Nugraha (2010), tujuan utama Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah untuk masuk ke perkumpulan Budi Utomo sehingga dia dapat melakukan dakwah di kalangan priyayi. Setelah rapat, Kyai Haji Ahmad Dahlan memiliki kesempatan untuk menyampaikan materi pengetahuan agama islam. Anggota Budi Utomo mengapresiasi kegiatan tersebut dan sangat tertarik untuk mendengar penjelasannya.
       Kesadaran umat muslim berorganisasi pada saat itu tidak hanya demi meningkatkan nilai keagamaan, tetapi juga karena tuntutan dan pengaruh poltik etis yang diciptakan oleh pemerintahan Belanda. Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 dengan tujuan meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia. didirikan di Yogyakarta atas saran murid K.H. Ahmad Dahlan dan beberapa anggota Budi Utomo (Nafilah abdullah, 2015). Salah satu faktor yang mendorong berdirinya Organisasi Muhammadiyah pada masa itu adalah pemahaman bahwa ajaran Islam tidak murni, yang dianggap oleh sebagian besar umat Islam Indonesia sebagai adaptasi yang tidak tuntas dari tardisi lokal Nusantara yang awalnya menganut animisme dan dinamisme. Akibatnya, umat Islam Indonesia memilih pemurnian ajaran Islam.
      K.H Ahmad Dahlan berharap Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang tidak terlibat dalam politik lamgsung, tetapi tidak anti-politik. Pemikiran bahwa persyarikatan ada adalah titik tolak dari perilaku politik ini. (Rahmi Fuadati & Fuadah Z., 2020). Ia memiliki dampak yag signifikan terhadap pembentukan Indonesia modern. Keterlibatan Ahmad Dahlan dalam organisasi seperti Sarekat Islam tidak menjadikannya politisi dalam artian modern. Tetapi ia memilih jalur politik moral, dakwah dan pelayanan masyarakat dan sosial melalui pendidikan daripada politik kekuasaan. meskipun demikian langkah-langkahnya secara keseluruhan berfungsi sebagai strategi politik, dalam artian politik etis, kultural, dan transfomasional. Aktivitas Ahmad Dahlan dalam organisasi-organisasi ini membuat aktivitas dakwahnya semakin luas, dan banyak orang mendukungnya. Gagasan pembaharuannya mulai diterima baik oleh masyarakat.
      Secara dasar, Ahmad Dahlan menginginkan agar kegiatan kaum wanita muslim ini memiliki wadah. Pada tahun 1917, ia mendirikan organisasi untuk mengatur aktivitas kaum wanita, terutama kursus pendidikan agama. Ini dipimpin oleh Nyai Siti Walidah Ahmad Dahlan, istri ketiga Ahmad Dahlan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, wadah wanita ini diberi nama Aisiyah. Membangun masjid, kelompok pembaca Qur'an, dan menerbitkan majalah dan jurnal keagamaan adalah upaya pertama Aisiyah untuk memberikan pendidikan agama kepada wanita muslim. Aisiyah mengikuti rencana organisasi induknya dengan memberikan pendidikan kepada wanita dan mendukung peranannya yang lebih luas.
      Banyak wanita mengikuti kegiatan Aisiyah, yang berkembang pesat. Organisasi ini mendorong wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan umum selain memenuhi tanggung jawab utama mereka untuk merawat dan membesarkan anak-anak mereka, seperti yang dinyatakan dalam ajaran Islam. Kegiatan Pendidikan mendukung kesejahteraan wanita dengan mengawasi taman kanak-kanak dan membuka sekolah kejuruan untuk wanita untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya di masa depan.
Pada tahun 1930, Aisiyah menyebar ke luar kota Yogyakarta. Aktivitas Aisiyah membawa kaum wanita Islam yang tinggal di Kauman (Pemukiman Islam yang berada di sebelah barat Masjid Agung Yogyakarta) keluar dari tempat tinggal mereka. Lebih radikal lagi, pendidikan Islam memungkinkan wanita menjadi mubaligh dan imam bagi orang lain. Selain itu, keyakinan Muhammadiyah mewajibkan wanita untuk memakai kerudung, jilbab, atau semacam cadar yang menutup kepala dan leher, dan menjauhkan wanita dari pria di ruang publik, termasuk di masjid. (Abdul Mu`thi. Abdul Munir Mulkhan, 2015)
Selain hal-hal di atas, ideologi Muhammadiyah Aisiyah menekankan bahwa wanita harus patuh kepada suami mereka. Wanita yang tergabung dalam Muhammadiyah Aisiyah menekankan bahwa bahwa tugas rumah tangga adalah tanggung jawab utama wanita.
Setelah mengurus keluarganya, mereka diizinkan mengambil bagian dalam aktivitas masyarakat bersama wanita lain, dan organisasi Aisiyah adalah tempat terbaik untuk melakukannya. Propaganda yang selalu digunakan oleh Muhammadiyah dan organisasi Aisiyah sama. Asiyah berkembang menjadi organisasi sekuler yang memodernkan kaum elit di antara penduduk desa, dan akhirnya menjadi pusat aktivitas mereka. Aisiyah bergabung dengan organisasi wanita lain selama kegiatan organisasinya untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita dalam bidang pendidikan.
Â
Â
Referensi
Abdul Mu`thi. Abdul Munir Mulkhan, D. M. (2015). K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) (Djoko Marihandono (ed.)). Museum Kebangkitan Nasional.
Hilalludin. (2024). Strategi Ahmad Dahlan Dalam Membangun Kemandirian Masyarakat. 1(2), 45–50.
Karimi Faizin Ahmad. (2012). Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan (M. penerbitan S. M. 1 greesik) Press (ed.)). MUHI Press.
Mukhtarom, A. (2015). Menelusuri Rekam Jejak Amal Dan Perjuangan Kh. Ahmad Dahlan. Jurnal Dinamika UMT, 1(1), 1. https://doi.org/10.31000/dinamika.v1i1.485
Nafilah abdullah. (2015). K.H Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis). Jurnal ILmiah Sosiologi Agama, Volume 9,.
Nugroho adi. (2020). K.H. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1868-1923 (p. 85). Garasi.
Rahmi Fuadati, H., & Fuadah Z., A. (2020). Memperkenalkan Sejarah Pahlawan Nasional KH. Ahmad Dahlan bagi Peserta Didik MI/SD di Indonesia. Ibtidai’Y Datokarama: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(2), 1–14. https://doi.org/10.24239/ibtidaiy.vol1.iss2.10
Selamat, K. (2019). Antara Tradisionalis Dan Modernis: Pemikiran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan. Ta’dib, 22(2), 75. https://doi.org/10.31958/jt.v22i2.1637
Suryana, C. (2009). Kiprah Politik Dan Sejarah Organisasi Muhammadiyah Di Indonesia. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 4(14), 625–638.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI