Mohon tunggu...
Faisal Khaqi
Faisal Khaqi Mohon Tunggu... Pencari Jalan

Penulis independen, pemerhati politik dan kebijakan publik. Tertarik pada dinamika kekuasaan, birokrasi, dan fenomena sosial di Indonesia. Menulis untuk memahami, berbagi untuk membuka ruang diskusi. Motto: “Tulisan adalah jejak pemikiran. Saya hanya sedang mencatat perjalanan saya.”

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pesan Dari Luka

19 September 2025   01:37 Diperbarui: 19 September 2025   01:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Faisal Cerita Yang Tak Berujung 

Pesan Dari Luka


Kita saling tahu. Tidak ada yang benar-benar bisa disembunyikan, meski kata-kata sering hanya menjadi tirai tipis yang menutupi apa yang sesungguhnya terjadi.
Aku tetap memilih bertahan, meski kadang keyakinanku goyah oleh sandiwara yang ia mainkan---meyakinkanku bahwa cinta itu ada, meski aku tahu, sebagian hanyalah peran.

Sikapnya padaku selalu berbeda. Ada kelembutan yang ia sisakan di sini, sesuatu yang tidak ia berikan pada laki-laki itu. Aku merasakannya, meski tanpa perlu ia ucapkan. Perbedaan itu menjadi tanda, menjadi jejak yang hanya bisa ditangkap oleh hati yang mau mendengar dengan tenang.

Aku tidak lagi mencari siapa yang paling benar atau siapa yang paling berhak. Hidup bukan soal itu. Hidup lebih sering mengajarkan tentang kesanggupan untuk tetap berdiri, bahkan ketika jalan terasa samar. Tentang bagaimana bertahan tanpa kehilangan diri, tentang bagaimana mendengarkan suara hati sendiri di tengah riuh keyakinan orang lain.

Maka aku memilih diam. Diam bukan berarti menyerah, tetapi sebuah cara untuk memahami. Dalam diam, aku belajar membaca isyarat kecil: tatapan mata yang tak bisa berbohong, jeda napas yang menyimpan ragu, dan jarak yang tak pernah benar-benar bisa ia biarkan ada di antara kami.

Dan dari semua itu, aku sadar: cinta tidak selalu harus dikejar hingga ujung, tidak selalu harus dimiliki dengan nama. Kadang, cinta hanya perlu dibiarkan hidup di ruangnya sendiri, tumbuh tanpa tekanan, bernapas tanpa batas.

Pada akhirnya, aku belajar bahwa luka pun bisa menumbuhkan harapan. Setiap pertemuan membawa pesan: aku masih punya ruang untuk tumbuh, untuk mencintai dengan lebih bijak, untuk menemukan ketenangan tanpa harus kehilangan arti. Di depan sana, aku percaya akan ada bahagia yang menunggu---lebih jernih, lebih utuh, dan lebih pantas diperjuangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun