Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Waktu Tidaklah Fana, yang Ada Hanyalah Aku

19 Juli 2020   15:50 Diperbarui: 19 Juli 2020   16:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapardi Djoko Darmono (sumber: tribunnews.com)

Waktu tidaklah fana, ia ada disana duduk melihatku dengan kedua kumisnya yang panjang. Entah sudah berapa lama ia bergumul disana, sejak sang buyut menghembuskan nafas terakhirnya.

Waktu bukanlah tiada, ia tetap disana melihatku dengan kedua matanya yang tajam. Entah berapa lama lagi ia sabar disana, menungguku menyusuli sang buyut ke alam baka.

Di saat aku melihatnya, ia tahu bahwa aku meremehkannya. Sudah berulang kali aku melecehkannya, dengan mengatakan "sudah layaknya engkau menjadi sampah."

Di saat aku sedang melamun, ia tahu bahwa aku mengabaikannya. Tidak pernah merasa terganggu akan kepergiannya, karena dalam lamunanku, "aku tak pernah benar-benar menginginkannya."

Di saat aku sedang berdoa, ia tahu kekhwatiranku terhadap umur panjang, ia tahu aku berharap tidak menyia-nyiakannya, ia tahu aku khwatir ia akan terbuang percuma.

Ia menyesali, mengapa aku harus berdoa kepada Tuhan mengenai dirinya, sementara tak sekalipun aku mengajaknya bicara.

Ingin sekali ia berkata kepadaku, "jika engkau tak menganggapku, tak usahlah membersihkan wajahku, tak usahlah mengganti dayaku, berikanlah aku kepada abang si tukang loak."

Hingga suatu saat, ketika aku sudah terbaring tak berdaya di atas dipan, sang cucu tak lagi menginginkannya. Ia akhirnya terkubur bersama jasadku yang mulai membusuk.

Waktu tidaklah fana, kini ia masih berada di sana melihat cucuku yang sudah beranjak tua. Ia baru saja berada di sana menggantikan kesayangan sang buyut yang sudah terlupakan.

Waktu bukanlah tiada, ia baru saja berada di sana melihat cucuku yang berdoa kepada Tuhan, "semoga Eyang diterima di sisi Nya, menghabiskan Waktu yang indah bersama para malaikat."

Selamat jalan Eyang Sapardi Djoko Damono. (1940-2020)

Makassar, 19.07.2020

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun