Mohon tunggu...
Literasi Phooty
Literasi Phooty Mohon Tunggu... Guru - Menghabiskan waktu dengan mengajar dan belajar. Menyukai kedamaian dan secangkir coklat hangat☕

Mendampingi perintah "Bacalah!" Dengan bacaan. Memperpanjang umur dengan tulisan. Dan menjaga kewarasan dengan goresan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Alasan Mengapa Aku Mulai Menulis

4 Mei 2024   00:03 Diperbarui: 4 Mei 2024   12:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis oleh TeknoGim

Mungkin setelah membaca judul diatas akan ada yang menimpali lucu. 

"Aku nggak nanya tuh!"  

Namun, disinilah aku sekarang. Meskipun kamu nggak nanya sekalipun, akan kuterjang itu dan terus menulis. Hihihi

Mengapa menjadi penulis?

Jawabannya mungkin bisa panjang dan terkesan omong kosong. Bahkan bisa pula begitu pendek.

Ya,suka saja. Aku tidak bisa memberikan alasan lebih mengapa menulis menjadi hobi dan kesukaanku. Ia datang tiba-tiba, seperti rasa cinta yang tidak kamu tahu bagaimana asalnya. Namun, bukanlah itu alasan paling tulus yang bisa hadir? Cinta karena cinta, uhuuk

Menulis adalah hal sederhana yang mampu menjadi obat. Apalagi bagi seseorang yang sulit membagikan perasaan dan pikirannya kepada orang lain. Ya, meskipun aku tidak se-introvert itu, tapi untuk mendapatkan seseorang yang bisa dijadikan teman berbagi itu bukanlah perkara mudah. Sedangkan untuk menulis, di depannya aku bisa menjadi versi diriku sendiri.

Meskipun begitu, menulis untuk diri sendiri amatlah berbeda dengan menulis untuk orang lain, menulis yang kelak dibaca oleh orang lain. Segala sesuatunya ada adab. Makanya, istilah mulutku harimauku sekarang bisa bermakna ketikanmu harimaumu. Bukan tanpa alasan, meskipun tulisan yang diketik masih bisa diedit, dalam kenyataanya ketikan yang hadir di jejaring sosial lebih banyak yang tidak tersaring dengan baik. Dimulai dari bahasa yang kasar hingga cemoohan yang bertebaran, meskipun mungkin komentar yang diberikan awalnya dengan niat positif, tapi percayalah teman yang baik tidak akan mengoreksi dirimu di tempat umum. Karena itu sama dengan mempermalukan.

Memberikan opini secara pendek di jejaring sosial tentu saja berbeda dengan menulis sebuah artikel. Meskipun sama-sama lahir dari olah pikir. Namun, artikel masih bisa dipertanggungjawabkan dibandingkan komentar yang bertebaran. 

Jujur, untuk mulai menulis lebih banyak dan akan disebarkan luaskan membuatku maju mundur tak tentu. Ketakutan nantinya tulisanku akan berdampak buruk bagi orang lain juga membuatku khawatir. Namun, hati kecilku yang lain memintaku sekedar untuk mencoba siapa tahu lewat tulisan remeh milikku mampu menjadi teman orang diluar sana yang senasib. Seperti aku yang menemukan kedamaian dengan menulis, mungkin saja diluar sana ada seseorang yang ditakdirkan berjodoh dengan menulis sebagai obatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun