Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sirene "Tot-tot Wok-wok": Antara Urgensi dan Arogansi

20 September 2025   19:04 Diperbarui: 20 September 2025   19:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sorry Manusia Sok Penting, Gerakan Sipil Tolak Sirene dan Strobo Mulai Gencar di Jalan 

Sorry Manusia Sok Penting, Gerakan Sipil Tolak Sirene dan Strobo Mulai Gencar di Jalan 
Sorry Manusia Sok Penting, Gerakan Sipil Tolak Sirene dan Strobo Mulai Gencar di Jalan 

 

Politik Jalan Raya

Kepolisian memang berjanji menertibkan penggunaan sirene dan strobo. Namun publik menuntut lebih: aturan konsisten, transparansi pemberian izin, serta sanksi tegas bagi pelanggar. Sebab, sirene bukan sekadar perangkat teknis, melainkan simbol bagaimana hukum ditegakkan.

Fenomena "Tot Tot Wok Wok" membuktikan bahwa ketidakadilan kecil di jalan bisa berdampak besar pada legitimasi negara. Generasi muda, penggerak utama kampanye ini, adalah pemilih politik masa depan. Jika arogansi di jalan dibiarkan, sirene bisa berubah dari sekadar bunyi lalu lintas menjadi gema perlawanan di bilik suara.

Pada akhirnya, "Tot Tot Wok Wok" bukan sekadar soal sirene dan strobo, melainkan cermin relasi kuasa yang timpang di jalan raya. Di balik raungan itu tersimpan pesan bahwa ada yang merasa lebih berhak melaju, sementara rakyat biasa harus mengalah.

Jika ruang publik terus dibiarkan tunduk pada privilese segelintir orang, kita sebenarnya sedang mewariskan budaya ketidakadilan kepada generasi berikutnya. Jalan seharusnya menjadi ruang kesetaraan, tempat semua orang bergerak dengan hak yang sama. Bukan panggung arogansi yang membungkam suara rakyat dan meneguhkan hierarki semu.**

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun