Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Artikel Masakan di Kompasiana, Sejarah Buku Masakan di Indonesia

4 April 2021   14:24 Diperbarui: 4 April 2021   14:48 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel Masakan di Kompasiana, Sejarah Buku Masakan di Indonesia (zenithfit.co.uk)

Ayo main tebak-tebakan.

Berapa banyak olahan tempe yang kamu tahu? Tempe belacan, tempe goreng, tempe mendoan. Apalagi? Mungkin ada sekitar 10 hingga 20 an? Nyatanya lebih dari itu.

Dilansir dari situs resep populer cookpad, terdapat 92.545 resep olahan tempe. Dan masih terus bertambah. Olahan tahu lebih banyak lagi. Hampir dua kali lipat. Tepatnya 146.175 resep. Ini belum termasuk yang tidak terdaftar.

Membuktikan bahwa resep olahan masakan bisa dilihat dari berbagai perspektif. Otak manusia yang kreatif akan terus berinovasi menciptakan resep-resep masakan baru.

Pencinta kuliner zaman now sudah sepantasnya bersyukur. Buku Resep masakan tidak perlu lagi dibeli di toko buku. Semuanya gratis dan mudah diakses. Menjadi bahan untuk mengulik masakan rumahan ataupun jualan.

Tapi, jauh sebelum itu, kisahnya berbeda. Pada saat para buyut masih hidup, buku masakan adalah hal yang langka.

Buku masak berisikan resep, takaran bahan, teknik pengelolahan, hingga cara penyajian. Bahkan lebih dari itu, sebagai saksi bisu sejarah kuliner di Indonesia. Sayangnya tidak banyak yang bisa ditemukan.

Tahun 1900 an

Di Indonesia, buku masakan tertua berjudul Indisch Kookboek: Bevattende Voorschriften Om Op de Beste, Eenvoudigste eb Goedkoopste yang diterbitkan pada tahun 1872.

Buku yang berisikan berbagai macam resep Nusantara ini diterbitkan di Belanda. Tapi, entah kenapa kurang populer.

Barulah sesudah itu, buku resep lainnya bermunculan. Salah satu yang paling terkenal adalah karya J. Noorduyn. Judulnya Hollandsche Tafel in Indie.

Buku resep ini pertama kali dicetak pada tahun 1900 dan berulang-ulang setelah itu.

1910-1920 an

Bukan hanya buku resep, tokoh kuliner juga mulai dikenal. Adalah JMJ Cantenius van Der Meidjen (1860-1926) yang tersohor pada masa itu. Ia menerbitkan beberapa buku kuliner. Salah satu yang paling terkenal adalah Nieuw Volledig Oost-Indisch Koekboek, pada tahun 1902.

Saking terkenalnya hingga di Belanda buku tersebut terus dicetak berulang-ulang kali. Terakhir diterbitkan pada tahun 2002.

Dalam cetakan keempat yang diterbitkan pada tahun 1925. Sejumlah resep Nusantara dimasukkan ke dalamnya. Antara lain; Nasi Liwet, Nasi Goreng, Gado-gado, Kue Serabi, Kue Putu, dan beberapa jenis sambel.

Kehebatan Cantenius dalam mengelola buku resep terdapat pada ketelitiannya. Ia memerincikan nama suku dan daerah tempat masakan tersebut berasal. Misalkan, Bebotok Ayam (Tegal), Kwee Boogies (Bugis), dan Kwee Apem (Srilanka).

Produktivitas Catenius menakjubkan. Tercatat ada 12 buku yang resmi tercetak belum termasuk catatan atau artikel pada surat kabar dan majalah.

1930 an

Apa yang dilakukan oleh Catenius melahirkan tren baru. Buku masakan menjadi viral dan ramai diminati. Barulah pada tahun 1930an, buku resep masakan karya anak bangsa mulai bermunculan.

Beberapa yang cukup terkenal adalah RA Adipati Ario Rekso Negoro alias RA Kardinah, yang tidak lain adalah adik kandung RA. Kartini.

Ia menuluskan buku Lajang Panoentoen Bab Olah-Olah. Berisikan resep yang sering digunakan Kartini dan Kardinah semasa remaja. Penulis pribumi ini juga memunculkan tren baru. Buku resep dalam bahasa lokal (khususnya Jawa dan Melayu).

Kendati demikian, penulisan buku resep masih dimonopoli oleh keluarga bangsawan. Bercampur dengan buku masakan Belanda yang diimpor langsung dari seberang.

1940 an

Buku masakan dalam Bahasa Melayu mulai banyak diproduksi. Tidak terbatas lagi pada orang Belanda maupun kaum Bangsawan. Perkumpulan Ibu Rumah Medan (Vereeniging van Huisvrouwen te Medan) salah satu pencetus buku masakan Indonesia.

Beberapa judul yang diterbitkan seperti Memboeat Makanan Jang Tahan Lama (1940) dan Recepten van Producten van Eigen Bodem (1940). Setelah masa pendudukan Jepang hingga masa pergolakan kemerdekaan (1942-1945) sangat buku masakan yang diproduksi. Konsentrasi masyarakat Indonesia tercurah pada berbagai konflik nasional yang terjadi.  

1950 an

Setelah masa chaos berakhir, buku masakan mengalami evolusi. Buku-buku resep dari Belanda sudah tidak lagi merajai Nusantara. Keterlibatan pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga turut menyuburkan pertumbuhan buku masakan di Indonesia.

Buku yang paling fenonemal adalah karya Siti Mukmin. Judulnya Buku Masakan Thursina dan terbit untuk pertama kali di tahun 1950an. Masih terus dicetak ulang hingga tahun 1981.

Dua jilid buku Pandai Memasak terbitan Kinta, Jakarta pada 1957 dicetak hingga terbitan kesepuluh pada tahun 1965. Buku masakan ini adalah kumpulan resep yang diterbitkan oleh Mingguan Star Weekly. Penulis resepnya adalah Nyonya Rumah. Nama aslinya adalah Julie Sutarjana yang hingga kini masih mengasuh Rubrik Dapur Kita di Harian Kompas.

1960 an

Bisa dikatakan periode 1960 an, buku masakan Indonesia mencapai puncak tertingginya. Buku Mustika Rasa adalah proyek ambisius dari Presiden Soekarno. Yang ditunjuk sebagai pimpinan proyek adalah Brigjen Dr. Azis Saleh, Menteri Pertanian kala itu.

Merupakan koleksi resep-resep masakan dari seluruh Nusantara. Isinya setebal 1.127 halaman. Proyek tersebut dimulai pada tahun 1960 dan baru selesai 7 tahun kemudian.

1970--1980 an

Tidak banyak perubahan yang terjadi. Meskipun di era ini semakin banyak buku masakan yang diterbitkan. Buku-buku resep Internasional juga semakin banyak beredar. Minat masyarakat sudah semakin luas. Menginginkan pengetahuan tentang cara mengolah makanan dari berbagai negeri.

Buku masakan banyak dijual di toko buku kecil dengan model buku saku. Tampilannya sederhana dengan gambar yang tidak terlalu menarik. Resep masakan seringpula disematkan sebagai rubrik di surat kabar akhir pekan, maupun pada majalah-majalah wanita.

1990 an

Perkembangan media televisi mencapai puncak keemasan. Buku masakan tidak hanya menjadi satu-satunya sumber informasi. Acara televisi di tahun 90an banyak menayangkan tema masakan.

Paradigma pun berubah. Urusan masak memasak bukan hanya milik kaum hawa saja. Rudy Choiruddin muncul sebagai pembawa acara TV kuliner yang terkenal di masanya.

Pada era ini, istilah foodie juga pertama kali muncul. Adalah almarhum Bondan Winarno yang menjadi ikon kuliner dengan slogan "maknyuss-nya" yang masih terkenal hingga kini.

Buku-buku resep bertebaran di toko buku Gramedia dengan penuh warna. Resep bukan satu-satunya yang penting. Kualitas buku dan gambar yang menarik menjadi incaran. Tidak peduli harganya berapa.

Tahun 2000 an

Acara Reality Show membuka mata bahwa siapa pun bisa menjadi chef terkenal. Master Chef termasuk salah satu yang paling sukses. Ajang pencarian bakat di bidang kuliner menerbitkan beberapa nama baru.

Chef Juna, Chef Vindex, dan Chef Rinrin termasuk di antaranya. Begitu pula dengan para pemenang, seperti Chef Desi, Chef Ben, dan Chef Lucky juga menjadi selebriti dadakan.

Urusan masak memasak berevolusi secara drastis. Apa yang dulu hanya miliki kaum ibu rumah tangga, kini telah dilirik oleh para professional. Status selebriti juga bukan lagi milik artis atau penyanyi. Chef Farah Quinn termasuk di antaranya. Wajah cantik dan penampilan bak artis, membuat dunia masak memasak bukan lagi urusan ibu-ibu berdaster.

Tahun 2010 an

Perkembangan teknologi menjadi hal yang penting di sini. Video streaming Youtube semakin menggeser peran media konvensional. Setiap orang memiliki kesempatan untuk jadi terkenal.

Demikian pula di bidang kuliner. Beberapa Youtuber "iseng" tiba-tiba mendapat banyak like dan followers. Mereka awalnya hanyalah orang biasa saja. Tapi, dengan keunikannya sendiri mampu menggaet perhatian netizen.

Adalah Chef dari keluarga Poernomo yang mendominasi. Tampil menawan dengan channel Youtubenya, Arnold dan Reynold menjadi terkenal di Indonesia, meskipun saat ini berdomisili di Australia.

Buku resep juga menerbitkan selebriti-selebriti baru. Dua yang terkenal adalah pemilik akun @xanderskitchen dan @tintin rainier.

Berawal dari akun Instagram, Ci Junita pemilik akun @xanderskitchen berhasil mengumpulkan 547.000 followers dalam tempo 7 bulan saja. Buku masakan yang ia terbitkan menjadi Mega Best Seller pertama di Indonesia.

Dicetak ulang hingga 13 kali dan terjual lebih dari 500.000 eksemplar. Menariknya karena isi yang dituliskan adalah resep masakan yang sangat sederhana dan mudah dipraktekkan. Soal rasa tidak perlu diragukan lagi. Banyak usaha kuliner yang sukse dari hasil resep-resep Ci Junita ini.

Tintin Raynier juga tidak kalah fenomenal. Bermula dari akun Instagram @tintin Raynier, ia kemudian menerbitkan buku resep "Simple and Moist Cake" yang menjadi National Best Seller.

Menariknya, Tintin tidak pernah mengenyam pendidikan pastry. Ia juga tidak pernah ikut kursus atau demo masak sekalipun. Kemampuannya ia dapatkan secara otodidak.

Yang membuat buku ini menarik karena siapa pun bisa mempraktekkannya dengan mudah. Dilengkapi dengan tip dan trik anti gagal, banyak gambar detail pendukung.

Sangat cocok bagi pemula, sebagaimana Tintin yang belajar masak secara otodidak.  

**

Dunia kuliner memang tiada batas. Sebabnya makanan adalah kebutuhan. Tapi, sekedar makan saja tidaklah cukup. Rasa dan rupa juga harus terpenuhi.

Kuliner adalah sebuah seni. Tiada bedanya dengan karya seni lainnya. 92.545 resep olahan tempe dan 146.175 olahan tahu di Cookpad sudah memberikan bukti. Olahan masakan bisa ditilik dari berbagai perspektif.

**

Dulunya memasak adalah urusan ibu-ibu rumah tangga. Tapi, coba lihat sekarang. Anak-anak muda sudah bercita-cita ingin menjadi chef terkenal. Ilmu pun dikejar hingga ke luar negeri.

Ada faktor perubahan dalam budaya. Menggaet popularitas melalui dapur sudah sangat memungkinkan. Kemunculan internet membuat banyak chef dadakan menjadi terkenal. Belum lagi food vlogger yang banyak diminati.

Intinya, kuliner adalah sebuah rangkaian yang telah meliputi teori Hirearki Kebutuhan Maslow, yaitu;

Kebutuhan Fisiologi, Rasa Aman, Kasih Sayang, Penghargaan, hingga Aktualisasi Diri.

Bagaimana dengan di Kompasiana?

Kompasiana ini bagai sebuah majalah dengan isi aneka rupa. Mulai dari menulis politik ala Fery W hingga menulis surat pembaca ala Tante Virus. Semuanya tersedia. Kecuali, adakah yang rajin dan konsisten menulis resep?

Di Kompasiana ada pilihan label bernama Foodie, sub bagian kategori Lyfe. Ada pula sub bagian Kuliner pada kategori Wisata. Berapa banyak penulis yang benar-benar berkecimpung di sana?

Cukup banyak, termasuk saya. Saya sering mengisahkan mengenai budaya makanan hingga menulis resep. Begitu pula kamu, kamu, dan kamu. Namun, tidak ada yang konsisten. Padahal resep masakan berjibun di dunia maya. Ramai dicari, senang dimiliki.

Seharusnya, Kompasiana sebagai situs blog ternama di Indonesia juga bisa berkontribusi sebagai sumber resep masakan bagi pembaca Indonesia.

Sayangnya belum sampai di sana.

Tapi, saya salah. Ada seorang sahabat di komunitas Kompasianer Penulis Berbalas (KPB) yang cukup konsisten berbagi resep. Bukannya tidak ada penulis lain ya, tapi kebetulan hanya beliaulah yang cukup sering berbagi.

Juga karena kami bersama-sama di KPB, jadi perhatian saya cukup tertuju pada artikel yang dibuatnya. Nah, mumpung sekalian membahas mengenai artikel kuliner di Kompasiana, sekaligus saja aku "telanjangi" ya (pakai tanda kutip agar tidak salah kaprah).

Namanya adalah Siti Nazarotin, sering aku sapa dengan Mba Naz (bukan Bang Naz). Beliau adalah seorang guru yang juga senang memasak untuk keluarganya.

Ia sering memadukan aktivitas sehari-harinya dengan masakan yang ia sempurnakan. Tidak lupa juga foto-foto masakan beserta prosesnya ia sertakan. Dan juga beberapa kutipan tentang falsafah hidup yang ia sematkan. Khas gaya penulisan di Kompasiana.

Apakah beliau adalah seorang koki andal? Tidak. Ia juga bukan seorang food creator apalagi food reviewer. Ia hanya suka menulis dan berbagi. Titik.

Apa maksud saya menyinggung hal ini? Tidak ada apa-apa. Senang saja.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun