Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Demi Wanita, Apa Salahnya Pindah Agama?

8 November 2019   18:42 Diperbarui: 23 November 2019   12:18 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang telah menjadi jejak para manusia yang; "ia membutuhkan sosok wanita didalamnya". Wanita bukan saja indah tetapi seyognyanya seorang anak adalah mereka para laki-laki itu dalam menjadi manusia.

Sampai kapanpun peranannya sebagai laki-laki, mereka akan tetap membutuhkan wanita, dan tentang wanita disana; "ia bisa saja tidak butuh laki-laki". Sebab ia; "wanita" bisa menjadi ibu bagi dirinya sendiri.

"Wanita yang mandiri bukan saja mereka yang sudah mampu untuk hidup sendiri, tetapi mereka kuat, mereka tangguh akan semua beban-beban rasa yang kehidupan tawarkan kepada mereka dalam menjalani hidup ini".

Dan wanita mandiri tersebut hanya akan memandang cinta dari mana; "ia bukan saja menemukan diri bersama kesejatiannya sebagai wanita". Tetapi lebih dari itu; wanita tidak akan pernah mau lagi terjatuh dilubang yang sama ketika mereka pernah merasakan cinta yang dangkal dan kesakitan itu terasa padanya sampai dasar hatinya.

Rinasih mungkin kini menjadi seorang wanita pemikir, padahal wanita adalah seorang perasa pada dasarnya. Namun pembawaannya yang berbeda dari wanita kebanyakan itu, `"ia Rinasih adalah seorang yang lembut" tetapi karena dunia menuntut, ia menjadi wanita yang tangguh di dunia ini, ia juga menjadi wanita yang berbeda dari kebanyakan wanita. Namun perbedaan dari wanita itulah yang menjadi tantangannya, siapkah laki-laki lebih tangguh untuk mencintainya, dan cintanya dapat dipercaya oleh wanita pemikir seperti Rinasih itu?

Sejak kecil ia "Rinasih" ditinggal oleh ibunya menuju surganya. Karena itu dunia menuntutnya untuk menjadi seorang yang mandiri. Tetapi dalam kemandirian wanita selalu terselip tanya bagi laki-laki, apalagi jika wanita itu pernah tersakiti oleh cintanya sendiri.

"Apakah wanita tangguh tidak akan membutuhkan cinta lagi? Tanya seorang laki-laki bernama "Prio" yang tanpa dia mengenal lebih dalam Rinasih, ia tahu banyak tentang Rinasih. Tentu perjumapaannya kala itu; Prio tahu dari temannya bahwa; seorang wanita jika terpentok cinta; ia cenderung skpetik dalam memandang cinta di hari berikutnya.

Kepentok cinta disini berarti; ia pernah tersakiti oleh cinta, tetapi tahu apa Prio tentang cinta; Prio bukan hanya lelaki paling bebal di abad 21, tetapi juga paling bodoh dalam memandang cinta, ia saja pacaran belum pernah!

Tetapi entah mengapa, ruang hidup "Prio" begitu sempit, dia adalah orang introvert, jika dihadapkan pada pergaulan pun bukan memilih, tetapi lebih nyaman dengan lingkungan kecil yang mengerti dia sebagai orang introvert itu sendiri. Prio menyukai ruang yang kecil tetapi dalam pembicaraannya sendiri begitu dasar dan intim. Ia bukan saja cinta pengetahuan tetapi juga cinta pada nilai-nilai hidup yang memang; ia berpikir tidak ada lagi yang manusia kejar selain untuk menjadi makna bagi dirinya sendiri.

Oleh karenannya waktunya dihabiskan bertahun-tahun lamanya untuk menulis, entah apa yang ditulis Prio; menulis seperti terapi, teman, bahkan object yang paling mengerti dia sebagai manusia yang terkadang terasing oleh dunianya sendiri.

Jika ingin dibayangkan hidup Prio sendiri; ah "dia bukanlah orang yang ideal di idamkan para wanita toxic disana". Karena Prio pun bukan orang yang bahagia dengan dirinya sendiri, karena itu tidak mungkin dia digantungkan sebagai pembawa selamat atau juru selamat bagi wanita yang ingin bahagia dalam hidupnya. Tetapi jika prio sebagai dirinya sendiri di inginkan, mungkin kebahagiaan Prio dari aktivitas menulisnya itu dapat dibagikan.

"Prio menganggap berbagi kebahagiaan jika manusia sudah tahu apa yang membuat dirinya bahagia masih lebih baik dari pada orang-orang yang mengharapkan bahagia dari orang lain tetapi belum tahu apa yang membuat dirinya bahagia".

Karena orang-orang yang berharap dibahagiakan orang lain ujungnya akan mengemis kebahagiaan pada orang lain juga pada akhirnya. Maka dari itu "cinta" ketika mereka datang belum mengenal dirinya sendiri, akan menjadi bencana pada akhirnya yang saling meminta bahagia; padahal mereka tidak tahu caranya bagaimana membahagiakan dirinya sendiri.

"Akhirnya mereka selalu kurang kebahagiaan dan sama-sama meminta bahagia pada yang kurang kebahagiaannya. Disanalah tempat para orang-orang menggantungkan cinta, ujungnya saling menyakiti atas nama cinta antara satu manusia dengan manusia lainnya".

Rinasih mungkin punya pengalaman itu: "ujungnya saling menyakiti atas nama cinta". Prio bisa tahu karena apa lagu yang sering didengarkan wanita seperti mewujudkan secara nyata apa yang dirasakannya. Lagu itu " Jangan lagi kau sesali keputusamu" lagu dari Krispatih. Disamping keputusan akan cinta pada lagu itu; juga memberi tahu tidak ada yang namanya cinta sejati dalam hidup ini!

Prio memang belum kenal lama seorang Rinasih. Mereka bertemu diruang yang banyak orang mengantungkan ekonomi disana, ya benar,  sekitar tiga bulan yang lalu. Tetapi dalam pengelanaan sebagai "Prio" itu sendiri, ia bukan hanya orang yang miskin cinta tetapi juga percaya akan ada cinta sejati untuknya.  

Bukankah ini berbanding dengan apa yang mungkin diyakini oleh Rinasih itu? Tetapi manusia: "sebebal-sebalnya, Prio yakin karena hidup mereka "manusia" menderita, tetap kebahagiaan atas nama harapan cinta adalah harapan utama bagi setiap manusia termasuk Rinasih didalamnya.

Diruang mengantungkan ekonomi, pembicaraan secara intim dan dalam sangatlah langka; kebanyakan obrolan mereka hanya, ya sebatas membunuh waktu-waktunya saja. Datang untuk bekerja sesekali bercanda melupakan beban kerja. Tetapi dengan Prio, dia-lah orang yang tidak bisa bercerita sebagaimana teman-temannya disana dengan asyiknya. 

Prio hanya menjadi pengamat yang baik, sesekali mengamati tingkah dan sebenarnya apa dasar dari apa yang mereka obrol-kan itu? Ujung-ujungnya obrolan diruang kerja merupakan obrolan dengan basa-basi yang indah, karena obrolan itu ditunggu untuk bisa sedikit melanturkan beban kerja yang mereka angap sebagai beban hidup yang mau tidak mau harus manusia jalani.

Diselah-selah obrolan itu, Prio yang jarang mengenal wanita didalammnya. Ia "Prio" memang baru partama kali bekerja dengan wanita. Tetapi apa bayangan yang Prio banyangkan ketika akan mengenal wanita? Ia bukan saja akan dapat pengalaman bekerja bersama wanita, tetapi juga ia punya kesempatan berkenalan dengan wanita yang mungkin; "salah satu dari wanita tersebut adalah cinta sejatinya".

Namun Prio hanyalah seorang introvert cenderung pendiam didalam krumunannya, termasuk disaat berkumpul dengan wanita. Bagi "Prio" wanita adalah bidadari, ia bukan hanya menganggumi, sesekali jika ada wanita yang mau dengannya; mungkin itulah yang akan menjadi wanita pertama dan terakhir dalam hidupnya". Prio sangat menghargai wanita!

Tetap imajinasi bagi seorang yang suka menulis dan introvert seperti Prio memang dikarunia "lebih" dalam berimajinasi. Terkadang yang sering membuat prio kecewa pada dirinya sendiri yakni; imajinasinya yang terlalu liar, bahkan imajinasi itu lebih indah dari realias yang sedang Prio jalani.

Nah, itulah yang selalu tertahan untuk Prio dapat kenal wanita lebih jauh, bayangan itu akan wanita dan bagaimana jika ia melakukan sesuatu untuk wanita itu, sudah diimajinasikan indah seakan wanita itu akan bertindak seperti apa yang diimajinasikan Prio, padahal tidak semua wanita padai juga menangkap orang seperti Prio.

Prio tidak pernah berpikir: "wanita harus benar-benar percaya pada laki-laki tidak secepat apa yang dibayangkan laki-laki, mereka butuh waktu untuk kenal lebih jauh". Tetapi "Prio" sendiri, ia bukan orang yang mudah memperkenalkan diri pada wanita, terkadang melihat wanita yang dapat tersenyum dengan prank-prank atau video lucu di instagram, ia merasa sedikit inferior, bisakah ia memberi keceriaan itu dikala teknologi kini sudah menceriakan manusia?

Prio bertanya pada dirinya sendiri; "Bagaimanakah menjadi laki-laki menarik dapat membuat tertawa wanita di era teknologi ini"? Dengan sedikit agak ragu "Rinasih" juga tipikal wanita itu, dia dapat tertawa dengan Hand Phone-nya sendiri, sedangkan Prio? Ia tetap menjadi orang yang aneh dalam krumunannya, jarang tertawa, sesekali tertawa: orang disekitarnya tidak tahu apa yang ditertawakannya.

Senang bagi Prio mungkin adalah perkara lain; ia bukan melainkan diri, hanya saja jalan yang harus ia tempuh menghibur dirinya sendiri lewat apa yang bukan menjadi kebanyakan orang didalamnya.

Dalam kesehariannya bersama Rinasih dan teman-temannya. Pendengar yang baik dan cenderung diam adalah lebel yang tetap disematkan untuk Prio. Ia pun kadang membayangkan; bagaimana kalau dia diposisi yang orang lain sedang melakukan sesuatu itu terlihat membuat hangat suasana? Ia membayangkan menjadi Rinasih.

Bukan apa, Rinasih adalah sosok yang tegas, ia bisa berbicara pada siapapun, bahkan dalam keadaan apapun ia dapat tertawa dengan segala apa yang menjadi beban-beban hidupnya. Rinasih bukan komedian, tetapi ia adalah orang yang mencoba untuk kocak, karena didalam dirinya terdapat suatu beban berat yang harus dirasakannya; setidaknya itulah pendapat dari intuisi seorang "Prio".

"Entah mengapa Prio sebagai laki-laki diberkahi intuisi yang tajam, bukan apa, ia dapat merasakan bagaimana orang disekitarnya sedang merasakan apa-apa yang tidak menyenangkan hidupnya sendiri. Mungkin karena Prio dasarnya seorang seniman yang berkarya dalam bait kata-kata, terkadang imajinasi dan suara batin itu adalah patokan bagaimana Prio harus berkarya sebagai manusia. Tentu agar hidupnya bermakna, ia percaya hidup harus bermakna, setidaknnya untuk satu diri manusia itu sendiri yakni: dirinya sendiri".

Dengan sikap yang tidak dia punya, cenderung serius dan tidak mudah untuk tertawa, terlebih Prio adalah orang yang pendiam. Prio cukup sadar dirinya sendiri. Dan apa yang menjadi dasar kekagumannya pada Rinasih adalah sikap yang justru dia tidak punya, ada didalam diri Rinasih itu. Padahal dengan ketajaman batinnya beban hidup Rinasih lebih berat dari beban hidupnya sendiri.

Memang didalam krumunannya Prio dianggap orang yang spaneng, gelisah, dan aneh. Tetapi sebagai seorang seniman Prio sadar, tanpa menjadi gelisah, hidup tidak akan mampu untuk berkarya, apa lagi dalam menunjukan sisi kreatifnya, rasa-rasanya bagi seniman kegelisahan merupakan berkah dalam melanjutkan sebuah karyanya.

Berbicara cinta memang rumit; setidaknnya itulah yang Prio sedang pikirkan. Ia bukan saja orang yang tidak percaya diri untuk mengagumi Rinasih, tetapi apakah Rinasih melihat orang seperti Prio bisa menyukainya? Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Rinasih bukan hanya sekedar cantik, ia mandiri, ia kuat, Prio yakin akan lebih banyak pria yang mengejar mati-matian jika agama Rinasih adalah agama mayoritas yang dianut bagi banyak orang Indonesia.

Karena pernah sekali ia "Prio" dengar dari temennya sendiri yang sama-sama berkrumun dalam ruang ekonomi tersebut. "jika Rinasih se-iman dengannya ia akan aku kejar mati-matian" ia wanita yang dicari banyak pria, sikapnya; katanya rendah hati dan tidak akan pilih-pilih orang sebagai pendampinnya; itu kata teman, dan Prio sendiri juga sudah mengangguminya sebelumnya.

Usia Prio dengan Rinasih memang seperantaran atau sebaya. Tetapi malam itu dimana secara tidak sengaja teman-teman Prio mengajaknya untuk bertamu ke tempat Rinasih. Dan saat itu Prio berpikir, wanita se-usianya dan belum menikah, apa yang menjadi pertimbangnya? Kembali melihat latar belakang Rinasih terlepas dari agama yang dianutnya. Prio memang orang yang "liberal" ia tidak peduli pada agama, jika mau Rinasih hidup dengannya, dibaptis terus melakukan katekisasi iman pun tidak masalah.

Agama adalah ageman "pakaian". Manusia dapat memilih dengan bebas apa yang cocok untuk dipilihnya sebagai agmean hidupnya sendiri. Dan Prio memilih manusia: "wanita" dari pada harus terus meyakini ide-idenya sebagai keteguhan keyakinan dirinya. Sebab "Prio" sadar keteguhan untuk yakin seorang laki-laki ada pada wanitanya!

Namun pertanyaan demi pertanyan Prio tanyakan pada dirinya sendiri, apakah ia layak jika mencintai seorang Rinasih? Apakah mungkin wanita secantik Rinasih tidak ada yang menginginkan? Tentu ini menjadi sesuatu yang layak untuk dipelajari bagi Prio. Mencintai ada kalanya juga harus rasional, bukankah menyakitkan "tahu" kalau dirinya tidak layak, dan bukan salah satu hitung-hitungan menjadi laki-laki yang diminati wanita, bertindak ceroboh, pasti akan menjadi ladang kekecewaan bagi laki-laki berikutnya?

Rinasih memang berbeda, dan perbedaan itu, sebenarnya apa yang ada didalam pikirannya dan hatinya? Mungkinkah ia menerapkan satandart yang tinggi seorang laki-laki untuk mendampingi hidupnya? Ini bukan saja pertanyaan untuk Prio, yang terkadang disadari Prio, sekiranya hal apa yang menjadi daya tarik dirinya untuk memikat wanita? Tampang pas-pasan, ekomomi? Gajinya saja terpatri Upah Minimum Kabupaten yang tidak sampai dua juta, dan Rinasih yang sudah dianggapnya sebagai bidadari, apakah ia "Prio" layak untuk seorang Rinasih?

Sikap yang ditemukan pada Rinasih, yang Prio sendiri tidak punya, jika Prio bercermin dan dihadapkan dengan imajinasinya yang hebat membayangkan Rinasih, "Rinasih" merupakan kelebihan dibalik kekurangan Prio.

Dengan beban yang berat dalam hidup Rinasih, ia mencoba tetap tersenyum, walapun sesekali dalam hatinya ia sedang menangis dan merindukan sosok orang yang sangat dicintainya yakni; Ibunya sendiri yang sudah lama meninggalkannya. Belum dengan kenangan luka dan bahagia yang hanya sekejap ia rasakan tetapi membekas menjadi kenangan hidup yang sulit terlupakan. Tentang mantan kekasihnya atau dengan saudaranya sendiri yang membuat bekas pada kenangan akan kebersamaannya.

Tanpa ia bercerita, Prio seakan sudah mengetahui beban hidup "Rinasih" dengan intelejensi penalarannya. Prio adalah seorang dektektif jika mengagumi wanita. Ia dapat mengetahui dari dasar seorang yang ia kagumi, bukan apa, meskipun ini realita atau tidak? Prio adalah lelaki penduga-duga. Terkadang inilah yang banyak menjadi biang masalahnya sendiri, terkadang dengan sikap detektif itu, justru ia malah menjadi selektif dalam mencintai wanita. Karena inilah, ia tidak pernah menyelami indahnya bermain cinta dengan seseorang yang tercinta itu yaitu; wanita!

Tetapi persetan dengan itu, ujung dari cinta sepertinya adalah pertemanan yang langgeng. Dapat mengisi kelebihan dibalik kekurangan kita. Rinasih memang belum tentu jawaban bagi Prio. Sisi misterius Rinasih yang mengapa sampai hari ini di belum menikah padahal Prio yakin laki-laki antri menunggu jawaban "ya" dari dirinya untuk hidup bersamannya.

Sepertinya jika ingin menawarkan diri untuk dapat hidup bersama Rinasih. Prio harus menyelsaikan karyanya dan tentang karya itu; merupakan harta satu-satunya yang Prio sendiri punya. Adalah buku yang sedang diciptakknya. Sesekali dia berpikir, didalam laman depan bukunya, apakah harus ditulis untuk "Rinasih"?

Inilah yang menganggu pikirannya; apakah tidak akan menjadi jumawa; iya kalau Prio itu diinginkan juga oleh Rinasih, kalau tidak? Apakah tidak menjadi beban yang berat untuk Rinasih yang Prio sendiri percaya buku itu akan mengantarkannya sampai ke Jerman. Tentu impian ke Jerman bukanlah mimpi yang ia ciptakan ketika bungun dari tidurnya, tetapi mimpi Prio ketika ia harus diganti nama karena sakit keras dulu jika sembuh dan besar nanti ingin pergi ke Jerman!

"Tentu bukan hal yang tidak mungkin, semua harapan dapat terjadi dikala manusia mengusahakannya, perkara berhasil atau tidak sampai ke Jerman, Prio adalah seorang yang mau berusaha".

Dalam imajinasi Prio sedang mengantarkan buku karya pertamnya pada Rinasih dan berkata;

"Kamu orang pertama yang aku beri buku karyaku sendiri. Aku mengangumimu, aku tidak sempat berpikir; ada wanita seperti kamu? Bisa menutupi beban hidupmu yang lebih pelik dari diriku dengan senyuman dan kecerian itu, sedangkan aku? Seandainya aku punya segalanya yang wanita harapkan dari laki-laki, sayangnya aku hanya punya buku murah ini, dan ditulis oleh penulis amatir, masih sangat kurang layak sebagai modal diriku menawarkan diri untuk menikah denganmu, meskipun jika aku harus dibaptis untuk hidup bersamamu, aku pasti mau"!

"Untuk Rinasih; Prio masih akan terus menganggumimu sampai kapanpun, jika dia masih ada dalam hidupnya meskipun hanya terpatri di ruang kerja"!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun