Mohon tunggu...
Klub Menulis HPIM
Klub Menulis HPIM Mohon Tunggu... OBOR

Akun Resmi Klub menulis Himpunan Pelajar Indonesia Ma'had di Mesir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jadi, Semua Ini Apa?

15 September 2021   00:05 Diperbarui: 15 September 2021   00:08 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini bintang bintang sedang bersinar dengan terangnya, bulan pun tidak kalah memancarkan cahayanya, menyembunyikan kegelapan malam.

Yap, perkenalkan!

Aku seorang gadis SMA, bertubuh pendek, dan sangat suka sekali sesuatu yang berwana ungu. Kata dokter, aku divonis penyakit amnesia retrograde yang merupakan salah satu penyakit amnesia cukup berat. 

Dan membuatku tidak ingat, akan semua hal yang terjadi di masa lalu ku. 

Ya, semua ini karena kecelakaan tabrak lari minggu lalu, yang membuat kepalaku terbentur hebat, sehingga diri ini tidak mengingat siapapun termasuk diriku sendiri. Tugasku kini, hanya berusaha keras untuk mengingat kembali semua memoriku yang entah hilang kemana.

"Kak Clarissa, ayo kita makan malam kak!" Panggil seorang wanita cantik, mirip sepertiku. Tapi lagi-lagi, aku tidak mengenali siapa dia. "Ehh, iyaa duluan saja yaa" sahutku, sembari menatap indahnya malam di balkon kamar.

Kembali kutatap langit, sembari menitikkan air mata. "Ya Allah, what happened with me?" Tanyaku pada sang illahi dengan rasa sangat pasrah dalam hati.

Air mata yang satu persatu jatuh, membuat diri ini semakin pesimis akan kehidupanku. "Apakah aku masih bisa inget semuanyaa?" gumamku dalam hati dengan sangat pasrah kepada sang Kuasa. 

Seketika, terlintas di benakku akan seseorang yang dulu pernah menolongku akan suatu kejadian. Kembali kuingat, dan terus ingat siapa dia.

"Arghhh, siapaa iniii?" Tanyaku dalam hati , sembari berfikir keras. Tanpa kusadari, jarum jam bertepatan diatas angka  sebelas. Dua jam sudah, diriku menghabiskan waktu di balkon kamar hanya untuk memikirkan nasib ini.

"Ehhh, udah malam" gumamku, aku pun bergegas kembali ke kamar dan tertidur di atas kasur dengan selimut tebalku.

~ Pagi pun tiba ~

"Kringgg" alarm berdering, menunjukan pukul 5 pagi. Aku bergegas mengambil air wudhu dan lanjut melaksanakan salat.

Seketika matahari terbit, sinarnya pun masuk, menembus jendela kamar dan menyinari tepat kearahku. "Sayang, ayo kita ke dokter Konsul yaa.." sahut seorang wanita dari lantai bawah. "Hmm, oke" jawabku padanya.

Ya, seperti biasa, kepalaku kembali bekerja keras untuk mengingat siapa yang baru saja memanggilku ke bawah. Akan tetapi, kuping ini sudah tidak asing lagi mendengarnya. Kurasa, ia sosok yang selalu ada di sampingku dan tidak asing lagi bagiku.

Aku pun bersiap-siap untuk berangkat menuju rumah sakit. "Sayang, sudah siap? Ayo kita berangkat!" Sahutnya kepadaku. "Okee" aku pun bergegas menghampirinya ke lantai bawah rumah.

Sesampainya aku dilantai bawah, wanita itu mengecup keningku sembari tersenyum manis kepadaku. Ahhh, seketika kepalaku terasa sakit. Sepertinya, karena otak ini kembali bekerja keras untuk mengingat kembali semua memori yang ilang.

"Kenapa sayang" ucapnya padaku, yang tengah melihatku meringis kesakitan sembari memegang keningku. "Ahhh, Sakitt" ujarku padanya.

Ia pun bergegas membawa ke mobil dan membawaku pergi ke rumah sakit bersama seorang pria yang duduk di depan bangku mobil, tepat di sebelahnya. Kepalaku sakit, tubuhku lemas seakan tak berdaya. 

Pikiranku kini kosong, tatapanku buyar. Tidak ada yang bisa kulakukan selain berdoa dalam hati, kepada yang Maha Kuasa atas kesembuhan penyakitku ini.

Sesampainya di rumah sakit, kami bertiga langsung menuju ruang periksa. "Hmm, sepertinya Clarissa harus menjalani terapi rutin Bu.., agar otaknya perlahan bisa kembali pulih" ujar sang Dokter kepada wanita itu.

"Oh baik Dok, kira-kira butuh berapa lama untuk pemulihan otak ana saya ya dok?" Tanya wanita itu, dengan kecemasan yang begitu dalam kepadaku. "Insyaallah, jika Clarisa rajin terapi dalam kurang lebih 6 bulan, otaknya bisa kembali pulih Bu" ujar sang Dokter padanya. "Siap Dok, baik!" Jawab perempuan itu sembari mengelus keningku.

Kepalaku kembali sakit, entah mengapa, setiap kali perempuan itu mengecup keningku, kepalaku seakan-akan bekerja keras untuk mengetahui siapa dia sebenarnya.  Kami pun keluar dan menunggu di ruang tunggu untuk menunggu panggilan pengambilan obat.

DUK! Seorang batita perempuan kecil, menabrakku yang tengah duduk menunggu di kursi ruang tunggu. Ia pun terjatuh, sembari berusaha keras untuk kembali berdiri. "Haloo" ucapku padanya sembari tersenyum kecil.

Ia pun membalas senyuman ku dan  melambaikan tangan padaku. "Nak, sinii sama Bunda" panggil seorang wanita kepada anak kecil itu, sembari tersenyum kearahku.

Seketika,  batinku bertanya-tanya, "Apakah aku punya Bunda? apa aku punya Ayah?" Tanyaku dalam hati. "Sayangg, ayo kita pulang" ucap wanita itu.

Kalau dilihat lebih jelas, mukanya tidak terlalu mirip denganku, akan tetapi, ia sangat mirip dengan anak perempuan yang semalam mengajakku makan malam. Pertanyaan kembali menghantuiku, otak kembali berpikir keras akan hal ini.

Kami bertiga pun pulang, sesampainya kami di rumah, aku bergegas menuju kamar, dan langsung meraih album foto yang kini telah berdebu. Entah, sudah berapa tahun album ini kusimpan. Kubuka satu persatu lebarannya, akan tetapi....

"Kak, ada yang nyariin di bawah kak" ujar anak perempuan cantik itu, dari pintu kamar.

"Oh.. iya, suruh kesini aja yaa" jawabku padanya.

"Okeee" jawabnya abadi menganggukan kepalanya.

Kembali kuperlihat satu persatu wajah yang ada di album ini. Ya, tak ada satu pun yang kukenali. "Assalamualaikum" seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku pun mengarah kepadanya, sosok lelaki bertubuh tinggi, berbahu besar, bersuara berat, bernada indah, dan berparas tampan seperti Hwang in yeop oppa heheh.

"Hemmm, kamuuu siapaa yaa hehe, maafff" ujarku padanya.

"Hai Clarissa, gimana kabarmu? kamu ga inget aku yaa? Ucapnya padaku dengan senyuman manis  dan nada indah yang membuat semua wanita pasti terkagum-kagum melihatnya.

"E-engga, maaf " ujarku pandanya dengan terbata bata dan tersipu malu, seolah-olah aku bertemu Hwang in yeop oppa dalam kehidupan nyata.

"Aku.., Ahh ga perlu tauu hehe" ucapnya sembari memberikan sebuah bingkisan kecil kepadaku.

"Huahhhh, semuanya ungu, makasih banyak yah kak" ujarku padanya, aku sangat excited dengan  bingkisan ungu yang dibawakannya.

"Hmmm, kamu pasti lagi liat album itu, mau tau siapa saja keluargamu ya?" Tanya lelaki tampan itu sembari menoleh ke arah album yang ada di tanganku.

Ia pun meraih album dari tanganku dan jarinya menunjuk kearah satu gambar. "Liat, ini adalah Ibumu, dia Kakak perempuanmu, ini Ayahmu." Ujarnya sembari menunjuk kearah gambar itu satu persatu.

Seketika, air mata ini jatuh ke pipiku, entah yang kesekian kalinya. "Ja-ja - jadi, semua ini siapa? dan aku tinggal sama siapaa? dan kemana semuanya?" Tanyaku sembari meneteskan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi ini.

"Sayangg, ayo bangun sayang.. ini udah siang!" teriak seorang perempuan dari depan kamar. Aku pun terbangun dan "Ya rabb, ternyata ini cuman mimpi" teriakku sembari mengelus dada.

~Bersambung~

Oleh : Azka Awalinda Isra

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun