Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menyelami Sains Film Horor dan Alasan Mengapa Orang Gemar Menikmatinya Meski Menakutkan

31 Oktober 2020   12:00 Diperbarui: 2 November 2020   15:10 2128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Sinister (2012) | cafmp.com

Alasan mengapa adegan menyeramkan selalu berlatar di kegelapan ialah untuk memaksa otak kita berimajinasi dengan rasa takut kita sendiri meski tidak ada hantu atau monster yang ditampilkan.

Film horor dapat terus membuat orang ketakutan dalam waktu yang penjang. Taruhlah usai nonton film Sundelbolong, kita akan lebih ketakutan saat sendirian di tempat gelap atau saat berada di lokasi yang sepi apalagi yang berbau mistis.

Saking takutnya, terkadang sosok hantu yang ada di film horor yang kita tonton itu seolah-olah mengikuti ke mana pun kita pergi. Mengintip dari jendela. Duduk di kursi. Berdiri di pojok kamar. Bahkan sembunyi di bawah kolong kasur kita. 

Psikolog forensik Amerika Serikat, Glenn D. Walters, mengidentifikasi 3 faktor utama yang mendorong ketertarikan orang pada hiburan menyeramkan atau film horor, yakni ketegangan, relevansi, dan unrealism.

1. Ketegangan
Ketegangan adalah unsur pertama yang dirancang oleh sutradara dan produser dengan memasukkan elemen misteri, kepanikan, darah, teror, dan kejutan.

2. Relevansi
Film horor harus memasukkan elemen yang mudah diidentifikasi oleh penonton baik itu berupa relevansi universal yang melibatkan faktor ketakutan seperti takut akan kematian atau kegelapan, maupun relevansi pribadi yang berangkat dari pengalaman menakutkan individu.


3. Tidak Realistis (Unrealism)
Faktor terakhir yang diidentifikasi oleh Walters adalah tidak realistis (unrealism). Meski film horor menjadi semakin nyata, penonton selalu menyadari bahwa apa yang mereka tonton itu palsu (rekaan) dan mereka tahu semua itu dimaksudkan untuk menghibur.

Agar penonton dapat menikmati situasi menakutkan saat menonton film horor, mereka harus berada di lingkungan yang aman. Itulah mengapa kita menonton film di bioskop ataupun di kamar, bukan di tempat angker seperti rumah kosong ataupun kuburan.

Otak kita dapat memproses lingkungan sekitar kemudian menyimpulkan bahwa pengalaman itu bukanlah ancaman yang sebenarnya. Tidak berpotensi bahaya.

Jika kamu memaksa untuk menonton film horor di kuburan misalnya, faktor kesenangan itu akan berubah menjadi ketakutan yang benar-benar nyata dan bisa membuat kamu lari tunggang-langgang hingga terkencing-kencing.

Dolf Zillmann, profesor psikologi dari University of Alabama, mengemukakan teori Sosialisasi Gender dalam Journal of Personality and Social Psychology (1996).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun