Mohon tunggu...
Ang Tek Khun
Ang Tek Khun Mohon Tunggu... Content Strategist

Penikmati cerita (story) di berbagai platform • Suka menulis kreatif (creative writing) tema gaya hidup (lifestyle) dengan gaya (style) storytelling • Senang membantu klien membangun brand story • Personal advisor/consultant strategi konten untuk branding dan marketing • Ngeronda di IG @angtekkhun1

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Terkenang Psikologi dan Niniek L Karim Lewat Film Ibunda Teguh Karya

30 April 2025   23:54 Diperbarui: 30 April 2025   23:54 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari akhir lomba blog komunitas KOMiK Kompasiana dalam rangka Hari Kartini, membuat saya melipat waktu ke belakang. Dalam sempit waktu, nama Niniek L Karim mencuat. Sebab tema yang tersedia memantiknya, "Mengenang yang Terkenang Kartini Sinema Indonesia".

Saya adalah pengunjung bioskop yang serampangan. Pintu gerbang kesukaan saya pada film, dibuka oleh nenek saat saya masih imut. Beliau fans berat film-film romansa asal Taiwan yang booming pada masanya.

Namun, pengalaman bersama nenek pula, saya menjadi trauma pada film Sam Pek Eng Tay. Sebab, ada adegan kematian di bagian akhir film tersebut. Dan, nenek saya mengajak saya menontonnya berkali-kali!

Kala itu, sebagai informasi, sistem tayang film di bioskop di Surabaya sangat berbeda dengan saat ini. Bioskop-bioskop terbagi dalam kelas A hingga, entahlah, mungkin D.

Nenek saya membawa saya menonton film drama romansa klasik ini, rasa-rasanya mulai dari bioskop grade B. Jika benar tebakan saya saat itu kategorinya hingga D yang berkursi plastik. Maka, silakan hitung. Berapa kali saya menonton film tersebut?

Jawaban sederhananya adalah tiga kali menonton film yang sama (B-C-D). Namun, matematika nenek saya berbeda. Algoritma perasaannya, ada di universe lain. Maka, dalam remang-remang ingatan, saya yakin tertraumatis pada tontonan keempat.

Kok bisa? Sederhana saja. Saban hari nenek saya memantau koran yang memuat iklan film. Sudah menjadi kelaziman muncul diksi-diksi motivatif semisal, "Saksikan! Malam Terakhir!" Itu yang membuat saya yakin, kami menonton di bioskop kelas D, yang sesekali disebut bioskop "kelas kambing", sebanyak dua kali.

Setelah "lepas" dari nenek, saya menonton film serampangan. Selain genre romansa, saya terutama memantau film-film aksi Hollywood. Namun, nonton ya hanya nonton. Saya tidak menginvestasikan waktu dan pembelajaran mengenai film sebagai industri yang melibatkan, setidaknya, pemeran dan sutradara.

Film Ibunda Teguh Karya: Ada Niniek L Karim!

Film pertama yang sangat membekas di masa unyu saya, adalah Ibunda karya Teguh Karya. Tanda sengaja, saya membaca publikasi tentang film ini. Semacam garis start saya mulai mengulik Teguh Karya, kiprahnya di dunia film, dan Teater Populer.

Ada tambahan informasi yang menyertai publikasi film ini, yakni debut seorang Niniek L Karim!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun