Tak disangka, ternyata tukang sampah itu adalah seorang Wali Allah. Ia mengetahui isi hati pemuda ahli ibadah tersebut. Sayangnya, ibadah yang dilakukan oleh pemuda itu hanyalah ibadah lahiriah, sementara tukang sampah itu jauh lebih unggul karena ia melakukan ibadah hati---ia telah mensucikan hatinya dan memperbaiki hubungannya dengan Allah Yang Maha Kuasa.
Maka, mendengar ucapan tukang sampah tersebut, sang pemuda lantas menangis. Ia telah merasa ibadahnya lebih baik dari tukang sampah, dan meremehkan pekerjaan orang lain---padahal tukang sampah itu adalah seorang Wali Allah.
Ia berkata dalam hatinya:
"Astaghfirullah, orang ini mengetahui ucapan buruk yang terlintas dalam hati saya. Saya tidak mengetahui kadar seseorang di sisi Allah. Padahal dia hanyalah orang awam---aku tak menyangka bahwa dia adalah Wali Allah."
Pemuda itu pun lantas meminta maaf atas kesalahannya.
Ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi pemuda ahli ibadah tersebut.
Orang yang disangkanya hina, justru jauh lebih mulia di sisi Allah Swt.
Maka, berbaik sangkalah kepada setiap orang!
 Maka, mendengar ucapan tukang sampah tersebut, sang pemuda lantas menangis. Ia telah merasa ibadahnya lebih baik dari tukang sampah, dan meremehkan pekerjaan orang lain---padahal tukang sampah itu adalah seorang Wali Allah.
Ia berkata dalam hatinya:
"Astaghfirullah, orang ini mengetahui ucapan buruk yang terlintas dalam hati saya. Saya tidak mengetahui kadar seseorang di sisi Allah. Padahal dia hanyalah orang awam---aku tak menyangka bahwa dia adalah Wali Allah."
Pemuda itu pun lantas meminta maaf atas kesalahannya.
Ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi pemuda ahli ibadah tersebut.
Orang yang disangkanya hina, justru jauh lebih mulia di sisi Allah Swt.
Maka, berbaik sangkalah kepada setiap orang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI