Mohon tunggu...
Krani Pratiwi
Krani Pratiwi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

PSYCHOLOGIST is my future goals, http://kranisumantri.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hanya Cerita Fiktif

23 Februari 2016   22:59 Diperbarui: 23 Februari 2016   23:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Jangan bawa bawa Zeid dalam hal ini, gue tahu gue bego, gue juga tahu gue terlalu polos masalah ginian, tapi gue tahu gue cinta sama siapa dan kenapa !, dan Zeid bukan orang itu ! Puas lu. Gue datang bukan buat debat sama lu gini, gue datang mau happy, kenapa lu jadi aneh gini sih bang, lu ga pernah seserem ini, gue jadi males lama lama di Bandung kalau gini”

“Jangan bawa bawa gue kalau lu sendiri ga kenal sama gue !, gue gini karena lu yang susah dibilangin. Karin, lu perempuan sampai kapan lu bakal kejar ambisi lu itu ? sampe kapan lu abaiin mereka yang suka sama lu ? sampe kapan lu sendiri terus ? sampe kapan lu bego sendirian sama perasaan lu ?”

“Sampai gue ketemu sama orang yang sama kaya lu Bang, kebodohan yang gue sesali hingga detik ini yaitu gue terlalu terbuai dengan perasaan gue kalau lu abang gue, padahal perasaan itu bukan hanya sekedar sayang seorang adik. Kalau gue tahu sejak awal mungkin gue ga akan pergi gitu aja kaya orang bego ke London cuman demi ambisi gue yang pengen jadi wanita karir.” Jawab gue dalam hati

Terima kasih sudah menghawatirkan aku, hidupku adalah hakku. Aku bebas lakukan apapun untuk hidupku, sekalipun aku tahu aku mungkin terlalu ambisius dengan mimpiku, tapi jodoh yang abang khawtirkan juga aku khawatirkan Bang. Bang pernah liat aku nangis ? pernah denger aku ngeluh ? atau pernah tahu gimana rasanya dipojokin seperti itu terus sama semua orang ?. Aku perempuan Ya, dan karena aku perempuan, apa yang aku rasa hanya bisa aku ucap dalam do’aku, sekalipun itu pedih, hari ini abang lihat semua itu, perempuan kuat yang ada dihadapan abang selama ini ternyata lemah. Maaf jika pilihanku lebih memilih karier membuatmu cemas.”

“Kaaa… rin, bukan itu maksudku. Aku marah karna kenapa kamu tiba tiba memutuskan untuk bekerja di London ? bukankah..”

“Aku tahu diri Bang, sudah banyak aku menyusahkanmu. Bahkan hari ini kamu usir Sarah karna aku, aku ga mau ngetek terus sama kamu bang, aku mau mandiri”


“Apa harus aku benar benar membatalkan..”

“Jangan sesompral itu, hubungan kamu dan Sarah bukan sebercanda itu. Aku anggap kamu lebih dewasa dibanidng aku meski umur kita sama, karna aku pikir kamu bisa bijak. Kalau kamu ambil keputusan hanya karna kamu kasihan sama aku, jangan pernah anggap delapan tahun kita berteman”

Kadang cinta memang aneh, ia hadir tanpa permisi dan harus pergi disaat aku sudah menerimanya. Perasaan yang sebenarnya aku benci, dimana aku harus bodoh hanya karna cinta. Entah bagaimana aku bisa lalui pertemanan kami dengan perasaan yang sudah hancur seperti ini, topeng pertahanan ini tak mungkin bisa bertahan lama, dan begitu juga perasaan pura pura ikhlasnya, entahlah akan sebodoh apa selanjutnya. Aku hanya berpikir aku bisa menemukan perasaan yang baru dengan orang yang baru sesegera mungkin.

 

                                                                                                Bandung, 3 Januari 2004

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun