Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabtu di Bangsal Melati

15 Mei 2021   21:42 Diperbarui: 15 Mei 2021   21:56 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi topi perawat. Foto: shopee.co.id.

Aku berjalan menuju ruang perawat sambil memikirkan pinggul Vita. Dan, di situlah, pinggul itu berada, bersama anggota tubuhnya yang lain, berjalan mendekatinya di koridor. Vita memakai gaun suster berwarna putih, lengkap dengan topi kaku dan sepatu empuk khas suster. Selagi aku membayangkannya di ruang tunggu, Vita tiba-tiba mendekat lalu memukul lenganku menggunakan data grafik pasien.

"Hey, kok ngelamun," tanyanya genit.

Aku cuman mengangkat bahu sambil tersenyum. Aku sebenarnya sedikit gugup dan kaget karena dihentikan secara tiba-tiba oleh suara khas Vita.

"Sudah kuduga," kata Vita ikut tersenyum.

Aku kemudian menanyakan tentang pria yang sempat disebutkan Vita saat terakhir kali kami bicara di beranda Legian Jogja.

"Dia sudah kelar. Sebetulnya, kami udah gak saling kontak. Dia tak lagi mencintaiku," jawab Vita blak-blakan.

"Kok bisa? Trus, kamu sendiri gimana?"

"Sudahlah. Aku gak mau bahas soal dia. Aku sebenernya eneg banget sama dia. Dia sebetulnya tidak pernah mau mendengarkan apapun yang kukatakan. Kalau aku membicarakan seorang pasien, dia akan memelototi jari-jarinya, seolah belum pernah melihatnya. Bahkan hal-hal penting sekalipun, ia justru tak mendengarkannya sama sekali." Vita terdiam.

Aku tak mau mengorek semua suasana hati Vita di saat ia tengah sibuk dijebak pilu. Di bangsal Melati, beberapa perawat megerutkan kening melihat kami bersoal-jawab. Aku dan Vita sebenarnya udah lama saling mengenal.

Vita berjalan terus menyusuri lorong Melati. Langkahnya tak teratur. Aku tahu perempuan ini ada dalam kekalutan. Ia seperti baru keluar dari ruang bedah. Ia jarang seperti hari ini. Baginya, catatan Sabtu di Rumah Sakit terbesar di kota ini, untuk kali ini, lebih seram daripada kamar mayat.

"Apakah kamu boleh bersabar sebentar?" tanya Vita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun