Pertanyaan ini, jujur, tak pernah dirangkai impianku selama kita bersama. Saya harap, ingatanmu juga 'tak pernah mengemas pertanyaan yang sama. Kita memang 'tak saling mengumbar rasa, tapi dari raut wajah dan desiran warna suara yang keluar dari mulutmu, aku bisa menebak: "Kita 'tak mungkin menemui di antara."
Besok, tepat pukul 12.00, aku berangkat dari kota yang kita diami bersama. Aku pergi karena mereka. Aku pergi karena desakan. Aku bukan lari. Aku pergi dengan pamit. Aku 'tak mau kepergianku malah memotong lingkaran yang telah lama melilit kita. Aku usahakn. Aku berusaha agar pergiku membawa pulang. Aku usahakan, pergiku tetap merekatkan kita. Meski jarak membuat kita berada di antara, aku yakin kita lebih kuat dari selebar jarak.
Sekali lagi, tetap mengencangkan kita. Tetap rajut kita. Tetap sapa kita. Tetap mengabari seputar kita dari seberang mana dan kapan pun. Itulah yang aku harapkan untuk keadaan ini. Itulah yang aku harapkan ketika kita tengah berada di antara. Di antara, tak berarti kita lepas. Di antara justru membuat kita semakin menghampiri sentuh. Itu pasti. Kita di antara untuk mempelebar rasa saling percaya.