Pernahkah kamu masuk ke sebuah perpustakaan dan merasa tempat itu begitu sunyi, penuh rak buku yang berjejer rapi... tapi kosong dari pengunjung? Apakah suasana seperti itu yang Kompasianer harapkan dari perpustakaan?
Buku-buku berjajar, siap dibaca, tetapi seolah tak tahu kapan pembacanya akan datang.
Bayangkan sebuah perpustakaan yang tidak hanya menyediakan buku, tapi juga menghidupkan berbagai kegiatan edukatif: kelas menulis, diskusi buku, bedah film, ruang belajar kreatif, hingga pameran seni lokal.
Ruang yang tadinya sunyi bisa berubah menjadi tempat yang dinamis, penuh anak-anak yang belajar, mahasiswa yang berdiskusi, orang dewasa yang bertukar pikiran, bahkan lansia yang berbagi pengalaman hidupnya.
Perpustakaan seperti ini bukan hanya memanggil pembaca, tetapi juga menciptakan komunitas. Perpustakaan jadi tempat orang datang bukan karena wajib, tetapi karena merasa diterima dan terinspirasi.
Lalu, bagaimana denganmu, Kompasianer? Jika kamu punya kesempatan mendesain ulang konsep perpustakaan, kegiatan apa yang ingin kamu hadirkan di sana?
Apakah kelas-kelas kreatif, ruang untuk berjejaring, atau program yang mengajak masyarakat lebih dekat dengan literasi?
Ceritakan idemu maupun perpustkaan yang Kompasianer tahu agar bisa jadi inspirasi bagi pengelola perpustakaan atau komunitas. Silakan tambah label Menghidupi Perpustakaan (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI