Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perbedaan Filosofi Ruang Kendali Pesawat A-320 dan B-737

15 September 2022   17:27 Diperbarui: 25 Januari 2023   12:53 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airbus A-320 vs Boeing B-737(sumber foto: youtube.com)

Secara garis besar, kendali pada normal law mulai aktif dari takeoff hingga saat pesawat berada di ketinggian 100 feet jelang mendarat, apabila ada gangguan teknis apapun selama normal law aktif maka kendali akan beralih ke alternate law 1 atau 2, masing masing pilihan sistem kendali akan mengantisipasi segala gangguan pada kendali pesawat.

Dalam artian bahwa saat autopilot di nonaktifkan dan pilot memegang kendali pesawat, akan ada batasan (limitation) sampai dimana pilot dapat melakukan pergerakan pesawat.

Airbus menerapkan sistem proteksi ini pada semua keluarga pesawatnya termasuk keluarga A-320 mulai dari A-318 hingga A-321 tak terkecuali model yang menggunakan engine terkini atau NEO.

Boeing B-737

Pada keluarga Boeing B-737 mulai dari generasi klasik hingga MAX, Boeing tidak menggunakan teknologi fly-by-wire dan masih mengandalkan kendali konvensional.

Hal ini berarti pilot dapat menonaktifkan autopilot setiap saat dan memiliki wewenang penuh atas kendali pesawat dan kembali ke hukum penerbangan yaitu thrust, drag, lift dan weight tanpa ada batasan, dalam artian segala pergerakan pesawat merupakan murni output dari manusia (pilot) bukan manusia dan komputer.

Dan meskipun pada pesawat Boeing B-777 sudah menggunakan sistem fly-by-wire, pilot masih diberikan opsi untuk memiliki wewenang penuh atas kendali pesawat.

Kesimpulan

Kedua filosofi ini tidak semerta merta bertujuan untuk mencari yang lebih baik ataupun sebagai selling point masing masing pesawat, namun lebih kepada pengoperasian pesawat terutama pada flight deck atau kokpit dimana Airbus memanfaatkan perkembangan teknologi dalam aviasi berupa otomasi sedangkan Boeing masih memberikan wewenang penuh kepada pilot tanpa otomasi.

Kedua fliosofi tersebut justru mengarahkan kepada dua hal yaitu istilah baru pada aviasi yaitu Automation Dependency (ketergantungan pada otomasi) serta sebagai pengingat pada tugas dan tanggung jawab utama pilot yaitu menerbangkan pesawat dengan selamat tanpa atau dengan bantuan otomasi.

Barry Schiff seorang mantan penerbang dan penulis dari berbagai publikasi di bidang penerbangan menulis sebuah website, berikut kutipannya 'it is still the pilot's responsibility to aviate. A pilot must not relegate this duty to automation. He must monitor and keep in check the four most essential elements of safe flight: airspeed, altitude, heading, and attitude".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun