Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Hidup Kembar Chang dan Eng, Pencetus Istilah Kembar Siam

11 Juni 2021   12:24 Diperbarui: 11 Juni 2021   13:18 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam istilah kedokteran, kembar siam adalah kondisi jika orang kembar memiliki satu atau beberapa bagian tubuh saling menempel atau terhubung satu sama lain.

Kasus ini tergolong langka. Perkiraannya hanya satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup hanya berkisar antara 15% saja, dan 75% berkelamin wanita.

Adalah yang tahu, mengapa jenis kelainan ini disebut dengan Kembar Siam? Ternyata terilhami dari kembar siam tertua dan paling legendaris di dunia.

Mereka adalah Chang dan Eng Bunker sang kembar dempat (dempet).

Bentuk tubuh mereka lebih dari sekedar keanehan. Perjalanan hidup mereka juga luar biasa. Menjadi pemain akrobat kelas dunia, entertainer, petualang, hingga disebut juga sebagai "Keajaiban Dunia ke-8.

Istilah Kembar Siam bukan tanpa sebab. Mereka lahir di Siam (Thailand). Namun, mereka memiliki campuran darah Tionghoa dan Melayu.

Mereka dilahirkan pada tanggal 11 Mei 1811, di dalam rumah apung desa nelayan. Jaraknya sekitar 70 kilometer dari Bangkok.

Pada saat dilahirkan, ada semacam tabung besar di sekitar bagian pinggang yang menghubungkan mereka. Chang yang lebih pendek berada di sebelah kiri, dan Eng berada di sisi kanan.

**

Saat itu ilmu kedokteran belum semaju sekarang. Masyarakat sekitar juga sangat memercayai tahyul. Kedua anak ini kemudian dituduh sebagai jelmaan setan.

Terlebih setelah wabah kolera datang menyerta di tahun 1820. Lima saudara kandung dan ayahnya meninggal. Sekitar 30 ribu orang menjadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun