Tak pernah terlintas dalam lubuk kalbu yang paling dalam. Bagaimana terombang-ambing dalam rasa yang tak pernah ada obatnya. Memikul lara dalam -dalam. Tak berbekas dalam ingat secuilpun ,hilang rasa itu.
Namun, ketika kembali rindu menyapa melambaikan tangannya ke arahku, kucoba hampiri ia, karena kutak ingin lari darinya.
Bagaimana pun ia adalah asaku, entah bagaimana hasilnya ia tetap mempesona.
Dalam kemalasan dan kebimbangan kucoba tetap berpijak dalam kuat dan teguhnya tujuan.
Saat musuh yang bernama malas itu datang kembali kucoba hadapi takkan kulari. Dengan tak peduli ku tertawai ia dengan sinis dan benci.