Publik Indonesia pada Sabtu (2/5/2020) dikejutkan oleh kabar diretasnya Tokopedia, sebuah marketplace lokal yang menjadi pionir sejak 2009. Informasi ini pertama kali terungkap di Twitter dengan terunggahnya cuitan oleh @underthebreach yang kerap membuat konten tentang cybercrime.
Dari peretasan tersebut, disinyalir sebanyak 91 juta pengguna telah diperjualbelikan di dark web. Dirangkum KompasTekno dari Hackread (3/5/2020), data yang beredar antara lain nama lengkap pengguna, email, username, password, lokasi, dan gender.
Menanggapi upaya peretasan ini, VP Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak mengakuinya. Meski demikian, ia memastikan tidak ada data pembayaran yang bocor.
"Seluruh transaksi dengan semua metode pembayaran, termasuk informasi kartu debit, karti debit, dan OVO di Tokopedia tetap terjaga keamanannya," ujar Nuraini Razak kepada KompasTekno.
Fakta ini cukup mengkhawatirkan terutama karena belakangan ini warga kita bergantung pada marketplace untuk berbelanja saat Covid-19. Belum lagi momentum Ramadan yang setiap tahunnya menyebabkan lonjakan penggunaan aplikasi belanja.
Dilansir dari Kontan yang mengutip Criteo selaku perusahaan teknologi, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan transaksi e-commerce mulai pekan 3 Ramadan. Pada tahun 2019 saja, terjadi kenaikan 90% transaksi dibandingkan Ramadan tahun 2018.
Kompasianer, bagaimana pendapat Anda mengenai kebocoran data yang dapat membuka peluang terjadinya tindak kejahatan? Apakah Anda memiliki tips aman berbelanja online, terutama saat bulan Ramadan? Mungkin menggunakan password yang rumit, melakukan otentikasi ganda, atau punya email khusus untuk berbelanja?
Bagikan opini, tips, dan pengalaman Anda dengan membuat konten dan menyematkan label Marketplace Diretas (dengan spasi) pada setiap kontennya.
